Masa
Depan GoTo, Hasil Merger Gojek dengan Tokopedia Andreas Maryoto ; Wartawan (Penulis
Kolom “Industri Digital”) Kompas |
KOMPAS, 20 Mei 2021
Setelah hampir empat bulan
menunggu kepastian merger dua perusahaan teknologi Indonesia, Gojek dan
Tokopedia, publik akhirnya mendapatkan kabar resmi aksi korporasi itu.
Penyatuan dua perusahaan teknologi Indonesia itu melahirkan GoTo. Langkah selanjutnya kini
ditunggu. Langkah yang tak mudah, tetapi tak mustahil juga dicapai. Sebuah
perusahaan teknologi hasil merger asal Indonesia bisa melantai di bursa
dengan valuasi yang fantastis. Lazimnya dua perusahaan
yang bergabung, pasti ada masalah internal yang perlu diselesaikan.
Masalah-masalah teknis merger lebih sederhana diselesaikan, tetapi masalah
yang berkaitan dengan respons karyawan biasanya malah tidak mudah. Karyawan
Tokopedia mungkin saja bertanya tentang saham mereka di perusahaan hasil
merger yang lebih kecil, yaitu 42 persen, sementara Gojek 58 persen. Mereka juga mungkin
bertanya di tengah kesuksesan bisnis mereka di tengah pandemi yang terpilih
sebagai CEO perusahaan induk bukan dari Tokopedia. Pertanyaan-pertanyaan
kecil ini pasti muncul, tetapi pasti bisa diselesaikan oleh mereka. Karyawan
Gojek mungkin tidak terlalu bereaksi terhadap hasil merger. Mereka mungkin langsung
bisa menatap masa depan bisnis mereka yang lebih baik, yaitu pengantaran
barang dan makanan yang bakal membesar di tengah angkutan penumpang yang
mengecil saat pandemi. Mereka juga lega karena kabar merger dengan kompetitor
mereka, yaitu Grab, hanyalah kabar semata alias tidak terjadi. Secara umum
persepsi-persepsi di internal karyawan memang perlu diselesaikan lebih dulu.
Awal pekan ini, mereka telah dipertemukan untuk pertama kalinya melalui
pertemuan besar secara daring. Sebuah langkah yang bagus agar tidak terjadi
perbedaan yang tajam tentang aksi korporasi yang diambil. Mereka mendapat
penjelasan langsung dari para pendiri dan eksekutifnya. Penjelasan di awal
dan langsung dari orang kunci akan menenangkan karyawan dibandingkan mereka
mendapat informasi dari luar. Setelah itu, mereka harus
bersiap untuk menawarkan saham perdana ke pasar. Salah satu hal yang penting
adalah melakukan valuasi hasil merger. Publik akan menunggu valuasi baru
hasil merger. Beberapa kalangan menyebut valuasi itu antara 35 miliar dollar
AS dan 40 miliar dollar AS. Sebuah angka yang fantastis untuk sebuah
perusahaan di Indonesia. Kapitalisasi pasarnya sudah mengalahkan beberapa grup
perusahaan mapan di Indonesia. ”King maker” dalam merger
ini, yaitu Softbank, yang juga
investor di Tokopedia, akan banyak berperan dalam melakukan valuasi dan
persiapan penawaran saham perdana. Mereka akan terlibat dalam valuasi karena
mereka memiliki banyak pengalaman dan sekaligus memiliki kepentingan yang
lebih besar. Kepentingan Softbank
adalah meyakinkan kembali kepada banyak kalangan bahwa mereka tetap bertangan
dingin dalam urusan mengelola investasi di perusahaan teknologi setelah
kegagalan mereka saat penawaran saham perdana Uber dan WeWork dua tahun lalu.
Softbank butuh pengakuan di tengah sejumlah masalah yang melilit. Softbank juga
berkepentingan untuk meyakinkan kepada investor bahwa proyek mereka, yaitu
sindikasi investasi bernama Vision Fund putaran pertama yang melibatkan
sejumlah lembaga investasi global, telah berhasil. Total dana Vision Fund
putaran pertama 100 miliar dollar AS dan sebanyak 1,1 miliar dollar AS
diinjeksikan ke Tokopedia. Softbank layak bangga
dengan pencapaian ini dan akan menambah portofolio sukses mereka. Sudah
barang tentu jika merger dan penawaran saham perdana GoTo sukses, mereka bisa
membayar imbal hasil kepada investor sindikasi. Keberhasilan merger ini
diharapkan juga meneruskan kembali Vision Fund putaran kedua yang tersendat.
Vision Fund putaran kedua ini tidak sesukses putaran pertama yang sangat
cepat mendapatkan dana sindikasi dari sejumlah investor. Softbank berharap
kepercayaan perusahaan investasi global mau kembali bergabung dalam
sindikasi. Meski demikian, langkah
mereka bakal tidak mudah. Kegagalan Softbank pada masa lalu membuat investor
akan semakin ketat dan teliti mempertanyakan valuasi GoTo. Investor tidak
lagi mau mendengar valuasi yang asal-asalan dan tak berdasar. Mereka lebih
ingin mendengar valuasi yang lebih realistis dan sekaligus mendapatkan
rincian yang detail tentang bisnis GoTo. Kasus penawaran saham
perdana WeWork yang batal akan membuat investor semakin hati-hati. Saat
bertemu dengan para investor dan lembaga keuangan sebelum mereka menjual
saham ke bursa, tentu GoTo akan mendapat pertanyaan yang tajam tentang
valuasi dan masa depan bisnis mereka. Investor juga akan meneliti secara
mendalam tentang tata kelola selama ini serta kepribadian para eksekutifnya. Eksekutif GoTo mungkin akan
lebih hati-hati melakukan valuasi dan lain-lain. Oleh karena itu, menjelang
penawaran saham perdana GoTo akan lebih banyak berhati-hati dalam membuat
pernyataan. Mereka lebih berkonsentrasi pada rencana bisnis hasil merger. Pada tahap awal mereka
ingin membuktikan sejauh mana merger memberi nilai baru dan memperlihatkan
bisnis yang efisien di tengah persaingan dengan sejumlah kompetitor, baik di
transportasi, jasa keuangan, logistik, penjualan produk, maupun berbagai
layanan GoTo. Dalam waktu dekat GoTo
mungkin akan memperlihatkan betapa efisiennya pembelian produk, pembayaran,
dan pengantarannya. Operasi Gojek mungkin bisa dialihkan dari semula berfokus
pada pengantaran orang ke pengantaran barang. Armada Gojek mungkin akan
berada di sekitar gudang Tokopedia yang dibangun di beberapa tempat. Tokopedia yang telah
mengetahui permintaan pembeli untuk berbagai barang di suatu tempat telah
membuat gudang sehingga penjual bisa menyimpan barang di tempat itu. Mereka
bisa mengantarkan barang tak lama setelah pembeli melakukan pemesanan. Kolaborasi ini juga akan
semakin mempercepat pengantaran produk segar, salah satu produk yang selama
ini banyak mengalami kendala pengantaran di tengah permintaan yang semakin
besar. Beberapa pembeli memang telah mendapatkan layanan dari sejumlah
perusahaan logistik yang menawarkan pengiriman produk segar. Akan tetapi,
GoTo mungkin akan lebih efisien lagi karena penyimpanan produk dan
pengantaran produk bakal terintegrasi dari hulu ke hilir. GoTo tengah menyiapkan
pasar modal yang akan digunakan untuk menawarkan saham. Mereka pasti akan
menawarkan saham di Indonesia dan di luar negeri, kemungkinan di Amerika
Serikat. Penawaran saham ini membutuhkan komunikasi yang tepat karena
warganet kerap usil dengan masalah-masalah penjualan saham di luar negeri.
Akhir tahun ini dikabarkan mereka hendak masuk ke bursa. Lepas dari semua itu,
kompetitor pasti akan melakukan perhitungan ulang tentang bisnis mereka.
Mereka tidak mau tersingkir karena hasil merger ini. Mereka akan bekerja
keras agar makin efisien dan kompetitif. Kemampuan eksekutif GoTo menghadapi
kompetitor pasti akan ditanyakan pula oleh para investor yang menawarkan
saham. Terakhir, investor dan
publik akan mengamati perilaku para eksekutif GoTo menjelang penawaran saham
perdana. Hasil pengamatan ini untuk mengonfirmasi tentang tata kelola, etika,
dan juga masa depan bisnis GoTo. CEO WeWork Adam Neumann mengalaminya. Ia
harus menerima kenyataan disoroti tentang rumahnya yang mewah serta kebiasaan
terbang dengan pesawat privat pada saat investor mempertanyakan valuasi dan
bisnisnya. Adam kemudian diminta
mengundurkan diri dan istrinya pun tidak diperkenankan mengelola perusahaan
itu. Sepintas memang terkesan mengada-ada, tetapi ternyata dalam beberapa
kasus bisnis, perilaku serta kepribadian para eksekutif diaduk-aduk juga oleh
investor dan media ketika valuasi dan rencana bisnis mereka tidak jelas. Kita yakin eksekutif GoTo
bisa lebih dingin dan rendah hati dalam menghadapi persiapan menuju penawaran
saham perdana. Setidaknya selama ini mereka tidak aneh-aneh. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar