Parodi
Anjing & Katak Samuel Mulia ; Penulis Kolom “PARODI” Kompas Minggu |
KOMPAS, 23 Mei 2021
Kalau
Anda becermin, cermin akan memperlihatkan diri Anda. Kalau Anda berbuat
sesuatu, perbuatan Anda itu adalah cermin siapa diri Anda. Bisa jadi, cermin
itu merefleksikan Anda yang sesungguhnya atau Anda yang tengah berpura-pura.
Apa pun alasannya, itu adalah yang Anda suguhkan kepada khalayak kebanyakan. Anjing Saya yakin, sebagian besar
dari Anda telah melihat perbuatan tiga perempuan yang viral di media sosial
belakangan ini. Bahkan perbuatan mereka itu sudah dijadikan meme. Teman saya
sudah menggunakan meme itu sebagai alat untuk menjawab pesan tanpa kata-kata.
Saya tak perlu menjelaskan perilaku dan perbuatan mereka yang sangat
emosional itu. Bagi Anda yang belum melihat, Anda bisa mencarinya di media
sosial dengan sangat mudah. Kejadian itu adalah satu
dari sekian banyak contoh cermin yang dibawa seseorang di mana pun ia berada dan
kemana pun ia pergi. Cermin yang menggambarkan tabiat seseorang, yang
merefleksikan seberapa tinggi atau rendahnya penguasaan diri, yang
memperlihatkan dengan sejelas-jelasnya seberapa besar atau kecilnya kepekaan
sosial, dan seberapa besar atau kecilnya keinginan seseorang berbuat baik
atau tidak sama sekali. Permohonan maaf yang
dilakukan setelah perbuatan penuh emosi itu juga tak selalu menggambarkan
sebuah tabiat yang mulia. Permohonan maaf dengan menggunakan kalimat yang
klise, yaitu saya khilaf dan tak akan mengulangi perbuatan itu, masih perlu
dibuktikan dalam waktu berjalan. Membuktikan apakah itu
hanya sekadar kalimat basa-basi bermeterai atau benar-benar dieksekusi
sehingga manusia itu benar berubah menjadi sebuah pribadi baru yang sudah
enggan menyebut ”anjing” atau ”goblok”, sebagai bentuk luapan amarah. Saya kalau jadi anjing,
juga akan tersinggung, selalu dibawa-bawa dalam sebuah kejadian buruk dan
nama saya selalu dikonotasikan sebagai sebutan yang kasar, padahal saya
sebagai anjing sangat mudah memaafkan, setia, dan dapat menjadi teman di kala
suka dan duka, dijadikan penuntun bagi mereka yang membutuhkan. Seandainya sebagai anjing
saya bisa menuntut manusia mencemarkan nama baik, akan saya lakukan. Saya
akan membuat konferensi pers untuk mengembalikan nama baik saya yang sudah
sering dicemari berpuluh tahun lamanya. Katak Setelah kejadian emosional
yang membuat saya ikutan emosi, nurani saya yang sudah lama, lama sekali tak
bernyanyi, pagi itu, saat saya sedang membuat tulisan ini, nyanyian kembali
terdengar. Keras seperti biasa. ”Kamu kok pinter banget
bisa ngomong kayak gitu. Lawong kamu itu juga gak beda sama ibu-ibu itu. Kamu
itu beruntung karena pada masa kamu berteriak seperti itu, belum ada media
sosial dan anak buahmu tidak merekamnya. Tapi, kamu sami mawon. Jadi mending
tulisan yang di atas kamu jadikan bahan kuliah untuk dirimu sendiri.” Benar. Sungguh seratus
persen benar. Saya pernah merobek hasil karya anak buah, saya pernah
berteriak dengan sangat emosi di sebuah rumah makan di sebuah mal, yang telah
membuat teman saya yang menemani saya makan ketakutan setengah mati. Saya
mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakiti, sampai teman saya bilang
begini. ”Mas Sam, aku tu gak nyangka loh, elo bisa sampai kayak gitu.” Nah, teman-temanku
se-Tanah Air, orang mengatakan bahwa hidup itu penuh kejutan. Sekarang, di
hari Minggu ini, saya mau bertanya kepada Anda semua. Kejutan apa yang Anda
telah berikan kepada teman Anda, kepada anak, suami, teman sekerja, anak buah
atau klien Anda, sampai mereka terbelalak karena mereka tak tahu kalau Anda
bisa menjadi orang yang berbeda yang selama ini mereka ketahui. Cermin apa yang Anda
perlihatkan kepada mereka yang selama ini tersimpan rapi sampai mereka merasa
Anda seperti saya, disebut dengan predikat katak, karena dapat hidup di dua
dunia. Satu hari terlihat sangat santun, tetapi bisa berbuat kekejaman yang
jauh dari kesantunan perilaku yang selama ini dikenal orang. Melihat kejadian di atas,
saya kemudian berpikir begini. Mungkin banyak orang tak mau bekerja sama
dengan saya bukan hanya semata-mata karena proposal saya tidak menarik atau
harga yang saya tawarkan terlalu mahal, atau saya orang yang tidak fleksibel,
melainkan karena mereka melihat saya seperti katak. Mereka takut kebaikan saya
di awal dapat berubah menjadi kekejaman yang luar biasa. Mereka takut apakah
saya ini bisa dipercaya. Di air bisa dipercaya, tetapi belum tentu kalau
sudah berada di darat. Mereka malas bekerja sama dengan orang yang tingkat
penguasaan dirinya sangat rendah. Mereka enggan bekerja sama dengan orang
yang juga tidak taat pada peraturan atau kontrak yang sudah disepakati. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar