Politisasi
Asal Usul Virus Korona Xiao Qian ; Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia |
REPUBLIKA, 13
Agustus 2021
Sejak
merebaknya pandemi Covid-19, Tiongkok bekerja sama dengan berbagai negara
mengatasi kesulitan dan menjalankan operasi kemanusiaan darurat terbesar
sepanjang sejarah Tiongkok. Langkah ini
demi mendukung pemulihan ekonomi global dan rekonstruksi pascapandemi serta
berkontribusi bagi pembangunan komunitas kesehatan umat manusia. Virus korona
bermutasi luar biasa cepat. Di tengah kondisi genting ini, semua negara
seharusnya bergandeng tangan memenangkan pertempuran melawan pandemi sesegera
mungkin. Negara-negara
di dunia juga perlu memajukan kerja sama penelitian ilmiah untuk menelusuri
asal-usul virus korona, agar dapat mencegah dan menanggapi risiko serupa
lebih efektif pada masa mendatang. Tiongkok telah
proaktif berkolaborasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyelidiki
sumber virus korona. Dalam hal ini, Tiongkok senantiasa mempertahankan sikap
ilmiah, profesional, serius, dan bertanggung jawab. Pada sidang
ke-73 Majelis Kesehatan Dunia, Mei 2020, Presiden Xi Jinping menegaskan,
komitmen Tiongkok mendukung penelitian ilmiah global dalam menelusuri asal
usul dan rute penyebaran Covid-19. Sejak 2020,
Tiongkok telah dua kali mengundang tim pakar WHO untuk meneliti sumber virus
korona di Tiongkok. Awal tahun ini, ahli dari 10 negara, termasuk AS,
Inggris, Jepang, dan Australia berkolaborasi dengan kolega dari Tiongkok. Tim gabungan
bekerja 28 hari di Tiongkok dan mencapai hasil positif. Pada 30 Maret, WHO
merilis laporan penelitian gabungan Tiongkok-WHO, bahwa penularan virus
SARS-CoV-2 ke manusia melalui laboratorium “sangat tidak mungkin”. Laporan juga
menyatakan, penyelidikan kemungkinan transmisi awal di negara lain “penting”
dan penularan virus ke manusia melalui inang perantara “relatif mungkin”
hingga “sangat mungkin”. Laporan tim
gabungan juga mengajukan rekomendasi ilmiah untuk penyelidikan global tahap
selanjutnya. Terkait hal ini, perlu diteruskan pencarian kemungkinan kasus
awal dalam lingkup wilayah lebih luas. Penyusunan
laporan ini mematuhi prosedur WHO dan mengadopsi metode ilmiah sehingga
berpengaruh dari sisi otoritas ataupun keilmuan. Laporan ini juga diakui
masyarakat internasional. Namun,
beberapa hari lalu, Sekretariat WHO secara sepihak mengajukan rencana
penyelidikan tahap kedua, bahwa salah satu hipotesis “telah terjadi
pelanggaran prosedur laboratorium oleh Tiongkok yang menyebabkan kebocoran
virus”. Tiongkok
menolak hal ini. Tiongkok percaya, penyelidikan sumber virus tahap kedua
seharusnya mengikuti panduan resolusi Majelis Kesehatan Dunia yang relevan,
lewat diskusi negara anggota, dan merujuk hasil penyelidikan tahap pertama. Tiongkok
berpendapat, penyelidikan sumber virus tahap pertama tak perlu diulang,
terlebih telah diambil kesimpulan. Tahap kedua penyelidikan seharusnya fokus
pada rute penyebaran dari inang hewan perantara. Selain itu,
harus memperluas penelusuran kasus awal di banyak negara dan wilayah di
berbagai penjuru dunia, berdasarkan konsultasi penuh dan ekstensif di antara
negara anggota. Namun,
beberapa waktu ini, segelintir negara secara terbuka mengabaikan hasil kerja
sama para ilmuwan. Demi
kepentingan sendiri, mereka tak ragu meninggalkan sains dan kebenaran,
mengabaikan fakta dan realitas, memberi stigma terhadap wabah, melabeli
virus, dan memolitisasi upaya penelusuran asal usul virus. Semua tindakan
ini meracuni suasana kerja sama ilmiah internasional, sekaligus mengganggu
dan menghancurkan kerja sama global untuk menelusuri sumber virus, juga
menciptakan hambatan bagi negara dunia memerangi pandemi. Baru-baru ini,
70 negara menulis surat kepada Dirjen WHO dan menyatakan upaya global
menelusuri asal usul virus merupakan tugas ilmiah, yang tak boleh
dipolitisasi dan hasil laporan penelitian gabungan Tiongkok-WHO harus
dihormati. Sikap Tiongkok
yang terbuka dalam proses penyelidikan sumber virus korona pun diakui pakar
internasional. Dominic Dwyer,
ahli imunologi dan penyakit menular dari Australia, anggota tim pakar
gabungan WHO, dalam sebuah wawancara menyatakan, proses penelusuran sumber
virus sangat kompleks. Dwyer
mengingatkan, negara-negara perlu menghentikan pertikaian dan meningkatkan
kerja sama untuk melanjutkan penyelidikan sumber virus, bukan hanya di Wuhan
ataupun Tiongkok, melainkan juga di belahan lain dunia. Sejak pandemi,
Tiongkok dan Indonesia saling membantu dan mendukung, serta menjadi yang
terdepan di antara negara kawasan dalam mendorong kerja sama penanganan
pandemi dan pengadaan vaksin. Kedua negara
bahu-membahu melawan “nasionalisme vaksin” dan “kesenjangan kekebalan”.
Tiongkok siap bermitra dengan Indonesia ataupun masyarakat internasional
menjamin proses penyelidikan asal usul virus berlangsung ilmiah dan ketat. Selain itu,
Tiongkok siap bekerja sama memperluas penyelidikan sumber virus di banyak
negara dan wilayah di penjuru dunia serta memperkuat kerja sama dan
pertukaran penelitian ilmiah dalam penelusuran sumber virus. Semua ini
kontribusi yang sepatutnya dilakukan demi mencapai kemenangan atas pandemi
serta melindungi kesehatan dan kesejahteraan umat manusia. ● Sumber
: https://www.republika.id/posts/19360/politisasi-asal-usul-virus-korona |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar