Berdoa
Kepada Tuhan Budi Darma ; Sastrawan dan Guru Besar Emeritus Unesa |
KOMPAS, 21 Agustus 2021 (7 Januari
2016)
Pada
awalnya Tuhan menciptakan tiga makhluk, yaitu manusia, terbuat dari tanah;
malaikat, terbuat dari cahaya; dan iblis, terbuat dari api. Kendati
terbuat dari tanah dan kotor, Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang
paling tinggi derajatnya. Karena itulah, ketika Tuhan menitahkan malaikat
untuk menyembah manusia, malaikat melaksanakannya dengan baik. Namun, karena
merasa dibuat dari api dan merasa derajatnya jauh lebih tinggi daripada
manusia, titah Tuhan untuk menyembah manusia ditolak oleh iblis dengan sikap
congkak. Karena
menolak perintah Tuhan, jadilah iblis sebagai makhluk yang kerjanya hanya
menyeret manusia untuk menjadi pengikutnya, yaitu makhluk yang ingkar Tuhan.
Manusia dijerumuskan untuk berbuat dosa agar nanti dapat menemani iblis pada
hari kiamat. Makin banyak manusia berbuat dosa, makin senanglah iblis karena
anak buahnya dalam kehidupan sesudah mati akan makin banyak. Karena itu,
iblis dapat memperbudak manusia yang bergelimang dosa untuk selamanya di
neraka yang paling dalam. Salah
satu contoh monumental mengenai kehebatan iblis dalam menggoda manusia tampak
dalam cerita rakyat Doctor Faustus. Pada awalnya Dr Faustus, manusia yang
sangat pandai, merasa tidak puas dengan kepandaian yang sudah dimilikinya.
Dia ingin memiliki ilmu yang memungkinkan dia bisa melihat masa lampau jauh
ke belakang, masa depan jauh ke depan, dan memungkinkan dia untuk melihat
surga serta neraka. Karena
ambisinya ini, datanglah iblis bernama Lucifer untuk menjerumuskannya. Iblis
bersedia untuk memenuhi semua keinginannya dengan jalan menjadikan dirinya
sebagai budak Dr Faustus untuk waktu tertentu dan, sesudah waktu itu lewat,
Dr Faustus akan dijadikan budak oleh iblis untuk selamanya. Karena ambisinya
sangat besar, Dr Faustus pun menerima tawaran itu dengan menorehkan tanda
tangan dengan darahnya dalam sebuah surat kontrak. Begitu
dia bisa melakukan segalanya dengan pertolongan iblis, keinginannya yang
awalnya hanyalah kepandaian mendadak berubah menjadi perilaku tamak. Sebagai
misal, setiap malam dia harus ditemani oleh perempuan yang paling cantik di
seluruh alam semesta, Helen namanya. Karena ketamakannya, Dr Faustus tidak
sadar bahwa yang menjadi Helen itu tidak lain adalah iblis itu sendiri, yang
dengan mudah menyamar menjadi Helen. Inilah
salah satu kehebatan iblis dalam menggoda manusia, yakni iblis bisa melakukan
apa pun, bukan dalam alam nyata yang konkret, melainkan dalam alam yang
tampaknya konkret, tetapi sebetulnya hanya khayalan. Dari sini tampak pula
bahwa sekali terjerat oleh iblis, sukar bagi manusia untuk melepaskan diri
dari kekuatan iblis. Salah
satu jalan bagi manusia untuk melepaskan diri dari cengkeraman iblis adalah
berdoa, tentu saja berdoa kepada Tuhan, bukan kepada iblis. Akan tetapi,
karena iblis sangat pandai, pada waktu manusia berdoa kepada Tuhan, iblis
mampu menyelewengkan doa kepada Tuhan ini menjadi doa kepada iblis. Manusia
yang berdoa kepada Tuhan, tetapi sebetulnya kepada iblis pada hakikatnya
adalah manusia yang percaya Tuhan. Beda, misalnya, dengan para filsuf
eksistensialis abad ke-20 yang ateistik. Eksistensialisme ateistik dipicu berbagai
hal, khususnya pada waktu Perang Dunia II. Manusia
berkali-kali berdoa kepada Tuhan agar perang segera berakhir, tetapi
kenyataannya justru perang makin berkobar, Hitler makin berkuasa, dan
kesengsaraan makin merajalela. Manusia berpikir, seandainya Tuhan ada, pasti
Tuhan akan mengabulkan doa-doa itu. Namun, karena kekuatan dan kebiadaban
Hitler makin menjadi-jadi, mereka menganggap bahwa pada hakikatnya Tuhan
tidak ada. Kalau Tuhan tidak ada, siapakah yang bertanggung jawab untuk
menghentikan perang? Tidak lain adalah manusia sendiri. Manusia bertindak dan
bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Konon,
beberapa orang penting di negara ini berdoa terlebih dahulu sebelum
menghadiri sebuah sidang penting. Sidang ini penting sebab dari sidang inilah
rakyat akan tahu mengenai kebenaran yang sesungguhnya. Ternyata,
dengan berbagai alasan, keinginan rakyat untuk mengetahui apa yang akan
terjadi pada sidang itu tidak bisa terpenuhi. Mengapa? Karena sidang ini
hanyalah untuk orang-orang penting, yang sebelum memasuki ruang sidang, konon
kabarnya, berdoa terlebih dahulu. Mudah-mudahan doa kepada Tuhan itu tidak
diselewengkan oleh siapa pun menjadi doa bukan kepada Tuhan. Dan, marilah
kita berdoa kepada Tuhan agar negara kita dibebaskan dari keserakahan dan
kebohongan orang-orang tertentu. ● Sumber : https://www.kompas.id/baca/opini/2021/08/21/budi-darma-berdoa-kepada-tuhan-2016/ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar