Miris
Ngeri Dahlan Iskan ; Mantan CEO Jawa Pos |
DISWAY, 28
Agustus 2021
Awalnya
saya tidak tertarik mengikuti berita H. Muhammad Kace ini. Apa manfaatnya. Tapi
begitu ia ditangkap polisi barulah saya ingin tahu: mengapa? Oh...
klasik: penghinaan agama. Saya
pun kembali malas mengikuti berita itu. Ups...
Ada yang aneh. Kok kali ini jalur ''NU garis lurus'', tumben, ikut bersuara.
Kenceng pula. Bahkan ikut melapor ke polisi. Biasanya NU garis lurus toleran
dengan yang seperti itu. Apalagi NU yang garis lucu. Rupanya
Kace sering menyebut kitab kuning. Yang ia anggap menyesatkan umat Islam.
Ajaran yang tidak ada dalam Alquran pun diada-adakan di kitab kuning. Kitab
kuning adalah istilah untuk buku-buku pelajaran agama dengan tulisan Arab
tanpa tanda baca. Hanya yang pinter bahasa Arab yang bisa membacanya secara
benar. Buku-buku tersebut begitu lamanya sampai warnanya sudah kuning. Maka
buku sejenis itu, biar pun masih baru, disebut juga kitab kuning. Misalnya
soal keharusan khitan dalam Islam (memotong kulit yang menutup bagian ujung
kemaluan laki-laki sepanjang sekitar 10 cm). Menurut Kace, khitan itu tidak
diajarkan di dalam Quran maupun Hadis. Ia
menantang siapa pun untuk menunjukkan ayat mana yang mengharuskan khitan. Pun
tidak ada satu Hadis yang mengharuskan khitan. Saya
pun teringat pelajaran di pesantren dulu: hadis adalah segala kata-kata yang
pernah diucapkan Nabi Muhammad dan tindakan apa saja yang pernah dilakukan
Rasul Allah itu. Saya
pun mencoba mendengarkan sendiri seperti apa kalimat utuh yang diucapkan
Kace. Maka saya membuka YouTube. Ya
ampuuuuun. Banyak sekali Kace tampil di YouTube. Bukan sekali atau dua kali.
Puluhan. Ratusan. Berarti
ini tidak sama dengan kasus BTP dulu, yang bersumber hanya satu penggal ayat
di Quran. Yang begitu multitafsir pula. Yang
dilakukan Kace ini bukan salah ucap dan bukan pula salah tafsir. Juga tidak
ada kepentingan politik sempit di baliknya. Entahlah kalau politik yang lebih
luas. Berarti
Kace itu sudah YouTuber! Ia sengaja membuka channel di YouTube untuk
mempersoalkan isi ayat-ayat Quran, menurut versinya. Hanya saja gayanya
memang sangat menarik perhatian: pakai baju batik, kopiah hitam, dan lambang
Garuda dengan ukuran cukup mencolok di kiri depan kopiah itu. Ucapan
pertamanya langsung menohok: Assalamu'alaikum WarahmatuYesus Wabarokatuh. Kalimat
keduanya masih mirip itu: AlhamdulilYesus.... Pengucapan
bahasa Arabnya sangat fasih. Saya kalah fasih. Terlihat Kace pernah lama
sekolah di pesantren. Ia sendiri mengaku sudah beberapa kali naik haji. Kini
ia penganut Kristen. Dengan KTP tetap menggunakan nama lama: H. Muhammad
Kosman. Rupanya
Muhammad Kace itu nama di YouTube saja. Jangan-jangan ia sengaja memakai nama
panggilan Kace karena pernah diejek dengan kata itu. Di
Sunda –konon ia berasal dari Jawa Barat– tidak biasa orang pakai nama Kace.
Tapi istilah ''kace'' sering dijadikan
bahan ejekan: kafir celaka. Di
YouTube-nya itu Kace juga menantang siapa pun untuk ikut muncul di forum live
itu. Ia minta ditunjukkan ayat Quran yang mana yang menyebutkan orang Islam
itu dijamin masuk surga. Kace
pun mengutip banyak ayat Quran dengan bacaan yang sangat fasih. "Yang
oleh Quran dijamin masuk surga itu bukan orang Islam, tapi orang yang beriman
dan beramal saleh", katanya. Sebetulnya
penilaian seperti itu tidak baru. Tapi tetap bikin penasaran. Kami,
di lingkungan aktivis Islam intelektual, sebenarnya juga sering mendiskusikan
ayat-ayat Quran seperti itu. Biasa saja. Bahkan lebih sensitif dari itu:
Tuhan itu ada atau tidak sih? Apakah orang yang bukan Islam, menurut doktrin
Islam, bisa masuk surga? Di universitas seperti UIN –khususnya jurusan
filsafat– mendiskusikan yang seperti itu makanan sehari-hari. Bisa sepanjang
malam. Bisa mengalahkan drama Korea. Bedanya,
Kace menyelenggarakan itu di YouTube. Isi YouTube-nya itu bukan ceramah. Bukan monolog. Kace sengaja
membuka channel YouTube yang mirip Zoom. Live. Siapa saja bisa bergabung di
channel itu. Untuk bicara bebas sesuai dengan tema hari itu. Hanya
saja Kace yang memegang ''mikrofon''. Ia bisa mematikan mikrofon siapa saja.
Termasuk mikrofon pembicara lain.
Dengan cara ia mute. Jangan
harap yang bicaranya emosi tanpa dasar dibiarkan terus bicara. Langsung
di-mute oleh Kace. Saya
pernah mengikuti rekaman YouTube-nya yang seperti itu. Tiga jam. Belum juga
selesai. Begitu banyak WA dan email terabaikan. Padahal tidak melihat HP 30
menit saja, WA yang harus dijawab
begitu banyak. Saya begitu keasyikan menonton acara Kace itu –ingat pelajaran
masa-masa di sekolah dulu. Di
forum itu, Kace juga memberikan pelayanan Quran online. Setiap ada yang
mengutip ayat Quran ia tampilkan ayat dimaksud. Lengkap dengan terjemahannya.
Lalu ia baca ayat itu dengan fasihnya. Ia baca pula terjemahannya. Tafsir
Quran apa saja ia sediakan. "Kalau tidak puas dengan ini, buka saja
Tafsir Jalalain. Atau tafsir Ibnu Katsir, atau Quraish Shihab...," kata
Kace. Saya
melihat ada juga orang Islam yang gabung ke channel itu. Saya lupa namanya.
Tapi kelihatannya ia intelektual. Mungkin hafal Quran. Orangnya sabar. Kalem.
Banyak tersenyum. Sesekali tertawa bersama. Tidak pernah emosi. Termasuk
ketika Kace begitu sinis padanya. Banyak
ayat Quran didiskusikan di channel
itu. Ada soal Mariam (Islam) atau Maria (Kristen). Yakni soal jenis roh yang
ditiupkan ke perawan Maria. Yang dalam Kristen digunakan sebagai alasan untuk
menyebut Yesus itu Tuhan. Ada
juga diskusi soal mengapa orang Islam mati-matian membela Tuhannya. Sampai
bunuh-bunuhan. Seolah Tuhan itu tidak berkuasa membela diri Tuhan sendiri
–seperti juga sering diucapkan Gus Dur dulu. Begitu banyak topik di banyak
acara YouTube itu. Cara
Kace ini rupanya menginspirasi kelompok Kristen yang lain. Saya lihat, ada
juga channel tantang-menantang di YouTube seperti itu. Bukan Muhammad Kace
pemiliknya. Kace hanya tamu di situ. Yang
dipersoalkan, misalnya, ''siapa yang lebih dulu menghina agama lain''. Saya
lihat ada juga orang Islam yang masuk ke channel itu, melayani tantangan itu. Di
layar itu juga ditampilkan ayat Quran. Dari surah Al Bayyinah ayat 6:
orang-orang kafir dan musyrik akan masuk neraka jahanam selama-lamanya.
Mereka itu seburuk-buruk makhluk. "Bunyi
ayat seperti itu menghina atau
tidak," tanya yang dari Kristen. "Itu
tidak ada hubungan dengan menghina atau menghargai. Itu doktrin Islam,"
jawab yang Islam. "Itu
kami anggap menghina, karena diucapkan di depan umum. Kalau diucapkan di
dalam masjid itu tidak kami anggap menghina," kata yang Kristen. Saya
lupa mencatat namanya. Tapi saya ingat yang dari Islam itu bernama Nasution. "Di
depan umum" yang dimaksud ternyata adalah di Toa. Semula saya sulit
menangkap apa itu Toa. Saya pun ingat: di Indonesia Timur semua jenis
pengeras suara disebut Toa –apa pun
mereknya. "Kalau
Toa itu hanya di dalam masjid tidak apa-apa. Tapi kan dipasang di atas
masjid, kedengaran siapa saja," kata yang Kristen. Apalagi kalau masjid
itu di kampung yang penduduknya multiagama. Setelah
lebih dari empat jam mengikuti channel seperti itu saya mblenger. Ketakutan.
Ngeri. Jenuh. Kapok. Sejak
tadi malam saya tidak mau lagi membuka channel seperti itu. Miris. Hati saya
menjadi tidak damai. Padahal saya ini tidak boleh lupa bahagia –hampir saja
saya lupa. Saya
juga merenung: apa untungnya membuka channel seperti itu. Apa untungnya
melihatnya. Apa manfaatnya bagi bangsa. Saya
saksikan di situ, sulit sekali bisa bersepakat. Tidak ada pendapat yang bisa
bertemu. Saling klaim. Saling benar. Saling mau menang. Saya
miris. Ngeri. Tapi
di negeri seperti Amerika yang seperti itu biasa saja. Tidak sensitif. Jangan-jangan
ada baiknya juga yang seperti itu mulai dibuka di Indonesia. Asal tidak
berantem. Biar mulai terbiasa. Toh yang seperti ini tidak bisa juga terlalu
dibendung. Siapa pun bisa bikin channel seperti itu. Kalau tidak bisa dari
Indonesia bisa dari negara mana saja, dengan bahasa Indonesia. Tapi
saya ngeri. Miris. Mungkin
perasaan saya saja. (Dahlan Iskan) ● |
Sumber : https://www.disway.id/r/1758/miris-ngeri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar