Data,
Revolusi Informasi, dan Kehidupan Kita Joko Priyono ; Bergiat di Lingkar Diskusi Eksakta |
DETIKNEWS, 21
Agustus 2021
Judul Buku: Mahadata:
Bagaimana Revolusi Informasi Mengubah Hidup Kita; Penulis: Brian Clegg;
Penerjemah: D. Anshar; Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia, Juni, 2021;
Tebal: 164 halaman Perkembangan teknologi dan informasi yang
sangat kita rasakan saat ini setidaknya adalah keberadaan Netflix sebagai
penyedia hiburan berupa film dan video yang dapat diakses kapan dan di mana
saja dengan tema beraneka ragam. Inti dari keberadaan perusahaan tersebut
adalah sebagai penyedia layanan video tayang sesuai permintaan atau dikenal
dengan video on demand. Perusahaan yang didirikan oleh Reed Hastings dan Mark
Randolph pada 29 Agustus 1997 tersebut tentu paham bagaimana mengelola data,
baik itu minat, kesukaan, dan kebutuhan para pelanggan. Hingga saat ini,
perusahaan tersebut bisa dibilang sukses dalam industri penyedia layanan
film. Apa yang sebenarnya disebut dengan data?
Bagaimana cara mengelola data? Mengapa data menjadi penting bagi banyak orang
--setidaknya untuk saat ini, pada fase revolusi informasi yang bergerak
sedemikian rupa? Pertanyaan demi pertanyaan tersebut dapat terjawab lewat
sekeping gagasan dari penulis sains populer dari Inggris Brian Clegg lewat
buku ini. Ia menerbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 2017; baru di tahun
ini dapat dinikmati dalam terjemahan bahasa Indonesia. 360p geselecteerd als
afspeelkwa "Dari data kita membangun informasi.
Informasi mengumpulkan koleksi data terkait agar memberitahu kita sesuatu
yang berarti mengenai dunia. Jika kata-kata di buku ini adalah data, cara
saya menata kata menjadi kalimat, paragraf, dan bab membuatnya menjadi informasi.
Dan dari informasi kita membangun pengetahuan. Pengetahuan kita adalah tafsir
atas informasi agar kita bisa menggunakannya-dengan membaca buku, lalu
mengolah informasi untuk membentuk gagasan, pendapat, dan tindakan masa
depan, kita mengembangkan pengetahuan." (hlm. 7). Data perlu dipahami bukan sebatas kumpulan
fakta. Namun, bermacam-macam jenisnya. Ia juga berhubungan dengan sejarah
yang terjadi pada zaman-zaman sebelumnya. Revolusi yang terjadi dalam
informasi, berkembang dengan pesat semenjak hadirnya internet pada 1960-an,
yang mulanya di universitas yang ada di Amerika Serikat --pada 1970-an
dikembangkan dalam militer. Hingga, surat elektronik kemudian menyebar secara
umum. Perkembangan yang terjadi hadir lewat sistem hyperlink
(pranala) berupa World Wide Web. Saat ini tiga mesin pencari yang
berjaya yakni Microsoft, Bing, dan Google. Kekuatan yang lahir dalam teknologi atas
perlakuan akan keberadaan data tersandar pada dua hal penting, yakni berupa
algoritma dan kekuatan pemrograman komputer. Di sana data melewati proses
pengelolaan sedemikian rupa. Semakin banyak data, tentu semakin bagus dalam
proses yang ada. Hilir-mudik keberadaan data menjadi perhatian khusus bagi
para penyedia jasa layanan hingga produk. Lewat data, mereka mengetahui apa yang
sedang diminati oleh banyak orang. Bahkan, dengan data mereka juga bisa
membuat semacam simulasi dalam melakukan promosi atau bahkan memberikan
rekomendasi pada pengguna dalam berbagai wahana yang digunakan. Buku ini juga menjawab bagaimana pengaruh keberadaan
data terhadap kehidupan sehari-hari. Data tak lain menghamparkan kemungkinan
demi kemungkinan bak dua mata pisau. Di satu sisi memberikan keuntungan
berupa kemudahan dalam melakukan akses maupun mengelola informasi, misalkan
menyajikan tawaran untuk pelanggan dalam pasar elektronik. Namun, di sisi
lain ada kecenderungan yang dimunculkan data memberikan ancaman bagi manusia,
semacam intaian, dan manusia menjadi subjek yang terkontrol. Gagasan baru dalam perkembangan ilmu sosial
atas kajian terhadap data, salah satunya berupa kapitalisme pengawasan (surveillance
capitalism) yang dicetuskan oleh Shoshana Zuboff, Profesor di Universitas
Harvard. Pengawasan tersebut menjadi masalah baru yang muncul dalam era
revolusi informasi; teknologi informasi menjadi pengendali para pengguna
dengan kontrol informasi pribadi, aktivitas tiap waktu baik hobi maupun
kesukaan, bahkan hingga pada pilihan politik maupun keyakinan. Sangat riskan ketika akumulasi data yang
dihimpun oleh algoritma maupun sistem pengelolaan yang sejenis dimanfaatkan
oleh sekelompok orang tertentu, Maka, persoalan keamanan data untuk saat ini
setidaknya menjadi pekerjaan yang penting bagi para pengguna. Menjadi pertanyaan besar: apakah dengan
revolusi informasi sedemikian pesat, manusia akan aman-aman saja? Clegg
menyebutkan, "Mahadata punya potensi membuat kita lebih sehat, memberi
kita kehidupan lebih baik, dan memanfaatkan teknologi luar biasa yang
tersedia sebanyak-banyaknya. Kita tak ingin membuang itu, dan seharusnya
tidak perlu. Namun, seperti kita sudah lihat, mahadata membawa risiko:
pemilik data dan pengguna akhir atau konsumen perlu mengetahuinya."
(hlm. 144). Perlunya sebuah kesadaran itu tentunya penting
untuk membendung hal-hal yang tak diinginkan dalam kehidupan kita. Kesadaran
itu tak lain adalah pemahaman bahwa teknologi bukan sebatas alat (tools)
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, melainkan lebih dari itu, memahamkan
pada diri akan pentingnya pengetahuan bahwa perlunya menjadi manusia yang
berwawasan teknologi. Dengan upaya itu, manusia dapat paham akan
hakikat dan seluk-beluk kehadiran teknologi maupun informasi. Teknologi tidak
menjadi sebuah obat pelipur lara yang memudahkan manusia terjebak dalam
situasi ketergantungan, konsumtif, dan keterasingan diri. Namun, teknologi
adalah bagian cara untuk terus meningkatkan martabat umat manusia. ● Sumber : https://news.detik.com/kolom/d-5690294/data-revolusi-informasi-dan-kehidupan-kita |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar