Cantik
2 T Dahlan Iskan ; Mantan CEO Jawa Pos |
DISWAY, 5
Agustus 2021
SAYA tidak bisa lagi
merahasiakan ini: siapa Si Cantik Disway itu. Yang jadi sumber utama serial
tulisan saya soal sumbangan keluarga Akidi Tio Rp 2 triliun itu. Pembaca Disway ternyata
terus mencoba menebak siapa Si Cantik dengan lima 'i' itu. Saya hitung satu
per satu: lebih 10 orang yang tebakannya benar. Si Cantik adalah seorang
dokter. Spesialis kandungan. Dia bertugas di rumah sakit swasta di Palembang
–pensiun muda dari pegawai negeri. Berarti saya tidak bohong:
Si Cantik itu orangnya benar-benar ada. Bukan tokoh fiksi atau imajinasi. Namanyi: Siti Mirza Nuria.
Biasa dipanggil ''dokter Nur''. Gelarnyi, sebagai orang Minang, adalah
''Datin'' –Datuk untuk wanita. Tinggal satu lagi yang
harus saya buktikan bahwa yang satu ini juga nyata adanya: apakah dokter Nur
benar-benar cantik –dengan lima 'i'. Kita bisa berdebat habis soal ini.
Sampai pun selama PPKM sudah diakhiri kelak. Baiknya saya sertakan saja
foto Si Cantik. Agar perdebatan cantik atau tidaknya jangan berkepanjangan.
Lihatlah foto Si Cantik setelah alenia ini: Memang ada pembaca yang
memperbandingkan: mana Yang lebih cantik, Si Cantik atau Dr dr Karina (Disway
2 Agustus 2021). Ada yang bilang Karina yang lebih pantas mendapat lima 'i'.
Tapi sebaiknya jangan diperbandingkan begitu. Eranya berbeda. Dokter Nur dilahirkan
tahun 1953 –dua tahu setelah kelahiran saya. Sedang Dr Karina tahun ini baru
berumur 47 tahun. Yang jelas dr Nur adalah
wanita tercantik se-Indonesia. Di tahun 1977 lalu. Dia terpilih sebagai Putri
Indonesia di tahun itu. Dia orang Palembang pertama dan satu-satunya yang
sampai ikut kontes Miss World di London dan Miss Universe di Santo
Domingo. Berarti benar: dia pernah
jadi orang paling terkenal di Indonesia. Waktu terpilih itu Si Cantik sudah
kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Di Unsri juga Si Cantik
bertemu Emyr Rasyid. Kakak angkatan. Dia di tahun pertama. Emyr di tahun
ketiga. Ibu Si Cantik adalah teman main tenis ibunda Emyr –seorang dokter
spesialis kandungan. "Emyr jadi incaran
banyak cewek. Saya juga punya banyak fans dan teman pria," ujar Si
Cantik mengenang. Tahun 1977 dia jadi Putri
Indonesia. Tahun 1978 menikah dengan Emyr. "Hadiah keliling dunia saya
hangus," katanyi. Emyr kemudian menjadi
dokter umum. Tidak mengambil spesialis. Pernah jadi dokter PLN. Lalu lebih
banyak dagang –termasuk membuka resto Padang di Palembang. Ia memang berdarah
Minang. Ia meninggal tahun lalu –karena sakit jantung. Sang suami juga menjadi
orang terkenal. Emyr adalah vokalis di Country Road. Yakni grup musik
spesialis lagu-lagu country bersama Tantowi Yahya –kini Duta Besar Indonesia
di Selandia Baru dan negara-negara Pasifik Selatan. Seminggu sekali grup itu
tampil di TVRI –terkenal sekali. Emyr menjabat presiden di
grup musik itu. Waktu kecil, nasib si
Cantik sangat baik: rumah orang tuanyi dekat kompleks perumahan Pertamina.
Banyak orang asing di situ. Dia sudah biasa bicara bahasa asing sejak kecil. Rahasia siapa Si Cantik
mulai terkuak gara-gara Senin pagi lalu: Dr Nur ikut ke Bank Mandiri. Bersama
polisi dan Heryanti, putri bungsu Akidi Tio. Senin itu, polisi ingin
membuktikan apakah Heryanti punya uang Rp 2 triliun di Bank Mandiri. Polisi
ke Bank Mandiri dengan membawa bilyet giro. Itulah bilyet yang diserahkan
Heryanti tanggal 29 Juli 2021. Angka yang tertera di bilyet giro itu Rp
2.000.000.000.000. Bisa saja polisi datang
sendiri ke bank. Tanpa Heryanti. Toh sudah memegang bilyet giro. Saya tidak
tahu mengapa Heryanti diajak serta. Mungkin sekalian untuk memudahkan
pemeriksaan polisi kelak. Berarti sebenarnya polisi sudah menduga bilyet giro
itu kosong –tidak ada dananya. Benar saja, begitu polisi
ingin mengambil uang sebanyak yang tertera di bilyet itu tidak berhasil.
Jawaban bank: dana Heryanti tidak cukup. Hanya bank yang tahu Heryanti punya
uang berapa di rekeningnyi: konon hanya Rp 30 juta. Di sini Heryanti langsung
bisa dijerat dengan aturan cek kosong. Tapi mungkin saja Heryanti
menyerahkan bilyet giro itu karena dipaksa. Giro itu bukan diserahkan saat
upacara penyerahan sumbangan 26 Juli 2021. Itu baru diserahkan tanggal 29
Juli –tiga hari kemudian, setelah mulai heboh-heboh. "Mengapa kok Anda
ikut ke Bank Mandiri?" tanya saya pada Si Cantik. "Siapa tahu uang saya
juga bisa cair," jawab dr Nur lantas tersenyum manis. "Anda datang ke bank
sendirian, diajak polisi, atau diajak Heryanti?" tanya saya lagi. "Diajak
Heryanti," jawabnya. Pagi itu Si Cantik
ditelepon Heryanti. Untuk diajak ke bank. Uang Si Cantik akan cair hari itu. Si Cantik naik mobil
sendiri ke bank. Heryanti bersama polisi. Saya tidak bisa
membayangkan bagaimana kejiwaan Heryanti saat berangkat ke bank itu. Dia tahu polisi akan mencairkan
bilyet giro Rp 2 triliun. Dia tahu tidak ada uang di bank itu. Kok dia
mau berangkat ke bank. Kok tidak langsung saja bilang: Pak Polisi, tidak usah
ke bank, dananya tidak ada. Atau sebenarnya dia sudah
bilang begitu tapi polisi tetap mengajak dia ke bank. Dengan tujuan
memudahkan pemeriksaan kelak. Bahkan kenapa Heryanti mau
menyerahkan bilyet giro itu –kalau dia sendiri tahu bilyet giro itu kosong.
Mengapa pula dia mau membubuhkan tanggal pencairan giro bilyet itu, 2 Agustus
2021. Mengapa saat polisi minta bilyet giro itu, Heryanti tidak langsung
mengatakan: "maaf Pak Polisi, uang dari Singapura ternyata belum jadi
masuk ke rekening saya". Ataukah sebenarnya hari
itu Heryanti benar-benar yakin menerima kabar dari Singapura bahwa uang
papanyi cair hari itu? "Dia yakin sekali.
Dia tenang sekali," ujar Si Cantik. "Kalau saya yang mengeluarkan
cek (biro gilyet, Red) seperti itu saya sudah mati berdiri," tambahnya. Waktu menunggu di bank dr
Nur tidak sempat berbincang dengan Heryanti. Heryanti terus berbincang dengan
pejabat Polda. "Wajahnyi biasa sekali. Tidak kelihatan grogi," kata
Si Cantik. Dokter Nur pernah
menanyakan soal ketenangan itu. Jawab Heryanti: "kalau dana itu tidak
ada ya Bu... mana saya bisa kuat tersiksa lama begini. Saya bisa kuat karena
dana itu ada". Saya pun mempersoalkan
bagaimana mungkin bisa mengurus uang di Singapura di masa pandemi seperti
ini? Bukankah Heryanti tidak bisa masuk ke Singapura? Ternyata, Heryanti punya
cara sendiri. Selama pandemi ini, Heryanti ke Batam. Terakhir dua bulan lalu.
Heryanti mengurus uang Rp 16 triliun ''milik'' ayahnyi dari Batam. Singapura memang terlihat
dari Batam. Jaraknya begitu dekat. Lalu lintas lautnya begitu lancar. Heryanti menunggu di
Batam. Pengacara Singapura yang datang ke Batam. Pengacara itu menyerahkan
dan menerima dokumen yang diperlukan. Di Batam pula Heryanti menandatangani
berkas-berkas yang diperlukan. "Sekarang ini berapa
tingkat kepercayaan Anda pada Heryanti?" tanya saya sambil mengingatkan
skala 1 sampai 100. Minggu lalu tingkat kepercayaan itu 70. Naik dari 50
seminggu lalu dan 30 tiga bulan sebelumnya. "Sekarang di tingkat
20," jawab Si Cantik. Drama sumbangan Rp 2
triliun untuk Kapolda Sumsel ini belum berakhir. Tapi biarlah serial 2 T hari
ini menjadi yang terakhir. Sudah begitu banyak yang
ingin tahu kelanjutan perjuangan dr Karina. Begitu banyak yang memerlukan
pemikiran Karina. (Dahlan Iskan) ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar