Kapan
Merdeka dari Kemacetan?
Helena F Nababan ; Wartawan Kompas
|
KOMPAS,
26 Desember
2017
Memasuki bulan terakhir di
tahun 2017, belum ada banyak perubahan pada lalu lintas di Jakarta.
Saat jam sibuk di pagi dan
sore hari, jalan-jalan protokol Ibu Kota bak area parkir panjang. Belum lagi
jalan-jalan lingkungan yang padat oleh sepeda motor dan mobil pribadi yang
berusaha memecah kebuntuan dengan mencari jalan tikus. Manakala hujan turun,
antrean panjang yang membuat mobil tak bergerak muncul. Saking seringnya
terjadi, kemacetan yang mengular dan tak bergerak menjadi hal lumrah bagi
mereka yang beraktivitas di Jakarta.
Masyarakat terbiasa dengan
bahan bakar yang terbakar begitu saja, waktu yang terbuang berjam-jam, hingga
waktu tempuh yang tidak jelas. Semua karena kemacetan.
Bambang Prihartono, Kepala
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Kamis (21/12), mengatakan,
hal itu tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di kota-kota sekitar
Jakarta. Kemacetan yang sudah merata di banyak tempat membuat masyarakat
seolah ada di zona nyaman atas ketidakjelasan itu. ”Ini harus didobrak. Harus
diubah, yaitu mengajak masyarakat mulai menggunakan angkutan umum,” ujarnya.
Bambang mengatakan, sampai
hari ini keengganan masyarakat untuk berpindah menggunakan angkutan umum
masih ada. Penyebabnya antara lain adalah masih kurangnya ketersediaan
angkutan yang aman dan nyaman serta mampu mengantarkan penumpang dengan
cepat. ”Itu sebabnya, pemerintah mengejar pembangunan prasarana dan sarana
angkutan umum. Bus-bus yang aman dan nyaman kami sediakan. Juga angkutan
berbasis rel light rail transit (LRT) kami kejar,” katanya.
Namun, memang, untuk
wilayah Jakarta, seperti dijelaskan Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI
Jakarta Sigit Wijatmoko, angka perpindahan dari kendaraan pribadi ke angkutan
umum masih kecil. Jika evaluasi pada 2016 sekitar 12 persen saja pengguna
kendaraan pribadi yang beralih memakai angkutan umum, tahun ini dievaluasi di
kisaran 15 persen.
Apa penyebabnya? Angkutan
umum belum menjadi pilihan utama. Masyarakat Jakarta dan kota-kota sekitar
belum menemukan adanya pilihan-pilihan angkutan umum yang nyaman, aman, dan
bisa diukur waktu tempuhnya.
Saat ini hanya kereta
komuter yang dinilai mampu mengangkut penumpang dari seluruh Jabodetabek
bahkan hingga sebagian wilayah Kabupaten Lebak. Selain itu, ada juga bus
transjakarta dengan 13 koridor yang relatif mempunyai waktu tempuh yang
terukur.
Selain 13 koridor, bus
transjakarta juga mengembangkan pilihan rute layanan dari semula sekitar 30
rute menjadi sekitar 100 rute. Rute-rute ini sebagian menghubungkan
antarkoridor atau menjadi penyambung penumpang kereta komuter di sejumlah
stasiun. Luasnya rute ini memberikan alternatif layanan sesuai kebutuhan
pengguna. Angka penumpang pun tercatat naik.
Budi Kaliwono, Direktur
Utama PT Transportasi Jakarta, merilis, pada tahun 2015 angka total penumpang
102 juta. Pada tahun 2016, jumlah penumpang naik menjadi 124 juta dan tahun
ini diyakini mencapai 144 juta penumpang.
Sementara kereta komuter
juga mencatatkan angka penumpang yang besar. Pada 2015, kereta komuter
melayani 257,5 juta penumpang. Jumlahnya meningkat menjadi 280,58 juta
penumpang pada 2016. Pada periode Januari sampai awal Desember 2017, sudah
286,79 juta penumpang terangkut. Jika dirata-rata, saat ini 950.000 penumpang
per hari yang menggunakan kereta komuter.
Belum
sebanding
Bambang melanjutkan,
meskipun jumlah penumpang pada dua moda transportasi umum itu mencatatkan
peningkatan, tetap belum signifikan menjawab pilihan angkutan umum sebagai
prioritas sebagian warga. Di seluruh Jabodetabek terdapat 47 juta perjalanan
per hari. Kemampuan angkutan umum mampu melayani perjalanan dengan kebutuhan
belum sebanding.
Masyarakat yang tidak
terlayani angkutan umum akhirnya tetap memilih kendaraan pribadi untuk
memenuhi kebutuhan perjalanannya, baik menggunakan sepeda motor maupun mobil.
Masdes Arroufy, Kepala
Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan DKI Jakarta, menjelaskan, maraknya
penggunaan kendaraan pribadi itu membuat kemacetan masih mewarnai Jakarta dan
tentu saja kota-kota sekitar Jakarta. Kemacetan yang merembet ke kota
tetangga ini menunjukkan bahwa bicara transportasi Jakarta hari ini sudah
tidak bisa dipisahkan dari kota-kota sekitar Jakarta. Jabodetabek adalah satu
kesatuan, sebagai tempat tinggal dan tempat usaha warganya.
Hargai
angkutan umum
Dampak lain yang sangat
terasa bagi warga Jakarta adalah waktu tempuh. Untuk bepergian dari tempat
asal ke tempat tujuan, masyarakat setidaknya menghabiskan 1,5 ham hingga 2
jam. Bahkan, dalam kondisi hujan, karena kemacetan yang bertambah panjang,
waktu tempuh bisa lebih dari 2 jam.
Saking macetnya arus lalu
lintas, kendaraan pribadi pun akhirnya ikut masuk dan menggunakan koridor
khusus bus transjakarta sehingga koridor tidak steril. Ada juga sebagian
pengendara sepeda motor yang naik ke trotoar dan merampas hak pejalan kaki.
Perilaku itu, menurut Yoga
Adiwinarto, Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP)
Indonesia, mesti juga dibenahi. Mesti ditumbuhkan kesadaran kepada masyarakat
untuk menghargai angkutan umum. Bagaimanapun, trotoar harus disadari sebagai
bagian dari sistem transportasi umum karena digunakan oleh hampir semua
pengguna angkutan publik.
Dengan begitu, cerita
tentang jalur transjakarta yang kurang steril dan mengganggu kelancaran
perjalanan dan layanan angkutan umum berkurang, bahkan hilang.
Untuk menjawab tentang
kemacetan dan mendorong masyarakat berpindah dari angkutan pribadi ke angkutan
umum, sejumlah upaya dilakukan pemerintah. Pemerintah pusat dan Pemerintah
Provinsi DKI membangun LRT Jakarta rute Kelapa Gading-Rawamangun. Pemerintah
pusat dan Pemprov DKI juga bersinergi membangun prasarana dan sarana MRT
Jakarta. Sepanjang tahun ini, Pemprov DKI juga membangun sejumlah
infrastruktur jalan.
Saat pembangunan
berlangsung saat ini, kemacetan lalu lintas di Jakarta dipastikan bertambah.
”Namun, begitu semua pembangunan selesai, angkutan umum yang terbangun
seperti MRT memberi alternatif angkutan umum sehingga mendorong perpindahan
dari moda pribadi ke moda angkutan umum,” ujar Sigit.
Dalam hitung-hitungan
BPTJ, kehadiran LRT tahun depan dan MRT yang direncanakan beroperasi pada
2019 tidak hanya memberikan tambahan alternatif layanan angkutan umum. Moda
transportasi berbasis rel ini juga akan bisa mengangkut lebih banyak orang
sehingga bersama-sama dengan angkutan umum yang sudah ada ditargetkan 6 juta
penumpang bisa dilayani setiap hari.
Jumlah itu masih jauh dari
angka perjalanan total Jabodetabek. Bambang pun membenarkan. ”Itu sebabnya,
pemerintah sudah merencanakan membangun jaringan MRT koridor barat-timur,
dari Bekasi ke Tangerang. Lalu jaringan LRT juga diperluas lagi supaya
puluhan juta perjalanan yang kini diakomodasi kendaraan pribadi bisa
berpindah ke angkutan umum,” ujarnya.
Perencanaan tersebut baik.
Namun, sebaiknya pemerintah juga mengimbangi dengan kebijakan pengendalian
pertambahan kendaraan pribadi. Sebab, percuma saja kalau pemerintah membangun
dan menambah prasarana angkutan umum supaya masyarakat berpindah dari
angkutan pribadi ke angkutan umum, tetapi kendaraan pribadi terus bertambah.
Kalau begitu terus, kapan
merdeka dari kemacetan? ●
|
||Satu Akun semua jenis Game ||
BalasHapusGame Populer:
=>>Sabung Ayam S1288, SV388
=>>Sportsbook,
=>>Casino Online,
=>>Togel Online,
=>>Bola Tangkas
=>>Slots Games, Tembak Ikan, Casino
Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang Tunai
|| Online Membantu 24 Jam
|| 100% Bebas dari BOT
|| Kemudahan Melakukan Transaksi di Bank Besar Suluruh INDONESIA
Pakai Pulsa Tanpa Potongan
Juga Pakai(OVO, Dana, LinkAja, GoPay)
Support Semua Bank Lokal & Daerah Indonesia
WhastApp : 0852-2255-5128