Senin, 14 September 2015

Asap

Asap

James Luhulima  ;  Wartawan Senior Kompas
                                                     KOMPAS, 12 September 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Terus terang kita gembira ketika Presiden Joko Widodo memerintahkan Kepala Kepolisian Negara RI serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menindak tegas perusahaan yang melakukan pembakaran lahan dan hutan. Presiden Jokowi juga meminta pencabutan izin perusahaan yang lalai, atau dengan sengaja, membakar lahan.

Kita gembira bukan karena Jokowi mengeluarkan perintah itu-presiden-presiden sebelumnya juga mengeluarkan perintah yang lebih kurang sama-yang membuat kita gembira adalah perintah itu diambil oleh Presiden Jokowi di lokasi kebakaran lahan di Desa Pulau Geronggang, Kecamatan Pedamaran Timur, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, 6 September lalu.

Bahkan, untuk sampai di lokasi itu, Presiden Jokowi menempuh perjalanan darat sekitar 3 jam melalui jalan berbatu dan penuh debu. Turun dari mobil, Presiden Jokowi berjalan ke lahan yang terbakar sejauh 1.500 meter dari pinggir jalan. Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin yang mendampingi Presiden Jokowi ke lokasi tersebut mengisahkan serunya perjalanan menembus lahan yang habis terbakar itu. Panas dari lahan gambut yang sudah padam pun menembus sol sepatu yang ia kenakan.

Keputusan itu diambil bukan hanya karena berempati dari jarak jauh, dari Ibu Kota di Jakarta, melainkan dengan melihat dan merasakan sendiri apa yang dirasakan warga yang tinggal di wilayah terdampak asap. "Saya perintahkan untuk ditindak setegas-tegasnya, sekeras-kerasnya, perusahaan yang tidak mematuhi. Ini tidak sekali dua kali kami sampaikan karena mereka sebetulnya juga harus bertanggung jawab terhadap kanan-kirinya, terhadap hak yang sudah kami berikan kepada mereka," ujar Presiden Jokowi.

Selama ini, keputusan diambil di Jakarta yang sama sekali tidak terdampak oleh kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan. Itu sebabnya, implementasi dari keputusan yang diambil lemah sehingga tahun berikutnya kejadian yang sama berulang kembali. Pada tahun 2012, Singapura dan Malaysia sempat protes akibat asap dari kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun sempat meminta maaf atas gangguan asap itu. Namun, pada tahun berikutnya hal yang sama berulang kembali.

Kita harus mengakui bahwa kepedulian orang Indonesia terhadap sesama warga negara sangat rendah. Ada banyak contoh kasus yang memperlihatkan hal itu, misalnya soal membebaskan lahan dengan membakar hutan. Mereka sungguh tidak peduli bahwa pembakaran hutan yang dilakukannya itu mengganggu bukan saja orang lain, melainkan juga mengganggu masyarakat lebih dari satu provinsi, dan bahkan masyarakat negara lain. Jadwal penerbangan pun terganggu akibat pekatnya asap.

Contoh lain adalah soal membuang sampah. Yang penting sampah itu tidak ada di pekarangan rumahnya atau di depan pekarangannya. Untuk itu, seseorang tidak segan-segan membuang sampah ke selokan, ke kali, atau juga ke kompleks tetangga. Saat berkendara di dalam mobil, hal yang sama pun terjadi. Tanpa ragu-ragu, orang membuang sampahnya ke luar mobil, yang penting mobilnya bersih. Mereka sungguh tidak peduli bahwa sampah yang dibuangnya ke selokan atau ke kali itu dapat menjadi salah satu penyebab terjadi banjir, yang mengakibatkan banyak orang menderita.

Bagi warga yang berdiam di daerah yang tidak terdampak asap, mereka hanya melihat daerah yang terdampak asap lewat foto-foto yang menghiasi surat kabar atau lewat tayangan televisi. Mereka hanya menyaksikan seakan-akan daerah yang terdampak itu seperti diselimuti kabut. Suasananya dianggap sama seperti saat melewati kawasan berkabut di pegunungan, seperti di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Namun, bagi kawasan yang terdampak, suasananya sangat berbeda karena kabutnya adalah asap yang dihasilkan oleh kebakaran hutan sehingga setiap kali orang bernapas, udara yang dihirup oleh paru-paru adalah asap yang menyesakkan. Sangat sulit untuk membayangkannya jika tidak mengalaminya sendiri.

Terus mengingat

Dengan melihat dan merasakan sendiri dampak kebakaran hutan, diharapkan Jokowi terus mengingat keadaan itu, tindak pencegahan terus dilakukan sehingga tahun depan peristiwa yang sama tidak berulang. Kita gembira karena di antara pejabat yang mendampingi Presiden Jokowi di lokasi, terdapat pejabat yang memiliki kemampuan untuk mencegah dan sekaligus menindak pelanggar, yaitu Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, dan Bupati Ogan Komering Ilir Iskandar.

Apalagi Presiden pun menegaskan, semua pihak sudah mengetahui akar persoalan kebakaran hutan dan kabut asap. Solusi atas persoalan itu juga sudah dipahami semua. Kini, tinggal pelaksanaannya di lapangan. Kita tunggu.

Pelaksanaannya di lapangan itulah yang merupakan tantangan terbesar. Pengalaman pada masa lalu, instruksi presiden tidak terdistribusikan dengan baik hingga ke pejabat yang terbawah, yang bertugas di garis depan, di lapangan. Kita berharap pada masa pemerintahan Presiden Jokowi hal itu tidak terjadi, dan instruksi Jokowi terdistribusi dengan baik hingga ke petugas di lapangan.

Tanpa keikutsertaan masyarakat, rasanya tidak mungkin aparat yang jumlahnya terbatas itu dapat melakukan pencegahan secara optimal dan menyeluruh. Dengan popularitas yang dimilikinya, rasanya tidak sulit bagi Presiden Jokowi mengimbau masyarakat untuk turut serta membantu aparat dengan melaporkan orang yang melakukan pelanggaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar