Manusia Terbebaskan
Komaruddin Hidayat ; Guru Besar Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah
|
KORAN
SINDO, 09 Oktober 2015
Mengingat
dalam kehidupan ini banyak dijumpai jebakan, ranjau, tipuan dan godaan yang
tak mudah dielakkan, pertanyaannya adalah: siapa orang yang merdeka dan
terbebaskan itu? Who is the liberated
man?
Pertanyaan ini
penting direnungkan bagi mereka yang ingin membangun kehidupan yang otentik
dan bermakna di tengah membeludaknya beraneka ragam informasi yang membuat
kita serasa dikurung dan dipaksa membuat keputusan tanpa didasari renungan
dalam-dalam. Hidup serasa kehilangan kemerdekaan dan kemandirian.
Saya sendiri
pernah secara sadar membuat keputusan untuk tidak membuka Twitter, Facebook, dan
mengurangi menonton televisi serta tidak membaca surat kabar sampai waktu
tertentu karena ingin merasakan ketenangan dan keheningan, terbebaskan dari
luapan informasi tanpa seleksi. Ada kalanya media sosial tampil bagaikan agen
terorisme yang merampas ketenangan.
Dengan kata
lain, saya ingin terbebaskan dari hegemoni media massa yang tidak
mencerahkan. Bagi kalangan remaja, peredaran narkoba sudah kelewat batas.
Serangan bandar narkoba sudah sangat akut, membunuh masa depan anak-anak
bangsa. Begitu pun fenomena rokok. Akibatnya kualitas angkatan kerja kita
tidak kompetitif baik dari skill maupun kesehatan.
Anehnya,
mereka yang mengonsumsi merasa bergabung ke dalam komunitas orang bebas, free
man, padahal yang terjadi justru sebaliknya. Mereka telah terampas
kemerdekaannya, terjerembap ke dalam ranjau dan penjara kehidupan yang
menyengsarakan, tak ubahnya melakukan tindakan bunuh diri secara perlahan.
Jadi, untuk meraih kemerdekaan dan kebebasan sungguh tidak mudah.
Seseorang
justru harus memenangkan perjuangan agar tidak jatuh ke dalam jeratan gaya
hidup yang merendahkan dan merusak martabat kemanusiaannya. Cara pandang ini
sesungguhnya sejalan dengan ajaran agama yang merupakan kekuatan pembebasan (liberating force), bukannya beban bagi
manusia.
Karena agama
yang benar datang dari Tuhan yang Mahabenar, maka jika ajaran agama dipahami
dan dijalani dengan benar pasti akan mendatangkan kemenangan hidup berupa
kebaikan dan kemuliaan. Karena agama antikebodohan, kemalasan dan kemiskinan,
sesungguhnya ajaran dasar agama adalah sebagai kekuatan pembebas, kekuatan
moral, sosial dan intelektual untuk membangun peradaban luhur yang
terbebaskan dari kemiskinan, kebodohan dan peperangan.
Dengan kalimat
lain, orang yang terbebaskan adalah mereka yang tumbuh menjadi pribadi-pribadi
yang sehat lahir-batin, pribadi yang produktif dan bermakna. Pribadi yang
bisa mengaktualkan potensinya sehingga bisa memberikan manfaat
sebanyak-banyaknya bagi diri dan orang lain.
Dalam
pandangan mazhab naturalis murni, untuk menjadi pribadi yang baik dan prima
seseorang cukup mengikuti dan mengembangkan potensinya secara optimal sesuai
hukum alam. Alam tak ubahnya ibu kandung yang mengasuh dan membesarkan
manusia dengan penuh kasih. Dengarkan pesan alam. Cintai alam, alam akan mencintaimu
dan melindungimu.
Bagi orang
beriman, apa yang disebut hukum alam itu sesungguhnya juga hukum Tuhan karena
Tuhan yang menciptakannya. Tidak cukup hukum alam, di sana juga ada hukum dan
ajaran agama yang dibawa oleh para rasul-Nya demi kebaikan dan keselamatan
manusia. Ajaran para rasul Tuhan menyatakan sesungguhnya manusia tidak
memiliki kebebasan mutlak.
Apa yang
manusia miliki hakikatnya anugerah dan pinjaman Tuhan. Oleh karena itu,
manusia diminta menggunakan anugerah hidup sesuai petunjuk Tuhan sebagai
pemiliknya. Setiap hendak melakukan sesuatu, seorang beriman mesti minta izin
dan pertolongan Tuhan mengingat sejatinya manusia tidak memiliki kekuatan dan
kontrol kehidupannya secara mutlak.
Dalam Islam,
semua tindakan hendaknya dimulai dengan: Bismillahirrahmanirrahim.
Ini merupakan kepasrahan bercampur doa, semoga yang dilakukan mendapat izin,
berkah dan pertolongan Tuhan sang pemilik hidup. Jadi, dengan selalu
berpegang ada tali Allah maka manusia akan terbebaskan atau terselamatkan.
Manusia yang
terbebaskan tidak berarti lari menjauhi dunia, lalu bermeditasi menyembah
Tuhannya karena konsep pembebasan mengandung pesan dan agenda perjuangan
hidup untuk berkarya membangun peradaban. Jadi, mereka yang terbebaskan
adalah mereka yang berhasil menghalau berbagai ranjau dan jebakan hidup yang
menghalangi dirinya untuk tumbuh menjadi insankamil.
Manusia yang
berhasil meraih kesempurnaannya sesuai dengan potensi yang telah
dianugerahkan Tuhan padanya. Kita menjadi sedih dan kasihan ketika melihat
sekian banyak pejabat tinggi negara yang dianugerahi Tuhan untuk bisa berbuat
banyak membantu dan melayani sesama hamba Tuhan yang kurang beruntung, namun
malah disia-siakan kesempatan itu.
Jabatan itu malah disalahgunakan hanya untuk mengumpulkan
kekayaan haram dan memikirkan diri dan kelompoknya. Mereka ini bukannya masuk
kelompok manusia yang terbebaskan, namun terpenjara oleh pikiran dan
tindakannya yang picik. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar