Pengembangan
Kapasitas SDM
Satryo Soemantri Brodjonegoro ; Dirjen Dikti (1999-2007); Direktur SDM dan Pengembangan Kapasitas Pada
Komite Percepatan Pernyediaan Infrastruktur Prioritas
|
KOMPAS,
19 April
2018
Dalam tiga tahun terakhir pemerintah
melakukan pembangunan infrastruktur secara intensif untuk mendorong
perekonomian, meningkatkan daya saing, produktivitas dan pemerataan
pembangunan.
Untuk tahun 2019 dan seterusnya, pembangunan
fisik akan mulai dialihkan pada pembangunan manusia dalam rangka merawat
infrastruktur yang telah dibangun, serta memastikan masyarakat dapat terus
menerima manfaat pembangunan.
Presiden Jokowi menekankan bahwa
dalam APBN 2019 pemerintah akan masuk pada tahapan besar kedua setelah
infrastruktur, yakni pada pengembangan sumber daya manusia (SDM). Tahapan
besar kedua ini diharapkan terlihat masif, tampak hasil dan pergeserannya.
Untuk itu, kementerian diminta secara serius untuk menyiapkan program
investasi SDM.
Proyek strategis nasional
Salah satu tugas Komite Percepatan
Pernyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) adalah memastikan ketersediaan
dan kesiapan SDM untuk mendukung pembangunan infrastruktur. Berdasarkan
kajian KPPIP, untuk memenuhi kebutuhan Proyek Strategis Nasional (PSN) pada
saat seluruh proyek selesai dan mulai beroperasi, diperlukan sekitar 350.000
lulusan program diploma politeknik dan 250.000 lulusan program sarjana.
Saat ini, untuk ketersediaan calon
lulusan program diploma, yang sedang menempuh pendidikan di politeknik
berjumlah sekitar 113.000. Sementara untuk program sarjana tersedia calon
lulusan 102.000 orang. Berarti terjadi defisit lulusan program diploma
237.000 dan 148.000 orang untuk program sarjana.
Guna menutupi defisit SDM
tersebut, perlu strategi yang rasional dengan mempertimbangkan kapasitas dan
daya tampung lembaga pendidikan, animo lulusan untuk bekerja di fasilitas
maupun instalasi serta industri dalam lingkup PSN, kemampuan ekonomi peserta
didik, dan biaya operasional lembaga pendidikan. Dengan target proyek untuk
memulai konstruksi atau mencapai pemenuhan pembiayaan (financial close) pada
2019, proyek-proyek PSN ini akan selesai secara bertahap dan diperkirakan
paling lambat tahun 2023. Berarti tersedia waktu empat tahun dari tahun 2019
untuk menutupi keseluruhan defisit SDM.
Seperti kita ketahui, SDM
dibutuhkan pada tiga tahap proyek: saat pembangunan instalasi atau pabrik;
saat operasional, termasuk perawatan; dan untuk kegiatan riset dan
pengembangan. Dengan pendekatan sederhana, maka setiap tahun—mulai 2019
sampai 2023—diperlukan peserta didik baru sekitar 60.000 untuk politeknik dan
sekitar 37.000 untuk universitas dan institut.
Pemenuhan defisit tersebut tidak
perlu dengan membentuk lembaga pendidikan baru. melainkan memaksimalkan
kapasitas lembaga pendidikan yang ada, sehingga investasinya tak terlalu
besar. Standar biaya operasional pendidikan tinggi saat ini dan ke depan akan
tetap pada kisaran Rp 25 juta per mahasiswa per tahun, sehingga dibutuhkan
dana pendidikan Rp 2,425 triliun per tahun di atas dana pendidikan tinggi
yang selama ini dianggarkan melalui APBN.
Faktor lain yang harus
diperhatikan adalah insentif agar para lulusan mau bekerja di berbagai proyek
dan industri PSN. Saat ini animo mahasiswa ataupun lulusan untuk mendukung
PSN belum terlalu tinggi. KPPIP menghubungi 40 perguruan tinggi negeri (PTN)
dan 12 perguruan tinggi swasta (PTS), dan yang mendukung PSN hanya 18 PTN dan
8 PTS. Seandainya lebih banyak PTN dan PTS yang mendukung maka pemenuhan
defisit SDM akan lebih cepat.
Insentif dimaksud dapat berbentuk
beasiswa ikatan dinas, gaji yang kompetitif, serta prospek karier dan
kebanggaan bahwa PSN akan meningkatkan daya saing bangsa. Pemerintah juga
perlu memberi kepastian bahwa PSN akan menggunakan lulusan dalam negeri
semaksimal mungkin, karena pada dasarnya tidak ada teknologi yang tidak
dikuasai oleh anak bangsa.
Efektivitas investasi pendidikan
Investasi bidang pendidikan tak
terlihat perubahannya secara instan, perlu waktu cukup lama untuk mengetahui
hasilnya, sedangkan dana investasi berasal dari rakyat dan rakyat akan
menuntut bahwa hasil pendidikan harus bermanfaat bagi rakyat.
Dengan kata lain investasi
pendidikan harus akuntabel. Akuntabilitas publik investasi pendidikan dapat
dicapai melalui proses akreditasi yang berbasis dampak (outcome) yang
dilakukan entitas independen non-pemerintah, yang secara universal sudah
diterapkan. Untuk mencapai hal itu, Indonesia sedang menerapkan pendidikan
tinggi dan akreditasi berbasis outcome.
Postur anggaran pendidikan 20%
dari APBN sebenarnya mencukupi kebutuhan pendidikan nasional jika
didistribusikan secara proporsional, di mana porsi terbesar untuk
penyelenggaraan pendidikan di sekolah maupun perguruan tinggi. Perlu penataan
kembali postur anggaran dengan memperkecil porsi administrasi dan manajemen
serta belanja pegawai. Anggaran pendidikan seyogyanya dirasakan manfaatnya
langsung oleh para peserta didik.
Saat ini seluruh kementerian dan
lembaga pemerintah non-kementerian juga dapat porsi anggaran pendidikan,
sehingga anggaran pendidikan yang setiap tahun Rp 400 triliun lebih jadi
kurang efektif karena yang akhirnya dialokasikan untuk Kemristek-Dikti dan
Kemdikbud masing masing hanya Rp 40 triliun. Sebenarnya anggaran untuk
Kemristek-Dikti dan Kemdikbud dapat ditingkatkan secara signifikan apabila
diadakan penataan kembali pendidikan kedinasan yang ada di berbagai
kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (LPNK).
Dalam banyak hal terjadi tumpang
tindih dan duplikasi pendidikan kedinasan dengan yang diselenggarakan PTN
maupun PTS. Sebagian besar pendidikan kedinasan seyogyanya ditutup karena
perannya dapat dilaksanakan oleh PTN dan PTS. Dengan demikian anggaran
pendidikan kedinasan dapat dialihkan ke Kemristek-Dikti dan Kemdikbud
sehingga sekolah dan perguruan tinggi dapat meningkatkan kapasitas dan
kualitasnya.
Penataan kembali pendidikan
kedinasan sebenarnya untuk merespons permintaan Presiden, yaitu setiap
kementerian secara serius menyiapkan program investasi sumber daya manusia.
Permintaan tersebut tidak diartikan bahwa setiap kementerian diminta mendidik
SDM untuk mendukung PSN, melainkanuntuk memetakan kebutuhan SDM sesuai sektor
masing-masing yang terkait PSN. Berdasarkan peta kebutuhan tersebut maka
pemerintah menugaskan PTN dan PTS untuk memenuhinya. Dengan demikian program
pengembangan kapasitas SDM untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dapat
berlangsung dengan efektif dan efisien. ●
|
sekarang kalian bisa memainkan permainan seru
BalasHapusMainkan Poker Online di agens128
dengan minimal deposit hanya 10rb untuk Poker Online
dengan pelayanan cepat dan ramah dari cs kami :)
tunggu apa lagi segera bergabung bersama kami sekarang !!
Contact Kami :
BBM : D8B84EE1 / AGENS128
Line id : agens1288
WhatsApp : 085222555128
Ya kita butuh SDM Indonesia berkualitas menuju Indonesia maju di 2045
BalasHapus