Kejahatan
Internet
Radhar Panca Dahana ; Budayawan
|
KOMPAS,
16 April
2018
Di tengah kecamuk dunia
hari-hari terakhir ini, terutama ancaman perang dagang (dimulai antara AS dan
China), yang dipastikan akan mengubah konfigurasi dunia di pelbagai dimensi,
kita bersama—bahkan warga dunia—sesungguhnya menghadapi musuh yang sama.
Musuh yang paling berbahaya dari semua musuh yang ada, paling kuat—bahkan
hampir “tak bisa tersentuh”—dan tak ada presedennya dalam sejarah.
Lebih menggiriskan, musuh
itu tidak berwujud, imaterial, serta dahsyatnya: penampakan (audial dan
visualnya) begitu baik, menyenangkan, bahkan secara masif dunia mengamini
fungsi dan manfaatnya yang luar biasa. Inilah ang-e(vi)l, iblis cum malaikat
pos-pos-modern dengan nama paling populer sepanjang riwayat manusia:
Internet.
Maaf, jika Anda segera
bereaksi kalau saya berlebihan. Namun itu tidak membuat saya membatalkan
konstatasi di atas Bukan hanya karena belakangan kita mulai menyadari
bagaimana hoax atau fake news yang ditebar oleh media sosial mampu
menciptakan bukan hanya kerusuhan massal, akan tetapi juga segregasi sosial
yang bahkan mengancam eksistensi sebuah bangsa (negara).
Dalam kasus Cambridge
Analytic yang belakang menghebohkan Eropa dan Amerika Serikat, perusahaan
pengolah data itu mampu (dan telah) menyusun profil psikologis, bukan 50 juta
seperti dikutip banyak media, tapi 250 juta penduduk hanya di Amerika Serikat
saja. Dengan melulu memanfaatkan fitur “Like” dalam Facebook, profil yang
disusun itu bukan hanya bisa memberitahu kita (juga kepentingan tertentu)
informasi sensitif dari pengguna, mulai dari kecenderungan seksual, tingkat
kecerdasan, bentuk hubungan orangtua kita, trauma hidup kita, hingga tentu
saja preferensi politik kita.
Juga bukan karena sebagian
pemerintah dan masyarakat di beberapa belahan dunia maju mulai menyadari
bagaimana algoritma yang direkayasa dan dimiliki oleh—katakanlah—Facebook
dapat memengaruhi hasil Pemilu AS yang lalu, atau referendum Brexit di
Inggris. Atau Google, juga dengan algoritama dari big data yang
diperoleh/digenggamnya, dapat menentukan bukan saja jenis film atau lagu yang
kita sukai, tapi juga desain hingga merek busana pilihan kita, makanan,
mebel, perkakas elektronik, tujuan sekolah lanjutan, bahkan warna pakaian
dalam kita. Apa yang menjadi konsekuensi lanjutan dari itu, bukan hanya kita
menjadi sasaran eksploatasi bisnis-komersial korporasi, tapi juga lumernya
diri sosial hingga eksistensi personal kita.
Lebih dari itu, dalam
sebuah perbandingan grafis yang dilansir oleh situs Pinterest, Google
memiliki semua (dasar pendirian, cara dan mekanisme kerja hingga tujuan
akhirnya) yang jika tak persis sama, paralel dengan Skynet, sebuah teknologi
mutakhir, berbasis Internet. Intinya: melakukan pemusnahan massal musuh-musuh
yang ia kehendaki. Sistem persenjataan virtual super-canggih yang juga
mengendalikan semua arsenal fisik terbaik dunia itu, memang sebuah sci-fi
dari riset mendalam berdasar kenyataan dalam serial Terminator. Namun Elon
Musk, salah satu titan teknologi, jenius dalam soal kecerdasan buatan,
pendiri SpaceX, Tesla Motor dan Paypal dengan kekayaan tak kurang dari Rp 200
triliun, memosisikan Skynet sebagai alasan atau penyebab terkuat terjadinya
dunia dystopian (kebalikan dari utopia) di masa depan.
Tapi ternyata jangan salah
sangka: Google, digabung dengan Facebook, Twitter, Instragram bahkan
980.000.000 laman yang ada di Internet ternyata hanya sebuah permukaan
(surface) dari apa yang kita sebut dunia virtua, Internet itu sendiri masih
ada bagian lain dari dunia itu: Deep Web, bersama Dark Side atau Dark Web
sebagai bagian terkelamnya, yang menjadi tubuh utama dari gunung Internet
itu. Kapasitasnya? Dari segi isi (konten) sebagian kalangan menyebut angka 50.000%
lebih banyak daripada surface (Google cs). Dalam hitungan statistik, jika
seluruh surface yang kita gunakan sehari-hari dan membuat otak dan pikiran
(hardware dan software alamiah dalam kita) meledak karena data yang bisa
dimunculkannya berkisar pada kapasitas 19 TB (Terabita, dimana 1 tera setaral
1 triliun bita), Deep Web memiliki sekurangnya 7.500 TB di dalam tubuhnya,
dengan jumlah laman tak terhingga. Tak ada satu pun yang dapat dilacak oleh
mesin-mesin pencari macam Google, Yahoo, dan lain sebagainya.
Apa saja yang ada di dalam
“sumur tanpa dasar itu”? Apa yang bisa ia lakukan pada kita dan dunia? Apa
yang kemudian mungkin terjadi; pada kita sebagai pribadi, bangsa, bahkan
masyarakat bumi?
Cengkeraman
“Dark Web”
Secara komprehensif tidak
ada jawaban untuk itu. Secara parsial sudah banyak ahli dan lembaga yang coba
menghitung dan menggambarkannya. Secara anatomik isi dari Deep Web, terlebih
Dark Web (lapisan terbawah dari Deep Web) tidak keluar dari semua hal yang
dianggap “hitam” atau kriminal, terutama yang destruktif tapi di bagian lain
ternyata juga menguntungkan secara finansial. Dalam dunia kelam inilah pasar
gelap—terutama perdagangan obat-obat terlarang (drugs), operasi mengorupsi
situs-situs di Internet (botnet), penipuan dengan cara skaming dll
(fraudsters), pemalsuan akun pribadi/badan (phishing), bitcoin, hitman,
dengan berbagai leaks, kaum teroris (dengan 50.000 grup di
dalamnya)—perdagangan manusia hingga pornografi untuk semua kelas juga usia
“bergentayangan”.
Secara finansial, jalan sutra
(silkroad) yang menjadi semacam platform dalam pasar gelap khusus obat-obat
terlarang saja dalam setahun bisa menghasilkan tidak kurang dari 1,2 miliar
dolar AS, setara kira-kira Rp 15 triliun setahun. Belum lagi perdagangan
hitam, bukan hanya manusia tapi juga kloning-manusia (untuk kebutuhan
tertentu) yang marak di situ. Bila Anda ingin memanfaatkan jasa dari dunia
itu, semua berharga murah. Meminta jasa para hitman dengan sasaran pribadi
cukup dengan 20.000 dolar AS, jika orang penting yang diarah bisa 100.000
dolar AS. Bila Anda butuh data medis seseorang, 1 dolar cukup. Membuat akun
Facebook palsu dengan 15 teman, 1 dolar juga. Membuat spam untuk 5.000 email
hanya 50 dolar. Memalsu kartu kredit, bergantung nilai pemalsuannya, bisa 60
dolar, tapi 25 sen dolar juga bisa.
Jika Google mampu membuat
kita semua seperti telanjang, di mana seluruh data privasi kita ternyata
mampu diakses oleh sekurangnya 1,9 miliar manusia di dunia, dengan Dark Web
bahkan seluruh jeroan tubuh kita telah terpetakan. Bukan hanya suhu tubuh,
juga ginjal rusak atau kencing manis yang diderita terbuka seperti catatan
medis yang tersimpan rahasia di rumah sakit. Jika Google dengan persyaratan
tertulisnya yang hampir tak pernah dibaca itu punya hak menyebarluaskan data
pribadi pengguna (Pasal 2.1), bahkan memutus akun kita jika kita diketahui
berbohong atau meng-input data palsu (Pasal 4.4), Dark Web bahkan bisa
memberi servis kepada siapa saja—korporasi, dinas intelijen hingga negara
mana pun—seluruh data penduduk sebuah negeri untuk kepentingan tertentu.
Bila Google dengan
Maps-nya seperti memberi layanan gratis bagi para pencuri dan penculik, dan
untuk mengikuti gerak-gerik kita per detik setiap harinya dia sudah memasang
30 juta kamera hanya di wilayah AS saja, bisa dibayangkan informasi apa yang
dapat Dark Web jual kepada para radikalis dan teroris. Bisa dibayangkan apa
yang sebenarnya telah dan mampu dunia-gelap itu lakukan pada kita, sehingga
bukan hanya masa kini, masa depan, bahkan masa lalu kita bisa mereka
rekayasa. Ruang dan waktu manusia ada dalam cengkeramannya.
Ancaman
‘Tuhan baru’
Eksposisi yang sebenarnya
ringkas di atas, saya kira cukup memberi ilustrasi yang kuat bila manusia di
masa now ini sudah tidak berdaulat lagi pada dirinya sendiri. Bahkan untuk
mempertanyakan kemanusiaannya sendiri. Kita tidak cukup hanya menuduh
kapitalisme, demokrasi, totaliterianisme dan segala rezim politik, ekonomi,
teknologi dan sains bahkan agama sekalipun sebagai penyebab terjadinya
dehumanisasi yang kian akut ini.
Ungkapan bertuah (alm)
Stephen Hawking bahwa “filsafat sudah mati” tak bermakna lagi jika jawabannya
adalah sains, apalagi secara khusus astro-fisika sebagai pencarian kebenaran
yang sejati. Semua sudah dengan canggih dan eksakta, melalui algoritma dunia
komputasi, dilakukan oleh dunia tak terpemanai di atas.
Apa yang ada di permukaan,
dalam dunia material, bahkan kemajuan canggih di bidang neuron dan silikon
(dua alas terpenting zaman ini), katakanlah macam kemajuan biogenetik atau
bioteknologi yang melahirkan kecerdasan buatan, jadi bukan apa-apa ketika
sistem pengaturannya ada dalam genggaman pihak-pihak yang invisible dan
unindentiified. Data dan sistem pengolahnya kini seperti jadi “Tuhan baru”,
menggantikan kapital, emas, uang, atau kuasa poltik yang segera menjadi primitif
pada saat ini.
“Tuhan baru” itu hanya
dapat disentuh atau dimiliki oleh segelintir manusia saja: mereka yang mampu
mengoperasikan TOR (The Onion Router), semacam perangkat lunak yang membuat
penggunanya anonim dan memiliki semacam “legalitas” memasuki Deep Web.
Mungkin hanya satu-dua negara, katakanlah Rusia atau AS, terutama dengan
National Agency Security (NSA)-nya, yang mampu berselancar di dunia gelap itu
dan memanfaatkannya. Tapi mereka pun hanya mampu menyentuh mungkin kulitnya
saja.
Selebihnya adalah gelap.
Namun dalam kenyataannya ia kini begitu konstitutif dalam memastikan
berlangsungnya hidup di dunia fana ini. Bukan ke arah positif, kemuliaan yang
diajarkan ilmu, agama dan kebudayaan, tapi sebaliknya: menuju kehancuran
peradaban secara masif.
Apakah ancaman seperti ini
tidak membuat kita waspada, ketimbang misalnya bencana iklim, asteroid di
angkasa, ekonomi yang menciptakan perbudakan, bahkan perang nuklir yang
sangat mematikan? Sekali lagi, ancaman ini tak terlihat, bahkan jika bisa
dilihat ia seperti bidadari molek yang menggairahkan. Kita terpana dan
terbius karenanya. Lalu apa kita biarkan, dan kita akhirnya lupa bahwa kita
manusia. Bahwa kita memiliki kekuatan yang kita sendiri tidak bisa menduga?
Bahwa ternyata juga ada
kekuatan (supra) di luar kita yang lebih desesif dan konstitutif? Bahwa
takdir alamiah kita ternyata menyadari juga meyakini itu? Di sementara lain,
ternyata kita masih saja disibukkan dengan sinetron yang merusak akal sehat,
kabar palsu ketengan, intimidasi politisi murahan, ambisi kuasa yang mengejar
recehan, atau kegenitan dengan v-blog dan hasrat jadi selebgram. Lalu di mana
masa depan itu? ●
|
sekarang kalian bisa memainkan permainan seru
BalasHapusMainkan Poker Online di agens128
dengan minimal deposit hanya 10rb untuk Poker Online
dengan pelayanan cepat dan ramah dari cs kami :)
tunggu apa lagi segera bergabung bersama kami sekarang !!
Contact Kami :
BBM : D8B84EE1 / AGENS128
Line id : agens1288
WhatsApp : 085222555128