Hidup
Bersama Menjaga Indonesia
A Helmy Faishal Zaini ; Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
|
KOMPAS,
31 Maret
2018
Ketua Dewan Organisasi
Pendekatan Antarmazhab Iran, Ayatollah Taskhiri, pada akhir Januari lalu
menyatakan bahwa Nahdlatul Ulama dan Muhamamdiyah memiliki posisi dan peran
yang sangat penting bukan saja bagi Indonesia, akan tetapi jauh lebih dari
itu bagi persatuan dunia.
Maka, segala bentuk dan
upaya yang mengarah pada usaha untuk menciptakan saling-silang pemahaman,
saling menghargai dan sinergi dan juga satunya langkah di antara keduanya
sangat penting (Kompas, 21/1).
Gayung pun bersambut. Apa
yang ‘diimpikan’ oleh Ayatollah Taskhiri tersebut benar-benar terjadi: dua
ormas besar yang bersama-sama berjuang merebut kemerdekaan dan turut andil
dalam merumuskan bentuk negara berkumpul dan melakukan pertemuan khusus pada
Jumat, 23 Maret 2018, di Kantor PBNU. Dua tokoh kunci, Ketua Umum PBNU KH
Said Aqil Siroj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah KH Haedar Nashir, bergandengan
tangan menyatukan pandangan, menyerasikan gerak langkah dan sekaligus
merapatkan barisan untuk menyampaikan komitmen-komitmen kebangsaan dan juga
mengupayakan solusi problematika keberagamaan di Indonesia.
Lima
keputusan
Ada lima keputusan penting
yang berhasil dirumuskan. Kelima keputusan tersebut tentu saja dilandasi oleh
tiga semangat: terus-menerus menyerukan saling tolong menolong melalui
sedekah dan derma; menegakkan kebaikan; serta mengupayakan rekonsilisasi atau
perdamaian kemanusiaan.
Pertama, NU dan
Muhammadiyah meneguhkan komitmen untuk senantiasa mengawal dan mengokohkan
konsensus para pendiri bangsa yang menyatakan bahwa Pancasila dan NKRI
merupakan bentuk final “mu’ahadah wathaniyyah” dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Muhammadiyah mengistilahkan Indonesia sebagai “Darul Ahdi was
Syahadah“.
Kedua, baik NU maupun
Muhammadiyah bersepakat secara proaktif dan berkesinambungan melakukan
upaya-upaya guna mendorong peningkatan taraf hidup dan juga kualitas hidup
masyarakat. Dalam konteks ini, kedua ormas setuju bahwa kunci peningkatan
taraf hidup terletak pada pendidikan. Maka, NU dan Muhammadiyah akan
mendorong pemerintah untuk bekerja keras membuka akses-akses pendidikan
secara luas. Dalam pada itu, penguatan basis-basis ekonomi keumatan dan juga
peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat juga menjadi pekerjaan rumah
yang serius yang harus diatasi bersama sebagai prasayarat menuju kehidupan
bengbangsa yang lebih sejahtera.
Ketiga, NU dan
Muhammadiyah mendorong pemerintah agar secepatnya melakukan ikhtiar berkaitan
program pengentasan kemiskinan dan menekan angka pengangguran. Baik NU maupun
Muhammadiyah bersepakat, disparitas dan kesenjangan sosial merupakan salah satu
sumber bencana sosial yang jika tidak diatasi dengan baik akan menjadi
ancaman yang cukup nyata dan berbahaya.
Keempat, menghadapai era
tsunami informasi, NU-Muhammadiyah mengimbau untuk bahu-membahu membangun
iklim dan suasana kondusif dalam kehidupan kemasyarakatan dan keberagamaan.
Kedua belah pihak juga bersepakat akan menghadirkan narasi-narasi yang
mencerahkan melalui upaya-upaya yang salah satunya dalam bentuk penguatan dan
peningkatan literasi digital dengan tujuan agar terwujud cita-cita bersama
membangun masyarakat informatif yang berkahlakul karimah.
Kelima, memasuki tahun
politik 2018, NU-Muhammadiyah mengajak segenap bangsa Indonesia bersama-sama
menjadikan ajang demokrasi sebagai bagian dari proses mendewasakan diri dalam
konteks bangsa dan negara. Pelbagai macam perbedaan harus dijadikan sumber
daya dan bahan baku untuk membangun harmoni dan sinergi. Dalam konteks
demokrasi, kesadaran yang harus kita genggam dalam-dalam adalah bahwa ia
bukan hanya butuh kerelaan hati untuk menerima adanya perbedaan pendapat dan
pikiran, lebih jauh dari itu, demokrasi juga butuh kesabaran, ketelitian,
kesabaran, dan cinta kasih antarsesama.
Menarik apa yang
disampaikan Said Aqil Siroj mengenai pertemuan bersejarah tersebut. Dengan
sangat jelas, Kiai Said ingin bukan saja memanfaatkan momentum pertemuan dua
ormas besar tersebut sebagai pertemuan fisik semata, lebih dari itu, Kiai
Said merumuskan tiga gradasi ‘silaturrahmi’ antara NU dan Muhammadiyah.
Tiga
bingkai hubungan
Tiga gradasi silturrahmi ini
sangat erat korelasinya dengan sukses dan tidaknya implementasi dari
keputusan-keputusan yang telah diputuskan bersama.
Pertama, silatul afkar.
Pada konteks ini NU-Muhammadiyah menyatukan pandangan, persepsi, cara dan
sudut pandang problematika kebangsaan dan keumatan dalam konteks berbangsa
bernegara. Kedua ormas bersepakat, diskurusus tentang dasar kenegaraan yang
menempatkan NKRI dan juga Pancasila sebagai dasar negara merupakan perkara
yang sudah qath’i, final.
Tidak ada ruang lagi untuk
memperdebatkan dasar negara sebab Pancasila dengan semboyan bineka tunggal
ika dalam pandangan kedua ormas merupakan dasar negara yang sudah ideal.
Pandangan politik kebangsaan keduanya tak pernah goyah. Dalam catata penulis
dan penelurusan pelbagai literatur, tak pernah ditemukan gerakan
pembangkangan yang cenderung melawan pemerintah yang dilakukan dan diaktori
oleh keduanya.
Pada titik ini, sangat
tepat apa yang dikatakan oleh Kiai Said Aqil Siroj (2018) bahwa NU—juga
Muhammadiyah—keduanya masih kokoh berdiri mengawal perjalanan politik
disebabkan oleh karena kuatnya pemahaman tentang fikih siyasah yang dibalur
dengan jernihnya pemahaman tentang fikih waqi’iyyah (pemahaman yang meyeluruh
dan holistik akan realitas sosial), yang secara substansial mengarahkan pada terwujudnya
kemaslahatan dan bagi kehidupan bersama atau yang dalam kaidah fikih disebut
sebagai maslahah ammah.
Kedua, silatul amal.
Pandangan dan visi yang baik niscaya tak akan ada gunanya jika tak
diimplementasikan secara sungguh- sungguh. Aksi adalah kata kunci kedua
setelah proses penyatuan visi, sudut pandang, dan cara pandang. Sinergitas
diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata dan konkret. NU dan Muhammadiyah dalam
konteks ini sudah memulai dengan sinergi keumatan melalui kegiatan
pemberdayaan umat dan filantropi yang dilakukan oleh kedua lembaga amil zakat
yang ada di bawah NU dan Muhammadiyah (NU Care LazisNU dan Lazismu).
Ketiga, silaturruh. Puncak
silaturahmi yang dilakukan tentu saja terletak pada konektivitas spiritual
antar-pelbagai pihak yang bersinergi. Satunya frekuensi dan getaran hati
tentu saja akan menggerakkan masing-masing pihak yang bersinergi untuk
kemudian menjelma menjadi pribadi atau institusi yang lebih peka, lebih
jernih dalam melihat dan juga mendengar jeritan bangsa, suara hati dan nurani
dari mereka yang berharap kamajuan dan kesejahteraan dalam berbangsa dan
bernegara.
Pada konteks ini, NU dan
Muhammadiyah setelah melakukan pertemuan tersebut sudah berada dalam satu
sudut pandang, satu irama dan gerakan, serta satu frekuensi dalam memandang
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Maka, tentu saja,
resonansi yang akan dihasilkan oleh keduanya dalam konteks kebangsaan dan
keumatan guna mendorong terciptanya tatanan masyarakat yang adil, makmur,
sejahtera, sejuk, damai dan toleran pasti akan indah. Sesuatu yang layak
untuk ditunggu. Tentu saja kita optimistis akan hal itu.
Indonesia bukanlah fisik
semata. Indonesia adalah energi, kekuatan, dan juga semangat dan juga
keinginan yang kuat untuk tetap hidup bersama dalam kedamaian dan kerukunan.
Maka, segala upaya harus dilakukan bersama untuk menjaganya. ●
|
Prediksi Akurat dari updatean hasilbola.vip
BalasHapusDalam Prediksi yang baru update untuk Liga Eropa pasti 100% Jitu dengan Prediksi Skor
Berikut Prediksi Bola Terupdate
Prediksi Bola AS Roma vs Monchengladbach 24 Oktober 2019
https://hasilbola.vip/prediksi-sepakbola/baca/2774/as-roma-vs-monchengladbach-24-oktober-2019/
Prediksi Bola Young Boys vs Feyenoord 24 Oktober 2019
https://hasilbola.vip/prediksi-sepakbola/baca/2777/young-boys-vs-feyenoord-24-oktober-2019/
Anda Juga Bisa Melakukan Chatting Langsung Di Whatsapp Kami +62-8122-222-995
Terima Kasih Sudah Membaca Komentar Saya
Artikel kamu bagus gan! aku selalu menunggu artikel kamu.. Seperti artikel berjudul Tafsir Mimpi Hipnotis
BalasHapusApakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang terbaru? bila belum baca Prediksi Togel Mekong
BalasHapus