Mengkaji
PPKM Lima Hari Tajuk Kompas ; Dewan Redaksi Kompas |
KOMPAS, 22 Juli 2021
Keputusan perpanjangan
PPKM lima hari ke depan memicu pertanyaan baru. Mungkinkah waktu sesingkat itu
menurunkan angka penularan yang tinggi? PPKM adalah pemberlakuan
pembatasan kegiatan masyarakat, yang seharusnya selesai pada 20 Juli 2021.
Setelah berlangsung hampir tiga minggu, hasil evaluasi ternyata masih
memprihatinkan. Kasus penularan masih sangat tinggi. Data Satuan Tugas
Penanganan Covid-19 menunjukkan, pada awal pelaksanaan PPKM darurat, 3 Juli
2021, tercatat 27.913 kasus positif per hari. Namun, hingga batas akhir PPKM
darurat, 20 Juli 2021, masih ada penambahan 38.325 kasus positif per hari.
Artinya, upaya PPKM darurat belum menunjukkan hasil signifikan. Jika kita bicara angka
kepositifan (positivity rate), situasinya lebih mengkhawatirkan lagi. Angka
kepositifan adalah perbandingan antara kasus positif Covid-19 dan jumlah
orang yang dites. Angka kepositifan di Indonesia di atas 30 persen, yang
berarti dari 100 orang yang dites ada lebih dari 30 orang yang positif
terinfeksi Covid-19. Angka ini harus ditanggapi
sungguh-sungguh karena jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara
tetangga. Malaysia 8,5 persen dan Filipina 11 persen. Bahkan, di Kamboja,
Vietnam, dan Laos hanya 2-3 persen. Setinggi-tingginya penularan di India,
angka kepositifannya tak pernah lebih dari 20 persen. India dengan pembatasan
aktivitas ketat kini bisa menurunkan angka kepositifan menjadi 2,3 persen. Maka, pertanyaannya
kemudian, mungkinkah dalam penambahan lima hari pembatasan aktivitas ini
Indonesia bisa menurunkan angka kasus penularan? Jika mengikuti logika
matematika, dengan melihat pengalaman PPKM darurat sebelumnya, sulit tidak
mengatakan perpanjangan ini sebagai misi yang tak mungkin. PPKM darurat 18
hari saja kasus tidak turun, apalagi lima hari. Namun, suka tidak suka,
keputusan sudah diambil. Kita bisa berdebat panjang mengapa kebijakan ini
yang dipilih, tetapi tentunya tidak akan menyelesaikan persoalan. Pilihan
kita hanya satu. Bertahan hidup. Maka yang terbaik—meski
pahit—adalah menjalani PPKM ini bersama-sama. Hal paling pokok yang harus
dilakukan adalah mengurangi aktivitas. Jangan egois, jangan keluar rumah
kalau tidak ada keperluan. Mari berbela rasa kepada para tenaga kesehatan dan
rumah sakit yang kewalahan, juga sopir ambulans dan penggali kubur yang
kurang istirahat. Di sisi lain, pemerintah
harus menjalankan tugasnya dengan benar. Tegakkan aturan, terapkan sanksi
kepada yang melanggar. Selain mengatasi keterbatasan layanan kesehatan dan
mempercepat vaksinasi, pemerintah juga wajib melakukan tes
sebanyak-banyaknya. Hanya dengan cara ini, mereka yang terinfeksi bisa
ditelusur dan diputus rantai penularannya. Dilihat dari angka
kepositifan, memperbanyak tes bisa jadi akan meningkatkan kasus secara luar
biasa. Apa boleh buat, naik sebentar setelah itu stop. Hanya inilah jalannya
kalau kita bertekad mengoptimalkan tambahan lima hari ini. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar