Keluhan
Tentang Penanganan Covid-19 Ahmad Syafii Maarif ; Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2005 |
REPUBLIKA, 13 Juli 2021
Berbagai keluhan dan
kritik kepada pemerintah terhadap cara penanganan wabah Covid-19 disampaikan
juga kepada saya. Padahal, saya tidak dalam posisi apa pun untuk menjawab
atau menjelaskannya. Macam-macam keluhan dan
kritik itu: krisis oksigen karena berjubelnya pasien terpapar di rumah sakit,
pembayaran BPJS yang tidak lancar, dan lain-lain. Namun, sebagai warga
sepuh, saya coba memberi jawaban berikut ini. “Banyak kritik yang dialamatkan
kepada pemerintah yang dinilai kurang sigap menangani serangan Covid-19.
Kritik itu sah maka pemerintah mesti menyikapinya dengan lapang dada dan jiwa
besar. Akui banyak kekurangan dan kelemahan di sana sini.” “Namun, pemerintah telah
bekerja keras dengan mengeluarkan dana negara puluhan bahkan ratusan triliun,
perlu dihargai akan kesungguhannya melindungi rakyatnya yang sedang menderita
dan dalam kesusahan. Jangan ada pikiran negatif ancaman wabah ini akan
menjurus kepada krisis politik nasional yang pasti akan sangat berbahaya.
Oleh sebab itu, mari kita bahu-membahu sambil berdoa mengibarkan bendera
optimisme sekalipun di tengah tantangan berat ini.” Saya berusaha menyikapi
keluhan dan kritik itu dengan dasar prinsip berimbang dan adil, lalu
diteruskan kepada dua menko yang bertanggung jawab dalam melawan pandemi ini.
Dalam tempo singkat datanglah jawaban positif via WA dari keduanya. Tentu semua ini melegakan.
Artinya, pemerintah memperhatikan keluhan dan kritik itu. Salah seorang menko
bahkan menghubungi saya lagi via telepon, menjelaskan lebih komprehensif
tentang penanganan masalah wabah yang mematikan ini. Saya juga diberi tahu
kabar buruk adanya pihak rumah sakit dan pedagang obat memanfaatkan situasi
sulit dan penuh penderitaan ini untuk meraup untung besar. Harga obat jadi
gila dan rumah sakit cari untung besar. Tentu, tidak semua rumah sakit. Mereka tidak hirau, perbuatannya
itu tunaadab dan tunamoral. Saya menghela napas panjang mendengar penjelasan
pahit ini. Tega-teganya mereka
berpesta di atas penderitaan rakyat yang sebagian sudah sulit cari makan,
apalagi berobat. Banyak rakyat kecil tidak punya kartu BPJS Kesehatan karena
tak mampu membayar iuran bulanan, saking miskinnya. Namun, ada pula yang
berpendapat BPJS haram, tidak syar’i. Entah kiai mana yang memberi fatwa liar
ini. Rakyat jadi bingung oleh aneka isu yang ditiupkan orang tak bertanggung
jawab. Heboh berita kematian 63
pasien Covid-19 dalam sehari di sebuah rumah sakit di Yogyakarta, jadi
perbincangan luas. Pihak rumah sakit mengatakan, kejadian nahas itu akibat
pasokan oksigen yang kurang. Namun, dari sumber menko,
saya mendapat penjelasan, manajemen di rumah sakit tersebut bermasalah.
Keterangan serupa datang dari seorang dokter yang lagi ambil program
spesialis jantung. Saya tidak tahu persisnya. Maka itu, semua pihak
harus berimbang dan adil membaca suatu masalah. Tanpa sikap ini, kita bisa
terjebak lingkaran setan yang merusak sendi-sendi hubungan sesama kita. Yang kita sebutkan di
atas, raja tega rumah sakit dan pedagang obat yang seenaknya mencari
keuntungan dalam kesempitan orang lain. Jika sifat-sifat buruk ini
berkelanjutan dan meliputi radius luas, jangan bermimpi bangsa ini punya masa
depan cerah. Siapa yang mau percaya
kita, sedangkan kita sendiri biasa bermain lancung dan culas. Namun, kita
menghargai keluhan beberapa rumah sakit tertentu disampaikan secara jujur.
Contoh di bawah ini patut dicatat dan telah saya teruskan kepada pihak-pihak
berwenang. Ini bunyinya, dengan
penyesuaian redaksi kalimat: “Ya buya…lelah sekali. Kami berjuang di garda
akhir, tetapi masyarakat semua seolah tidak peduli. Nyawa sudah tidak ada
harganya lagi.” Ini peta di lapangan
sebagai keluhan dokter yang pernah memimpin sebuah rumah sakit. Betapa rendah
disiplin sebagian rakyat menghadapi wabah. Mereka tak mempertimbangkan berapa
ratus dokter dan tenaga kesehatan wafat karena menangani wabah ini. Mereka tidak peduli. Jika
sudah terpapar baru sadar, negara lagi yang harus turun tangan. Senapas dengan kutipan di
atas, Dirut RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta, Dr Ahmad Faesol, Sp. Rd.
menyampaikan pengalaman lapangannya via WA kepada saya, pada 6 Juli 2021 berikut
ini. “Terima kasih Buya Maarif,
mudah- mudahan berhasil. Tapi yang urgen saat ini, pasokan oksigen di rumah
sakit Buya, ini tiap hari harus senam jantung oksigennya kritis menjelang
habis, kasihan pasien-pasien kita, jangan sampai ada tragedi seperti RS
Sardjito, Buya, mohon support untuk pemenuhan oksigen, karena seiring
peningkatan jumlah pasien Covid di RS, kebutuhan oksigennya meningkat
tajam". Seperti kita dengar,
krisis oksigen ini berlaku di banyak rumah sakit. Namun, saat tulisan ini
disiapkan, pasokan oksigen itu sudah mulai datang. Memang minggu-minggu awal
Juli ini puncak serangan dahsyat Delta yang sangat menakutkan itu. Akhirnya, menghadapi
situasi sangat berat dan sulit ini, semua dimohon selalu berpikir jernih,
berimbang, dan adil agar virus salah paham dan saling tuduh tak menjalar ke
mana-mana. Sifat-sifat mulia harus diarusutamakan agar kohesi hubungan
antarlembaga kesehatan apik dan menyenangkan dalam situasi yang begini
mencekam. Semoga! ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar