Inikah Senjakala Kami...
Bre Redana
; Penulis Kolom “CATATAN MINGGU” Kompas
Minggu
|
KOMPAS,
27 Desember 2015
Belakangan
ini, seiring berlayarnya waktu, kami wartawan media cetak, seperti penumpang
kapal yang kian dekat menuju akhir hayat. Terakhir, di penghujung tahun,
Ignatius Haryanto, pengamat pers yang luas referensinya, salah satu anggota Forum Ombudsman surat kabar kami,
memberikan notifikasi dengan judul Senjakala
Suratkabar di Indonesia?. Pertanyaan lebih lanjut ia ajukan: apakah ini
akhir dari peradaban surat kabar cetak saat ini?
Faktor-faktor
yang mendasari pertanyaannya berupa kondisi yang niscaya sudah diketahui
banyak orang, antara lain perkembangan teknologi digital. Ini membawa
konsekuensi bisnis. Pengiklan memilih berinvestasi pada media yang lebih
gemebyar seperti televisi, dengan penyiar yang kinyis-kinyis, berikut kru
lapangan yang militan, sampai kalau perlu mengabaikan tata krama.
Harus diakui,
media cetak, koran, majalah, buku, kebiasaan membaca yang mendasari tradisi
dan terbentuknya sivilisasi manusia sampai penghujung milenium kedua,
sebagian kini tinggal kenangan belaka. Termasuk jurnalisme.
Di mana pun
di dunia, jurnalisme berangkat dari semangat coba-coba, didasari kebutuhan
untuk mengembangkan fondasi kultural bagi perkembangan masyarakat. Semangat
tersebut menyemaikan atmosfer kerja yang setengahnya beraura misi suci,
menegakkan kebenaran, mengembangkan compassion,
mengeksplorasi truth alias kasunyatan. Para pelakunya adalah
figur-figur otodidak, yang pada perkembangannya sebagian memiliki kewibawaan
intelektual melebihi doktor.
Kalau
kemudian muncul sekolah atau pendidikan jurnalisme, itu semata-mata reaksi
pedagogis dari kesadaran akan kurangnya endorsement akademik pada bidang
pekerjaan ini. Pada perkembangannya, namanya bukan lagi jurnalisme, tapi ilmu
komunikasi, komunikasi sosial, marketing dan komunikasi, dan lain-lain. Spektrum
pendidikannya terus meluas, kini mencakup multimedia dengan multiplatformnya,
atau di masa mendatang entah apa lagi, karena yang sekarang pun saya kurang
paham apalagi yang akan datang.
Inilah era
baru dunia media masa, dengan sifat bergegas, serba cepat, tergopoh-gopoh.
Mereka berilusi menampilkan informasi yang pertama, yang tercepat, sekaligus
lupa, bahwa yang pertama belum tentu yang terbaik.
Seorang teman
yang berkecimpung sejak lama di dunia public
relations menuturkan, enak menghadapi wartawan sekarang. Tinggal sediakan
press release. Mereka melakukan copy paste dari press release tadi apa adanya. Tidak perlu pusing menjawab
pertanyaan, karena mereka tidak bertanya. Dalam press tour ke luar negeri
untuk peliputan masalah tertentu, pertanyaan hanyalah kapan free time atau
waktu senggang. Mereka ingin jalan-jalan, belanja.
Dalam
konstelasi baru media, koran disebut ”media konvensional”. Boleh jadi
sekonvensional wartawannya, yang memegang notes, bolpen, mencatat yang
diomongkan sumber berita. Wartawan media mutakhir tidak mencatat. Mereka
khusyuk dengan gadget. Barangkali merekam, mencatat, atau bisa saja tengah
berhubungan entah dengan siapa. Istilahnya: multitask. Sambil mendengarkan
yang di sini, berhubungan dengan teman yang di sana, pacar, saudara, dan
lain-lain.
Sikap seperti
itulah yang tidak bisa diikuti wartawan konvensional. Kami tidak
mendelegasikan otak kami pada alat rekam. Kami sadar akan signifikansi
kehadiran, being there. Internet
menyediakan semua data, tapi dia tidak akan pernah bisa menggantikan proses
pertemuan dan wawancara. Wawancara bukanlah penampungan omongan orang,
melainkan konfrontasi kesadaran. Pada kesadaran ini terdapat dimensi lain
dari jurnalisme, semacam dimensi nonteknis taruhlah moral, etik, dan
kemanusiaan.
Tahun segera
berganti. Inikah senjakala surat kabar? Sekadar mengingatkan para juragan: di
balik cakrawala senja, nilai-nilai di atas tetap diperlukan manusia. ●
|
Saya sangat bersyukur kepada Ibu Fraanca Smith karena telah memberi saya
BalasHapuspinjaman sebesar Rp900.000.000,00 saya telah berhutang selama
bertahun-tahun sehingga saya mencari pinjaman dengan sejarah kredit nol dan
saya telah ke banyak rumah keuangan untuk meminta bantuan namun semua
menolak saya karena rasio hutang saya yang tinggi dan sejarah kredit rendah
yang saya cari di internet dan tidak pernah menyerah saya membaca dan
belajar tentang Franca Smith di salah satu blog saya menghubungi franca
smith konsultan kredit via email:(francasmithloancompany@gmail.com) dengan
keyakinan bahwa pinjaman saya diberikan pada awal tahun ini tahun dan
harapan datang lagi, kemudian saya menyadari bahwa tidak semua perusahaan
pinjaman di blog benar-benar palsu karena semua hautang finansial saya
telah diselesaikan, sekarang saya memiliki nilai yang sangat besar dan
usaha bisnis yang patut ditiru, saya tidak dapat mempertahankan ini untuk
diri saya jadi saya harus memulai dengan membagikan kesaksian perubahan
hidup ini yang dapat Anda hubungi Ibu franca Smith via email:(
francasmithloancompany@gmail.com)
Introducing KlippingDB.com, the future of digital print media (Magazines And Newspapers, Please try it and let me know if you like it. Terima kasih !
BalasHapus