Telling Islam to the World
Shamsi Ali ; Imam Besar Mesjid New York; Presiden
Nusantara Foundation USA
|
REPUBLIKA,
22 Desember 2015
Tidak dapat
disangkal jika dunia kita sekarang mengalami pengecilan. Dengan kata lain,
dari hari ke hari dunia ini terasa semakin sempit. Serasa jika semua manusia
hidup dalam sebuah rumah bersama.
Pengecilan
dunia ini disebabkan, antara lain, oleh alat transportasi dan telekomunikasi
yang super speedy. Kecepatan lalu lintas telekomunikasi ini mengingatkan kita
akan kehebatan ilmuwan di zaman Nabi Sulaiman AS yang mampu memindahkan
takhta Ratu Bilqis, bahkan lebih cepat dari kedipan mata manusia.
Dunia yang
seperti ini menjadikan lalu lintas informasi juga begitu dahsyat dalam
hiruk-pikuknya. Apa yang terjadi di sebuah kampung terpencil di sebuah negara
dengan mudah dan cepat diketahui oleh orang lain di kampung atau kota lain
nun jauh di seberang sana.
Suasana
seperti ini kemudian menyadarkan kita tentang informasi mengenai Islam di
luar sana. Penyebaran informasi mengenai Islam begitu dahsyat dan cepat.
Bahkan, menerobos setiap sudut dan penjuru dunia kita.
Sayangnya
memang, karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki oleh umat ini, khususnya
media, pada galibnya yang menyebar cepat mengenai agama ini adalah wajah
distorsi tentangnya. Baik itu melalui media maupun melalui cara-cara lainnya.
Kenyataan ini
menyadarkan akan tanggung jawab kita untuk ikut dalam menentukan
"warna" wajah Islam ke seluruh dunia. Artinya, umat ini harus mampu
mengambil alih kendali dalam menentukan bentuk wajah Islam yang menembus
pelosok-pelosok dunia saat ini.
Islam di
dunia, khususnya di dunia Barat pasca-9/11 menjadi agama dengan perkembangan
terpesat. Peristiwa serangan teroris di Amerika Serikat dengan jatuhnya WTC
ternyata tidak seperti yang disangkakan banyak orang. Bahwa serangan WTC itu
sesungguhnya adalah wujud "kuburan dakwah" di Amerika Serikat.
Justru
sebaliknya, peristiwa kemanusiaan itu ternyata menjadi awal momentum
kebangkitan kembali dakwah di Amerika dan Barat secara umum. Menurut estimasi
yang ada, orang-orang Amerika yang memeluk agama ini pasca-9/11 naik minimal
empat kali lipat dibandingkan sebelum peristiwa itu.
Saya pribadi
sebagai saksi hidup dari serangan itu juga sekaligus menjadi saksi hidup dan
bahkan pelaku di lapangan dalam pengembangan Islam. Berbondong-bondong
manusia mencari, mempelajari, dan bahkan menerima Islam sebagai jalan hidup
dan keselamatannya.
Namun bagi
saya pribadi, perkembangan Islam di Amerika tidak saja dilihat dari sudut
kuantitasnya. Yang lebih penting lagi adalah sudut kualitasnya.
Jika sebelum
tragedi WTC, yang memeluk agama ini rata-rata di penjara-penjara Amerika.
Mereka mantan kriminal yang relatif tidak berpendidikan dan bahkan
pengangguran. Sehingga dapat dibayangkan bagaimana rendahnya kualitas manusia
yang menerima Islam saat itu.
Akan tetapi,
setelah peristiwa 9/11 yang masuk ke agama ini rata-rata anak muda, terdidik,
dan profesional. Sehingga dari sudut pandang SDM Muslim Amerika semakin
menggembirakan dan membanggakan.
Kenyataan
akan dunia global di atas, sekaligus realitas jika Islam memang secara alami
adalah agama global, umat harus menyadari akan tanggung jawab globalnya.
Yaitu, membangun komitmen untuk membawa Islam ini ke seluruh pelosok alam
untuk mewarnai kehidupan manusia di seluruh dunia.
Kewajiban
inilah sesungguhnya yang disadari oleh Nusantara Foundation sehingga
bersama-sama dengan Dompet Dhuafa, Urban Syiar, Elhijab (Elzatta), Fadhly
(Padi Group), dan banyak lagi partner, termasuk Tali Foundation dan Insan
Cendekia Madani, serta Darul-Qur'an, dan lain-lain, menginisiasi sebuah
gerakan global dengan nama "Telling Islam to the world".
Gerakan ini
telah lama saya pribadi jalani di dunia Barat, khususnya di Amerika. Tapi,
sadar akan tanggung jawab yang lebih besar sekaligus tantangan yang semakin
kompleks, semakin juga terasa perlunya gerakan bersama dan kebersamaan dalam
mengusung tanggung jawab ini.
Gerakan
menyebarkan Islam ke seluruh dunia ("telling Islam to the world")
kini telah resmi diluncurkan di Jakarta pada 18 Desember 2015. Namun,
implementasi awal dan utama akan digerakkan dari New York. Mengapa Jakarta
dan New York?
Peluncurannya
di Jakarta, ibu kota Indonesia, karena Indonesia adalah negara dengan
penduduk Muslim terbesar di dunia. Tentu disadari atau tidak, Indonesia
memiliki tanggung jawab besar dalam menyebarkan Islam yang sesungguhnya.
Yaitu, Islam yang berwajah antitesis dengan wajah Islam yang dipersepsikan
oleh dunia Barat saat ini.
Apalagi,
memang Indonesia adalah negara dengan penduduk yang berkarakter akhlaqul karimah Islam. Karakter yang
ramah, bersahabat, rendah hati, mengedepankan harmoni dan kerja sama di atas
kebencian dan konflik serta gotong royong atau kerja sama.
Nusantara
sebagai eksekutor gerakan ini berpusat di kota New York, Amerika Serikat.
Kota yang seringkali dijuluki sebagai jantung dunia atau ibu kota dunia. New
York adalah rumah Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Wall Street. New York adalah
kota yang menjadi "target" serangan antiperadaban (terorisme) tahun
2001.
Dengan
menampilkan Islam yang berkarakter Indonesia dari Kota New York dimaksudkan,
antara lain, pertama, bahwa Islam itu memang benar-benar agama dunia
(global). Kedua, menghadirkan Islam yang secara langsung menjawab tuduhan
jika Islam adalah inspirasi serangan 9/11.
Oleh karena
itu, gerakan "telling Islam to the world" adalah gerakan yang akan
mempertemukan antara Jakarta dan New York (connecting Jakarta to New York) dengan sinar Islam. Bahwa Islam
yang sejati adalah yang berkarakter rahmatan
lil-alamin. Islam yang seperti itu yang dirindukan oleh dunia kita saat
ini. Cahaya ini pulalah yang digerakkan dari jantung dunia global kita (New
York), Amerika Serikat.
Gerakan ini
adalah mimpi. Mimpi besar yang tampaknya jauh dalam pandangan mata kasat.
Akan tetapi, mimpi bagi kita yang tersadarkan adalah kenyataan. Apalagi jika
memang mimpi itu dilihat dengan pandangan mata hati.
Maka itu,
saya mengajak kita semua untuk menghadirkan mimpi ini dalam komitmen kita.
Pandanglah mimpi ini dengan senyuman. Karena dengan pandangan hati akan
tampak masa depan Islam yang sedang tersenyum. Alhamudulillah wallahu akbar! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar