Politik Internasional Indonesia Abad Ke-21
Rene L Pattiradjawane ; Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS,
23 Desember 2015
Sepanjang
tahun 2015, kebijakan luar negeri Indonesia mencari bentuknya yang baru
bersamaan dengan kehadiran pemerintahan baru hasil pemilihan presiden
langsung yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Kebijakan luar
negeri Indonesia pun memiliki acuan baru menjadikan maritim sebagai strategi
penting dalam tata kelola nasionalisme, regionalisme, dan multilateralisme.
Ada dua hal
yang kita catat dalam pengejawantahan kebijakan luar negeri Presiden Jokowi
sepanjang 2015, dan akan terus menjadi fokus perhatian penting di masa depan.
Pertama, mengikuti strategi Poros Maritim Dunia, Presiden Jokowi akan
memberikan fokus serius terhadap konektivitas maritim, baik untuk keperluan
domestik dalam rangka menata ulang sistem logistik nasional maupun sebagai
strategi regionalisme dalam menata stabilitas dan perdamaian.
Kedua,
kebijakan luar negeri Presiden Jokowi akan terus memberikan tekanan
pentingnya ASEAN sebagai tulang punggung interaksi antarnegara dalam rangka
Poros Maritim Dunia. Ini tecermin ketika Indonesia melaksanakan dua kali
pertemuan bilateral model baru dalam format 2 + 2 dengan Jepang dan
Australia, selain meningkatkan kerja sama strategis sekaligus memberikan
sumbangsih kepada upaya Indonesia secara bebas dan aktif ikut menentukan
ketertiban dunia.
Dalam konteks
ini, kita sangat antusias Indonesia dan Presiden Jokowi akan membawa
gagasan-gagasan baru dalam pertemuan khusus KTT ASEAN-AS yang akan
diselenggarakan pertengahan Februari 2016 di Sunnylands, California.
Kita melihat,
arah kebijakan luar negeri Presiden Jokowi yang dijalankan Menlu Retno
Marsudi menunjukkan ciri-ciri bebas-aktif, mendorong terciptanya kerja sama
bagi kesejahteraan pembangunan bersama berbagai mitra dialog.
Keputusan
Indonesia tidak bergabung dalam koalisi anti NIIS menjadi simbol penting bagi
dunia. Indonesia secara gamblang menyatakan konflik hanya bisa diselesaikan
melalui dialog, bukan melalui bentuk aliansi kekuatan bersenjata.
Dalam konteks
ekstremisme di kawasan Timur Tengah dan menjadi momok berbagai negara bangsa,
sudah waktunya juga bagi Indonesia mulai kembali mengaktifkan semangat
Gerakan Nonblok (GNB) menyelesaikan masalah-masalah dunia.
Strategi GNB
penting menghadapi perebutan pengaruh kepentingan nasional antarnegara besar,
khususnya berkaitan Indian Ocean Rim Association (IORA), serta Melanesian
Spearhead Group (MSG) sebagai kepentingan nasional Indonesia.
Kebijakan luar
negeri Presiden Jokowi memiliki kapabilitas mengejawantahkan nasionalisme dan
regionalisme secara bersamaan, sebagai upaya mencapai tingkat kesejahteraan
maksimal pertumbuhan pembangunan negara dan kawasan. Kita harus memiliki
strategi jangka panjang mengantisipasi perubahan dinamika ekonomi,
perdagangan, politik, dan sosial-budaya global sebagai jaminan stabilitas dan
keamanan bersama. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar