Tiru
Sukses China Atasi Kemiskinan Ali Khomsan ; Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia
IPB |
KOMPAS,
08 April
2021
Presiden China Xi Jinping merayakan
”kemenangan penuh” karena berhasil memberantas kemiskinan di perdesaan. Bank
Dunia mengatakan, China telah mengangkat lebih dari 800 juta orang keluar
dari kemiskinan ekstrem sejak beralih ke reformasi pasar pada tahun 1970-an. Xiao Qian, Duta Besar China untuk
Indonesia, menulis artikel di sebuah media massa Indonesia dan menguraikan
strategi China dalam pengentasan rakyat miskin. Salah satu strategi tersebut
adalah menggencarkan pembangunan untuk mencabut akar kemiskinan dengan
mengadopsi strategi berorientasi pada pembangunan. Dalam hal ini, China meningkatkan anggaran
untuk sektor pendidikan serta berupaya menggabungkan program pengentasan
rakyat dari kemiskinan dengan penumbuhan motivasi dan intelektualitas di
kalangan masyarakat. Skema pemberian bantuan di bidang
pendidikan adalah mengubah filosofi dari ’memberi ikan’ menjadi ’memberi
pancing’. Pemerintah China melaksanakan program wajib belajar sembilan tahun.
Dengan program ini, sekitar 97 persen anak usia 7-15 tahun telah bersekolah.
Dengan gratis bersekolah, persentase anak usia 7-15 tahun yang sudah masuk
sekolah mencapai 97 persen. Untuk kebijakan kesehatan, Pemerintah China
memberikan bantuan kepada rakyat miskin sehingga biaya kesehatan untuk rakyat
miskin disesuaikan dengan kemampuannya. Selain itu, juga ada program perbaikan
rumah untuk penduduk miskin. Menurut data Biro Statistik Nasional China,
dalam tujuh tahun terakhir, rata-rata 10 juta orang telah terangkat dari
kemiskinan di China setiap tahun. Populasi yang hidup dalam kemiskinan
absolut turun dari 98,99 juta pada akhir tahun 2012 menjadi 5,51 juta pada
akhir 2019. Pada 2013 presiden China meluncurkan konsep
’pengentasan rakyat dari kemiskinan yang tepat sasaran’. China menghabiskan
waktu satu tahun lebih untuk meregistrasi desa miskin dan rumah tangga
miskin, untuk kemudian membentuk sistem jaringan informasi. Kebijakan yang tepat sasaran
diimplementasikan dalam hal penerima program, perencanaan proyek, dan
penggunaan dana. Pelaksanaan semua kebijakan ini merupakan jaminan untuk
memerangi kemiskinan sampai ke akarnya. Apa bedanya pengentasan rakyat miskin di
China dan Indonesia? Pemerintah Indonesia telah banyak meluncurkan program
untuk mengatasi kemiskinan seperti halnya China. Di bidang kesehatan, sejak
era Orde Baru telah dibangun puskesmas di setiap kecamatan. Hingga 2018, jumlah puskesmas telah
mencapai 9.993 buah dan 36 persen di antaranya telah dapat memberikan layanan
rawat inap. Dengan biaya pengobatan sangat murah, puskesmas benar-benar
mendekatkan orang miskin untuk dapat layanan kesehatan yang terjangkau. Di bidang pendidikan, pemerintah juga telah
menggratiskan biaya sekolah dari SD sampai SMP. Ini membuktikan pemerintah
juga berkehendak agar rakyat bisa melek huruf dan melek teknologi sehingga
dapat terentaskan dari kemiskinan yang sering berkorelasi dengan rendahnya
pendidikan masyarakat. Berbagai program dengan sasaran keluarga
miskin, mulai dari Program Bantuan Sembako, Bantuan Langsung Tunai, Program
Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Pintar, hingga Kartu Prakerja,
dimaksudkan untuk mengatasi problem kemiskinan. China mendefinisikan kemiskinan perdesaan
dengan pendapatan per kapita tahunan kurang dari Rp 8,7 juta atau sekitar
1,69 dollar AS per hari. Ini di bawah ambang batas garis kemiskinan versi
Bank Dunia 1,90 dollar AS/kapita/hari. Di Indonesia, garis kemiskinan
(September 2020) Rp 5,5 juta/kapita/tahun atau 1,09 dollar AS/kapita/hari
(lebih rendah dari garis kemiskinan China 1,69 dollar AS). BPS telah merilis data terkait kemiskinan
di Indonesia. Berdasarkan Survei Ekonomi Nasional September 2020, persentase
penduduk miskin pada September 2020 naik menjadi 10,19 persen atau meningkat
0,97 persen dibanding September 2019. Jumlah penduduk miskin pada September
2020 sebesar 27,55 juta orang. Fokus
perbaikan Mungkin kita bisa mengatakan bahwa tekad
dan intervensi pemerintah Indonesia untuk mengatasi kemiskinan rakyatnya
sudah on the right track. Satu hal yang barangkali masih perlu diperbaiki
adalah terkait ketepatan sasaran, ketepatan program, dan ketepatan penggunaan
dana. Menteri Sosial Tri Rismaharini menyatakan data penerima bantuan tak
pernah diperbarui sejak 2015. Sasaran rumah tangga miskin by name by
address harus bisa diidentifikasi setepat-tepatnya agar yang dapat bantuan
benar masuk kategori miskin dengan alamat jelas yang bisa ditelusuri sehingga
bantuan tak salah alamat. Pemerintah telah menerbitkan Perpres No
39/2019 tentang Satu Data Indonesia. Dalam perpres dinyatakan, untuk
mewujudkan keterpaduan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengendalian
pembangunan, perlu data yang akurat, mutakhir, terpadu, dapat
dipertanggungjawabkan, mudah diakses, dan dibagipakaikan, serta dikelola
secara saksama, terintegrasi, berkelanjutan. Kemiskinan di Indonesia ditangani beberapa
kementerian. Bila data kemiskinan sudah menyatu, kejadian orang miskin luput
menerima bantuan harusnya tak akan terjadi lagi. Dulu, dalam implementasi Program Raskin
jatah bantuan beras per keluarga sekitar 15 kg per bulan, tetapi terpaksa
harus dibagi ke beberapa rumah tangga karena ternyata ada rumah tangga miskin
yang tak dapat Program Raskin sehingga setiap keluarga akhirnya mendapat
kurang dari 15 kg sesuai yang ditetapkan pemerintah. Hal-hal semacam ini yang
menyebabkan program kemiskinan tak punya daya ungkit. Saat ini, yang diperlukan pemerintah adalah
penetapan kriteria miskin yang baku dan berlaku nasional, ditambah kriteria
tambahan yang berlaku secara spesifik untuk setiap provinsi sesuai kebijakan
lokal. Kriteria ini harus operasional di lapangan dan dapat mendeteksi rumah
tangga miskin secara akurat. Satu hal yang juga harus dipelajari dari
China dalam pengentasan kemiskinan adalah bahwa setiap rumah tangga miskin
dijamin menerima bantuan (ini hanya bisa dilaksanakan bila sasaran orang
miskin telah terdata dengan baik), dan setiap desa ada pejabat khusus untuk
melaksanakan program mengatasi kemiskinan. Kita perlu merenungkan tentang
penempatan pejabat khusus di level desa ini karena selama ini kita sudah
memercayakan segala program pada kepala desa sebagai birokrat puncak di
tingkat desa. Yang tidak bisa diabaikan dari China adalah
kemajuannya yang luar biasa di bidang pembangunan industri dan pertanian
sehingga rakyatnya menjadi semakin sejahtera. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar