Merdeka
Belajar untuk Ekosistem Investasi JC Tukiman Taruna ; Pengajar
Mata Kuliah Community Development Planning |
KOMPAS,
15 April
2021
Rencana penggabungan dua kementerian
menjadi ”Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset Teknologi ” tampak
sekali keterkaitannya dengan upaya konkret menuju tercapainya tujuan keempat
Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja (Omnibus Law). Seperti diketahui, UU ini merumuskan empat
tujuan, dan tujuan keempatnya berbunyi: ”penyesuaian berbagai aspek
pengaturan yang berkaitan dengan peningkatan ekosistem investasi, kemudahan
dan percepatan proyek strategis nasional yang berorientasi pada kepentingan
nasional yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi nasional
dengan berpedoman pada haluan ideologi Pancasila”. Tegasnya, merdeka belajar (terkandung di
dalamnya kampus merdeka) sangat terkait dengan ekosistem investasi jangka
panjang, karena dalam seluruh proses merdeka belajar itu diharapkan berkembanglah
ilmu pengetahuan dan inovasi riset teknologi. Maka, sangatlah beralasan (dan kuat)
mengucapkan ”selamat datang” kementerian baru, yang di depan mata sudah
tergambar perlu diangkatnya wakil menteri dengan tugas dan fungsi utama pada
pengembangan inovasi riset teknologi. Kata kunci ekosistem investasi dan inovasi
(riset teknologi) rasanya akan menjadi tantangan utama kementerian baru ini,
karena itu bidikan tepat Presiden Jokowi dalam memilih wakil menteri menjadi
sangat menentukan. ”Desiderium
sciendi” Merdeka belajar adalah sebuah ekosistem
investasi pendidikan. Mengapa? Dalam buku baru saya, Merdeka Belajar tentang
Idiom Kehidupan, jawaban atas pertanyaan itu ada pada kosakata desiderium
sciendi (Veeger 1993. Realitas Sosial). Setidak-tidaknya kita semua mengakui bahwa
manusia yang tidak diasingkan dari diri sendiri merasa diri bebas dan
berkuasa atas hidupnya sendiri, tetapi pada satu sisi lainnya manusia pasti
merasa tidak bebas dan tidak berkuasa apa pun terhadap hidupnya. Akal budi manusia selalu digerakkan dan
dirangsang oleh desiderium sciendi keinginan untuk tahu (hlm 243). Manusia
selalu ingin tahu lebih banyak hal dari apa saja yang selama ini telah
diketahuinya, entah lewat observasi dan eksperimennya. Manusia terus-menerus berproses ”menjadi
rasional” dan di sinilah dia yang mengaku bebas merdeka itu serta-merta juga
akan mengakui dirinya tidak bebas; merasa diri merdeka, padahal senyatanya
tidak juga ia merdeka. Itulah yang disebut dengan kedwitunggalan
manusia (242-st); yakni, di satu sisi, manusia itu berada di bawah imperatif
”jadilah rasional” (bermakna juga jadilah merdeka), di sisi lain ia sering
mempersempit kesadarannya dan mempermiskin kepribadiannya karena tidak
memanfaatkan kebebasannya secara merdeka. Dalam diri manusia selalu ada kontradiksi,
tetapi dua kutub bertolak belakang itu justru mengejawantahkan apa yang
disebut ”kedwitunggalan” manusia. Rasa ingin tahu, inilah makna terdalam
merdeka belajar, oleh karena itu perlu disadari dan menjadi semakin mendalam
sebagai sebuah investasi pertama sistem pendidikan kita; dan akan semakin
berkembang subur manakala ditopang sebagai sebuah ekosistem investasi
pendidikan. Artinya, seluruh kegiatan merdeka belajar
itu adalah proses investasi yang terus-menerus mendorong semua pihak terus
maju dan berkembang, Dukungan
riset dan inovasi Ekosistem investasi pendidikan dengan
fondasi utama merdeka belajar terbayang bakal semakin terlaksana karena salah
satu dari sepuluh kebijakan strategis Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja
menyebutkan di poin e. ”dukungan riset dan inovasi”. Inilah alasan lain untuk mengucapkan
selamat datang kementerian baru yang rasa-rasanya juga akan dapat segera
mengatasi ego-sektoral yang selama ini masih dirasakan sebagai kendala
eksekutif di pendidikan, kebudayaan, dan riset teknologi. Kementerian baru ini juga seharusnya akan
segera dapat menyatukan aspek-aspek amat penting ekosistem investasi
pendidikan, yaitu (a) penguatan karakter merdeka belajar, (b) prestasi, (c)
data dan teknologi informasi, (d) layanan pembiayaan pendidikan, serta (e)
inovasi riset teknologi nasional. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar