Jumat, 01 November 2013

Ketahanan Pangan

Ketahanan Pangan
Pande Radja Silalahi ;   Peneliti Senior CSIS
SUARA KARYA, 31 Oktober 2013


Rabu, 16 Oktober 2013, adalah Hari Pangan Sedunia. Sampai saat ini sebagian besar pengeluaran masyarakat Indonesia diperuntukkan bagi memenuhi kebutuhan pangan. Pada tahun 2012 sekitar 50 persen dari seluruh pengeluaran masyarakat adalah untuk pangan. Andai seluruh kebutuhan pangan dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri, maka dapat dipastikan sektor yang menghasilkan pangan--sektor pertanian, peternakan, dan perikanan--akan mengalami pertumbuhan minimal sebesar pertumbuhan penduduk.

Yang menjadi masalah belakangan ini adalah neraca perdagangan kita di bidang pangan mengalami defisit. Padahal, menurut berbagai pihak, seharusnya tidak demikian.

Seusai rapat koordinasi terbatas bidang pangan, Selasa, 29 Oktober 2013 di Bukit Tinggi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan pembangunan ketahanan pangan melalui rencana aksi yang dinyatakan jelas sasarannya, siapa yang berkontribusi, bagaimana penganggaran, dan mekanisme yang dijalankan. Rencana aksi itu berfokus pada ketahanan lima kebutuhan pangan pokok, yakni beras, gula, daging sapi, kedelai, dan jagung.

Walau hanya menyangkut lima komoditas, tetapi persoalan yang dihadapi tidaklah mudah. Tahun 2012 lalu, misalnya, Indonesia mampu memproduksi padi sebanyak 69.271.053 ton, 18.838.529 ton jagung, dan 843.153 ton kedelai. Tetapi, produksi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tepat waktu serta terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.

Jumlah produksi yang tidak sesuai dan berada di bawah kebutuhan dalam negeri menyebabkan hampir setiap tahun pangan menjadi sumber permasalahan yang mengusik ketenteraman masyarakat. Pada 2012 persoalannya menjadi "heboh" karena diduga telah terjadi tindak pidana korupsi dalam pengadaan atau impor daging sapi.

Untuk menciptakan ketahanan pangan dalam pengertian kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan tepat waktu serta terjangkau oleh masyarakat bagi Indonesia adalah pekerjaan yang sulit dan rumit. Seseorang dengan mudah mengatakan bahwa Indonesia memiliki lahan yang sangat luas sehingga tidak sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan domestiknya. Bahkan Indonesia mampu menjadi negara pemasok pangan kebutuhan dunia.

Secara teknis, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan nasional untuk produk tertentu, seperti beras, kedelai, dan jagung dalam waktu relatif singkat. Tetapi, kemampuan teknis sampai saat ini belum mendapat dukungan secara ekonomis. Dalam era keterbukaan dan globalisasi dewasa ini, ketahanan pangan di Indonesia menjadi sangat sulit diciptakan dan dipertahankan karena harga atau biaya memproduksi di dalam negeri umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan luar negeri.

Artinya, untuk mempertahankan dan memelihara terciptanya ketahanan pangan diperlukan dana subsidi dalam jumlah besar yang mungkin diperuntukkan bagi petani sebagai produsen atau masyarakat sebagai konsumen, belum termasuk pula untuk penyediaan infrastruktur. Yang sering dilupakan dalam membahas persoalan ketahanan pangan adalah masalah daya saing, peningkatan kesejahteraan petani, dan daya beli masyarakat atas produk-produk yang sangat dibutuhkan itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar