ALIH
status kelembagaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel menjadi
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya akan di-launching pada
Desember mendatang. Serangkaian kegiatan dan acara mulai dan akan diadakan
menyambut pengembangan kelembagaan perguruan tinggi Islam negeri ini,
termasuk acara tasyakuran di Masjid Ulul Albab (Metropolis, Jawa Pos, 21/11
kemarin).
Perubahan ini tentu bukan sekadar perubahan nama atau semata-mata
penambahan fakultas dan program studi (prodi) umum. Di balik alih status
yang diiringi dengan pembukaan beberapa prodi umum itu, ada mimpi besar,
nilai-nilai filosofis, dan tujuan luhur yang melatarbelakanginya.
Metamorfosis IAIN ke UIN muncul dari beberapa penelitian akademis yang
dibalut dengan harapan serta mimpi luhur untuk menjadikan perguruan tinggi
Islam ini sebagai pusat, sumber, dan penyebar peradaban. Melalui peradaban
yang dikembangkan, UIN SAS diharapkan memiliki andil besar dalam peneguhan
NKRI yang bermartabat dan sekaligus mengembangkan kehidupan lebih manusiawi
dalam bingkai nilai-nilai teologis universal transformatif dalam tataran
global.
Integrated Twin Towers
UIN SAS tidak hanya akan menggeluti dunia keilmuan Islam, humaniora, sains,
dan teknologi semata, tetapi juga harus menjadi pusat pendidikan yang
mendialogkan antara nilai-nilai moral dan kajian akademik. Untuk itu,
integrated twin towers dijadikan paradigma kelimuan.
Melalui paradigma ini, keilmuan dasar-dasar Islam dan keilmuan lainnya,
seperti humaniora, sains, dan teknologi, dilihat dan disikapi apa adanya.
Setiap bidang keilmuan itu tidak bisa dinafikan. Masing-masing harus
dikembangkan sesuai dengan karakternya. Namun, pada saat yang sama, antara
satu bidang keilmuan dan bidang keilmuan yang lain harus saling dihubungkan
dan didialogkan secara dialogis.
Ada aksioma yang terbangun dari paradigma yang dianut UIN SAS, yaitu suatu
bidang keilmuan tidak akan pernah berkembang dan bermanfaat maksimal jika
tidak disapa dan didekati dengan bidang keilmuan lain. Keterhubungan,
bahkan interdependensi, satu bidang keilmuan dengan bidang-bidang keilmuan
lain merupakan keniscayaan yang sama sekali tidak bisa diabaikan.
Pada gilirannya, interdependensi itu akan memproduksi suatu keilmuan yang
kontekstual yang mampu meÂnyentuh dan menyelesaikan seluk-beluk persoalan
manusia dan kehidupan. Ilmu yang lahir dari rahim paradigma integrated twin
towers tidak akan pernah terasing dari masyarakat tempat ilmu itu
dikembangkan. Demikian pula, ia tidak akan pernah meminggirkan masyarakat
tertentu. Justru, dalam implementasinya, ia selalu mengadvokasi masyarakat
dan kehidupan.
Hal itu meniscayakan tumbuh kembangnya keilmuan Islam yang benar-benar
kontekstual dengan kehidupan Indonesia, tanpa harus menafikan kehidupan
global. Skala prioritas kajian dan pengembangan keilmuan Islam perlu
dibuat. Teologi Islam, hukum Islam, dan sejenisnya harus bersifat
fungsional yang seutuhnya mampu menyentuh kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia.
Sejalan dengan itu, ilmu Islam kontekstual juga perlu diarahkan untuk
melirik dan memperhatikan persoalan global dan problem di kawasan lain.
Namun, tidak berhenti sebatas itu, ilmu-ilmu Islam dikonstruk untuk
mendialogkan persoalan-persoalan Indonesia dengan persoalan global dan
negara lain. Demikan pula pengembangan ilmu-ilmu yang lain.
Islam - Indonesia
Ada korelasi yang sangat kuat antara pengembangan Islam kontekstual dan
peneguhan Islam Indonesia. Ketika ilmu-ilmu Islam yang dikembangkan UIN
yang ada di kota Pahlawan ini mampu memberikan solusi yang benar-benar
enlightening terhadap persoalan bangsa dengan segala keragamannya, pada
saat itu Islam-Indonesia akan berkembang kukuh. Ia akan kukuh karena
menjadi pengawal di barisan depan terhadap keutuhan NKRI dan pilar-pilar
kebangsaan lainnya. Islam-Indonesia akan terus berkembang karena bukan
hanya didukung oleh umat Islam Indonesia semata, tetapi bangsa secara
keseluruhan.
Demikian pula, sains dan teknologi yang dikembangkan benar-benar
fungsional. Sebab, ia dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
nilai-nilai keislaman dan moral universal sehingga selalu berdasar pada
kebutuhan masyarakat.
Pada tataran itu, UIN SAS bertekad untuk menjumput serpihan-serpihan
kearifan lokal saat ini untuk dirajut menjadi peradaban menyongsong
kehidupan masa depan yang lebih manusiawi dan benar-benar berkesetaraan.
Indonesia lebih bermartabat, berkeadaban, dan sejahtera harus diwujudkan
oleh kita, bukan orang lain.
Bersamaan dengan itu, kita bekerja sama dengan dunia membangun kehidupan
yang benar-benar menjadi bayang-bayang surgawi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar