Jumat, 22 November 2013

Dari IAIN ke UIN Sunan Ampel



Dari IAIN ke UIN Sunan Ampel
Abd A’la  ;  Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya
JAWA POS,  22 November 2013



ALIH status kelembagaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya akan di-launching pada Desember mendatang. Serangkaian kegiatan dan acara mulai dan akan diadakan menyambut pengembangan kelembagaan perguruan tinggi Islam negeri ini, termasuk acara tasyakuran di Masjid Ulul Albab (Metropolis, Jawa Pos, 21/11 kemarin).

Perubahan ini tentu bukan sekadar perubahan nama atau semata-mata penambahan fakultas dan program studi (prodi) umum. Di balik alih status yang diiringi dengan pembukaan beberapa prodi umum itu, ada mimpi besar, nilai-nilai filosofis, dan tujuan luhur yang melatarbelakanginya.

Metamorfosis IAIN ke UIN muncul dari beberapa penelitian akademis yang dibalut dengan harapan serta mimpi luhur untuk menjadikan perguruan tinggi Islam ini sebagai pusat, sumber, dan penyebar peradaban. Melalui peradaban yang dikembangkan, UIN SAS diharapkan memiliki andil besar dalam peneguhan NKRI yang bermartabat dan sekaligus mengembangkan kehidupan lebih manusiawi dalam bingkai nilai-nilai teologis universal transformatif dalam tataran global.

Integrated Twin Towers

UIN SAS tidak hanya akan menggeluti dunia keilmuan Islam, humaniora, sains, dan teknologi semata, tetapi juga harus menjadi pusat pendidikan yang mendialogkan antara nilai-nilai moral dan kajian akademik. Untuk itu, integrated twin towers dijadikan paradigma kelimuan.

Melalui paradigma ini, keilmuan dasar-dasar Islam dan keilmuan lainnya, seperti humaniora, sains, dan teknologi, dilihat dan disikapi apa adanya. Setiap bidang keilmuan itu tidak bisa dinafikan. Masing-masing harus dikembangkan sesuai dengan karakternya. Namun, pada saat yang sama, antara satu bidang keilmuan dan bidang keilmuan yang lain harus saling dihubungkan dan didialogkan secara dialogis.

Ada aksioma yang terbangun dari paradigma yang dianut UIN SAS, yaitu suatu bidang keilmuan tidak akan pernah berkembang dan bermanfaat maksimal jika tidak disapa dan didekati dengan bidang keilmuan lain. Keterhubungan, bahkan interdependensi, satu bidang keilmuan dengan bidang-bidang keilmuan lain merupakan keniscayaan yang sama sekali tidak bisa diabaikan.

Pada gilirannya, interdependensi itu akan memproduksi suatu keilmuan yang kontekstual yang mampu me­nyentuh dan menyelesaikan seluk-beluk persoalan manusia dan kehidupan. Ilmu yang lahir dari rahim paradigma integrated twin towers tidak akan pernah terasing dari masyarakat tempat ilmu itu dikembangkan. Demikian pula, ia tidak akan pernah meminggirkan masyarakat tertentu. Justru, dalam implementasinya, ia selalu mengadvokasi masyarakat dan kehidupan.

Hal itu meniscayakan tumbuh kembangnya keilmuan Islam yang benar-benar kontekstual dengan kehidupan Indonesia, tanpa harus menafikan kehidupan global. Skala prioritas kajian dan pengembangan keilmuan Islam perlu dibuat. Teologi Islam, hukum Islam, dan sejenisnya harus bersifat fungsional yang seutuhnya mampu menyentuh kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Sejalan dengan itu, ilmu Islam kontekstual juga perlu diarahkan untuk melirik dan memperhatikan persoalan global dan problem di kawasan lain. Namun, tidak berhenti sebatas itu, ilmu-ilmu Islam dikonstruk untuk mendialogkan persoalan-persoalan Indonesia dengan persoalan global dan negara lain. Demikan pula pengembangan ilmu-ilmu yang lain.

Islam - Indonesia

Ada korelasi yang sangat kuat antara pengembangan Islam kontekstual dan peneguhan Islam Indonesia. Ketika ilmu-ilmu Islam yang dikembangkan UIN yang ada di kota Pahlawan ini mampu memberikan solusi yang benar-benar enlightening terhadap persoalan bangsa dengan segala keragamannya, pada saat itu Islam-Indonesia akan berkembang kukuh. Ia akan kukuh karena menjadi pengawal di barisan depan terhadap keutuhan NKRI dan pilar-pilar kebangsaan lainnya. Islam-Indonesia akan terus berkembang karena bukan hanya didukung oleh umat Islam Indonesia semata, tetapi bangsa secara keseluruhan.

Demikian pula, sains dan teknologi yang dikembangkan benar-benar fungsional. Sebab, ia dikembangkan dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai keislaman dan moral universal sehingga selalu berdasar pada kebutuhan masyarakat.

Pada tataran itu, UIN SAS bertekad untuk menjumput serpihan-serpihan kearifan lokal saat ini untuk dirajut menjadi peradaban menyongsong kehidupan masa depan yang lebih manusiawi dan benar-benar berkesetaraan. Indonesia lebih bermartabat, berkeadaban, dan sejahtera harus diwujudkan oleh kita, bukan orang lain.

Bersamaan dengan itu, kita bekerja sama dengan dunia membangun kehidupan yang benar-benar menjadi bayang-bayang surgawi. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar