Sabtu, 02 Maret 2013

Saya Bukan Pengancam


Saya Bukan Pengancam
( Wawancara )
Anas Urbaningrun ;  Mantan Ketua Umum Partai Demokrat
REPUBLIKA, 01 Maret 2013


Mantan ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum kebanjiran tamu setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek pembangunan kompleks olahraga Hambalang, Jawa Barat. Ketika menerima Republika di kediamannya di Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (28/2), sekitar pukul 02.00 WIB, Anas yang mengenakan sarung dan kemeja hitam tampak kelelahan. Wajahnya agak pucat dan matanya memerah. Sebelum melayani wawancara, dia izin ke kamar mandi, kemudian kembali beberapa menit dengan wajah yang sudah terbasuh air. 
Berikut petikan wawancara Republika dengan Anas: 

Kunci tetap tenang atas persoalan yang sekarang?
(Anas mengambil jeda panjang hampir 10 detik sebelum menjawab pertanyaan ini. Dia memejamkan matanya yang tampak memerah sejenak, kemudian melontarkan jawaban.)
Kunci opo (apa)? Masalah serius ini. Bukan masalah kecil. Tapi, masalah seserius apa pun tak ada alasan untuk tidak tenang kalau kita yakin, kita punya keyakinan bahwa tidak seperti yang dituduhkan itu. 

Yakin tidak bersalah?
Kalau yang dituduhkan gratifikasi, gratifikasi apa? Sudah diceritakan kan? Dari kronologi cerita itu tidak. Saya yakin bukan gratifikasi.

Apakah sudah benar-benar lepas jaket?
Sudah Sabtu (23/2) lalu, habis konferensi pers, jaket dilepas.

Keluar dari Demokrat?
Berhenti dari ketua umum.
(Menanggapi pertanyaan ini, Anas seperti menemukan kembali tenaganya. Kata-katanya mulai terukur dan mengalir lancar).

Bedanya?
Beda. Mundur dengan berhenti beda. Kalau mundur itu forumnya di KLB (Kongres Luar Biasa). Yang memilih saya melalui kongres. Kalau saya mundur, di forum setara kongres, KLB. Kalau saya mundur, saya menulis surat ke siapa? Jadi berhenti? Berhenti itu mandek. 

Tidak ada surat pengunduran diri?
Sejauh yang saya pikirkan itu tidak diperlukan. 

Dari Dewan Pembina (Wan bin) Partai Demokrat masih bicara surat?
Yang berpandangan seperti itu tidak bisa dilarang, saya kira tidak apa-apa. Tapi, kalau pikiran saya sih, urgensinya tidak ada.

Langkah Anas bisa me ngunci Demokrat agar tidak punya ketum baru?
Memang sekarang belum punya ketum.

Apakah memang harus ada pengunduran diri atau bisa ada ketum baru tanpa surat Anas?
Ketum itu produk dari kongres atau KLB. Hanya itu yang bisa memproduksi ketum. Di luar itu, tidak ada. 

Harus sekarang KLB?
Ya itu tadi, yang berhak melahirkan ketum hanya kongres atau KLB. Di luar itu, tidak ada forumnya. Tak ada instansi di partai yang bisa menghasilkan ketum.

Ada kesan wanbin khawatir kalau KLB sekarang tetap dipegang orang Anas?
Saya tidak tahu hitungannya. Tapi, tidak terlalu sulit menghitung angka atau suara kurang dari 600 suara. Tidak sulit itu.

Perhitungan Anas sendiri bagaimana?
Saya sudah tidak menghitung suara, tapi kalau teman-teman menghitung suara, saya tidak tahu.

Berapa banyak dewan pimpinan cabang (DPC) yang me nyatakan simpati?
Hampir semua saya kira. Ham pir semua kontak, komunikasi. Seperti biasa, karena saya ti dak mengubah sikap apa-apa. Saya tetap menjadi teman, sahabat, dari mereka semua.

Dalam pidato kemarin, Anas menyebut halaman pertama dan masih ada halaman berikutnya?
Itu kan hari Sabtu, di mana hari pertama saya berhenti itu halaman pertama. Halaman berikut nya, hari berikutnya.

Banyak yang memaknai itu perlawanan Anas?
Tentu hari-hari berikutnya, hari-hari itu harus diisi. Tentu diisi oleh hal penting dan bermanfaat. Untuk kepentingan politik yang lebih sehat, kepentingan demokrasi yang lebih baik, produktif.

Ini menagih janji kalau Amir (Syamsuddin, menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia) tak mau ngomong?
Mungkin pertanyaannya belum pas untuk Pak Amir. Jadi, Pak Amir belum paham betul konteksnya. 

Apa itu? Termasuk aliran uang?
Sejauh keterangan atau informasi itu benar, tentu sekali lagi Pak Amir tahu persis. Diakui atau tidak, dibantah atau tidak. Itu hasil pemeriksaan Pak Amir yang dilaporkan kepada ketua dewan kehormatan dan disampaikan ke saya selaku ketum dan wakil dewan kehormatan.

Anas sangat tahu tentang yang disampaikan Nazaruddin?
Intinya tahu, tapi rinciannya Pak Amir. 

Kalau Amir tak mau bicara dan Anas mau bicara?
Pemain utama itu lebih utama. Pemain utama lebih afdal. Timnas itu harus pemain utama. Kalau cadangan, kalah terus.

Kalau diminta membantu, bersedia? 
Saya jadi tersangka saja siap, apalagi cuma keterangan, tapi siapa saja memang punya kewajiban memberikan keterangan. Kalau nanti ada pemeriksaan, Anas siap membuka yang Anas tahu? Makanya saran saya, yang tahu persis Amir Syamsuddin.

Mendorong KPK memeriksa Amir?
(Anas mengembangkan senyumnya). Saya tidak pernah dan tidak ingin mendorong KPK untuk memanggil atau tidak seseorang. Itu kewenangan KPK, tidak memanggil juga otoritas KPK.

Pimpinan KPK menunggu keterangan Anda terkait dana ke Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono, sekretaris jenderal Partai Demokrat)?
Saya belum pernah dengar itu. 

Ada informasi caleg di daerah mengundurkan diri. Ada instruksi?
Tidak ada. Saya justru meminta kader tenang, jernih, jangan emosional, pertimbangkan kepentingan jangka panjang. Tapi, kalau ada yang berhenti, tidak ada yang bisa melarang karena berpartai itu pilihan bebas dan merdeka.

Kalau Timwas Century meminta keterangan Anas?
Saya akan pelajari konteksnya apa. Karena kalau data, termasuk aliran dana, itu sudah lengkap. Hasil dari panitia angket itu. Dari pendalaman timwas, saya kira datanya sudah ada di KPK semua. Audit investigatif BPK, semua sudah lengkap itu.

Ada beberapa kader Demokrat yang meminta Anas jangan beropini ke publik. Itu ancaman?
Pendapat itu kan. Pendapat itu hal yang biasa. 

Akan mempertimbangkan?
Semua pendapat saya dengar dan pertimbangkan. Tapi, tentu saya punya rumusan pendapat sendiri juga. Sama halnya setiap orang boleh berpendapat, saya juga punya hak untuk berpendapat. Yang saya pastikan adalah saya tidak ingin berpendapat yang saya tidak yakini. Dan, saya tidak ingin berpendapat tidak berdasar apalagi fitnah. Itu akan saya hindari.

Dengar ada isu penangkapan?
Sudah dari dua hari lalu, paspor saya sudah ditangkap. Saya bersyukur, itu makin menyempurnakan penjelasan. Ya, penjelasannya ada yang spesial, ada yang khusus karena saya belum mendengar ada orang yang dicekal dijemput paspornya. Yang bisa menjemput itu tentu penjemput yang diperintah. Itu hal kecil yang menurut saya menyempurnakan penjelasan. Kira-kira itu bagus.

Keterlibatan Anas di Demokrat ke depan? Ke Demokrat lagi, membesarkan Demokrat lagi?
Demokrat itu cinta pertama saya. (Anas berhenti sejenak selepas mengucapkan kalimat itu. Matanya yang lelah tampak berkaca-kaca. Tapi, dia terdengar bersemangat melanjutkan keterangan selanjutnya.) Demokrat itu partai yang pertama. Tentu, saya berharap ini partai pertama dan terakhir. Mudah-mudahan ini tetap seperti itu. Kecuali, terpaksa. 
 .
Sekalipun itu akan berbenturan dengan kepentingan orang penting di partai?
Di partai itu orang boleh datang, pergi, tapi datang-perginya orang tidak boleh mengganggu eksistensi partai. Itu salah satunya dipengaruhi oleh ruhnya. Ruh itu ya ideologi, etikanya itu. Itu posisinya tentu jauh lebih.

Kalau ada yang gerah?
Mestinya tidak ada yang gerah. Tapi, kalau terpaksa ada yang gerah, gerah-gerah sedikit biasa dalam politik.

Meskipun sudah tak jadi Demokrat lagi? Masih tetap menjadikan Demokrat seperti ini?
Kalau konteksnya saya sebagai warga negara, pemilih, rakyat, tetap saja pemilih itu punya hak untuk membuat partai yang dipilihnya sesuai yang diharapkan. Yang punya hak berharap bukan hanya pengurus, fungsionaris, tapi juga rakyat atau pemilih yang memberikan kepercayaan. Itu punya kontribusi yang luar biasa penting untuk eksistensi partai. Karenanya, tidak boleh disisihkan dalam mempertimbangkan masa depan partai.

Ada yang menilai Anas punya keberanian menyampaikan yang selama ini masih tertutup. Karena Anas banyak tahu. Mereka berharap Anas jadi figur yang membuka?
Saya tidak tahu apakah ada misteri atau tabir di situ. Bahwa ada persepsi seperti itu, hal yang juga biasa saja. Karena selama ini memang politik kita itu ada ruang-ruang yang bisa dipersepsi sebagai misteri. Itulah indahnya politik di Indonesia, ada misteri-misteri. Kalau misteri itu oleh sejarah diproses tidak lagi menjadi misteri, ya hal yang baiklah itu.

Anas akan jadi golongan perbaikan itu?
Ya, apa yang saya katakan, lembaran, halaman, hari demi hari, sekecil apa pun mudah-mudahan memberikan makna bagi perbaikan, kemaslahatan, tapi sekali lagi saya bukan dalam posisi yang dipersepsikan atau diharapkan orang untuk jadi juru bongkar, pokoknya bagian bongkar-bongkar misteri. Tidak seperti itu.

Kalau Anas enggak salah, bakal balik ke Demokrat?
Itu panjang ke depannya. Orang besok saja saya tidak tahu. Apalagi bulan depan, tahun depan. Saya konsentrasi besok apa. Setelah besok, lusa apa.

Semua kemungkinan terbuka?
Bukunya terbuka, bukan tertutup, belum ada titik. Ini koma, koma, koma. 

Ada yang menawarkan untuk bergabung?
Kalau saya bilang tidak ada bohong, kalau saya bilang ada, buat saya sekarang relevansinya tidak cukup tinggi untuk diseriusi. Karena memang bukan konsentrasi saya. Konsentrasi saya dua saja, satu fokus pembelaan hukum untuk mendapatkan keadilan. Kedua, itu tadi, menjalani lembar demi lembar, hari demi hari yang saya harapkan tetap bermakna kontributif. 

Masih coblos 2014?
2014 isih suwe rek (masih lama). ●   ( Mansyur Faqih )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar