Penggunaan N-250 ini sebagai pesawat kepresidenan
akan meningkatkan kepercayaan tidak hanya di mata nasional, tapi juga
internasional, layaknya Gubernur Jakarta saat ini yang mampu meyakinkan
rakyat akan kemampuan mobil Kiat Esemka.
Pada 1995, sejarah kedirgantaraan Indonesia mencapai
titik baru kemajuan yang sangat pesat dengan prestasi keberhasilan uji
terbang pesawat buatan anak Indonesia yang dipimpin Prof B.J. Habibie,
yakni N-250 Gatotkaca dan N-250-100 Krincing Wesi. Pesawat tersebut
berhasil melaksanakan uji terbang dengan sangat baik--untuk Gatotkaca
pada 10 Agustus 1995 dan Krincing Wesi pada 19 Desember 1996. Pesawat ini
ditujukan untuk mampu melayani pada kelas 50-70 penumpang. Pesawat ini
juga memiliki teknologi yang sangat mutakhir, baik dalam hal mesin
pesawat maupun pada sistem kendali pesawat yang menggunakan sistem fly by wire, yang juga digunakan
pada pesawat tempur seperti F-16
Fighting Falcon.
Namun keberhasilan uji terbangnya tidak seindah
proses pengembangan selanjutnya. Semenjak krisis ekonomi 1998 di
Indonesia, pesawat ini malah dikandangkan dan tidak dilanjutkan proses
produksi atau pengembangannya. Hal inilah yang menjadi sebuah kepiluan di
tengah pesatnya peningkatan kebutuhan masyarakat dalam penggunaan
transportasi udara. Kecelakaan pesawat buatan asing yang sering terjadi
di Indonesia juga tidak segera menyadarkan pihak maskapai pesawat, baik
milik pemerintah maupun swasta, serta rakyat Indonesia sendiri untuk
menyadari bahwa mereka memiliki pesawat yang jauh lebih baik, lebih
bagus, lebih aman, dan lebih murah dalam hal transportasi jarak menengah
yang umumnya ada di Indonesia.
N-250 pada dasarnya mampu memenuhi semua kebutuhan
tersebut, tapi sayangnya pesawat buatan anak Indonesia ini dipandang
sebelah mata. Setidaknya ada dua hal penting mengapa N-250 menjadi sangat
bernilai strategis tidak hanya dalam pembangunan kedirgantaraan Indonesia
saja, tapi juga dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Pertama, dalam sejarah pembangunan dan kemajuan suatu
bangsa, industri dirgantara, baik dalam hal pembuatan pesawat maupun
pelayanan penerbangan, menjadi suatu hal mutlak yang diperlukan oleh
sebuah bangsa. Dalam trilogi buku tulisan P.K. Ojong--Perang Eropa--dapat
kita pahami bahwa pesawat memiliki nilai strategis yang luar biasa besarnya
sebagai alat transportasi utama sekutu. Keberhasilan menguasai udara di
Eropa dari tangan Nazi Jerman menjadi unsur penting bagi kemenangan
Sekutu dalam Perang Dunia II. William Billy Mitchell, yang merupakan
anggota militer sekaligus pionir dari Amerika Serikat dalam hal
penerbangan militer, menekankan arti penting nilai strategis dari
penguasaan dalam pertempuran udara. Menurut dia, kemenangan suatu negara
dalam pertempuran akan sangat ditentukan dalam bagaimana negara tersebut
menguasai pertempuran udara.
Dalam masa-masa damai seperti saat ini, kita bisa
melihat pula arti penting kemampuan pemerintah Indonesia dalam hal
memenuhi kebutuhan transportasi dan layanan penerbangan yang baik dan
aman bagi rakyatnya. Di tengah maraknya kecelakaan pesawat di Tanah
Air--yang umumnya pesawat yang mengalami kecelakaan tersebut buatan asing
yang usianya sudah uzur atau spesifikasinya kurang cocok dengan kondisi
geografis Indonesia--sudah saatnya perhatian pemerintah dan sektor
penerbangan swasta kembali difokuskan pada pesawat buatan dalam negeri
ini, yakni N-250.
Untuk Indonesia, yang terdiri atas lebih dari 17.000
pulau dengan jumlah penyebaran penduduk yang tidak merata, pesawat
berkapasitas 50-80 penumpang menjadi sebuah jawaban yang sangat penting
untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara bagi seluruh rakyat
Indonesia. N-250 memiliki tingkat konsumsi bahan bakar yang jauh lebih
efisien serta keamanan penerbangan yang jauh lebih baik dibandingkan
dengan pesawat sekelasnya, seperti Fokker F-50 atau Xian MA-60 milik
maskapai Merpati, yang mengalami kecelakaan pada 7 Mei 2011 di Kaimana,
Papua, yang menewaskan lebih dari 15 orang. Berdasarkan hal tersebut,
dengan semakin pesatnya kemajuan pembangunan Indonesia, sudah saatnya
N-250 kembali berjaya di Tanah Air ini.
Kemudian hal kedua ialah N-250 secara ekonomi
memiliki arti strategis yang sangat penting. Dalam hal ini, di tengah
situasi neraca perdagangan Indonesia yang sering mengalami defisit karena
nilai ekspor yang lebih kecil dibanding nilai impor, penyediaan produk,
khususnya yang pengadaannya membutuhkan devisa sangat banyak seperti
pesawat, bisa dialihkan ke dalam negeri. Bagi maskapai penerbangan milik
pemerintah atau swasta, dengan membeli N-250, baik secara langsung maupun
tidak langsung maskapai itu turut menggenjot pertumbuhan ekonomi yang
selama ini stagnan di kisaran 6 persen per tahun.
Hal yang paling penting lagi ialah, dengan membeli
produk dalam negeri sendiri seperti N-250 ini, kepercayaan yang ada, baik
dalam skala nasional maupun internasional, dalam penggunaan pesawat ini
akan meningkat juga. Selain itu, ada baiknya pemimpin negeri ini, seperti
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, dalam merencanakan kebutuhan pesawat
kepresidenan, khususnya untuk lawatan ke daerah-daerah, menggunakan N-250
ini sebagai pesawat kepresidenannya. Penggunaan N-250 ini sebagai pesawat
kepresidenan akan meningkatkan kepercayaan tidak hanya di mata nasional,
tapi juga internasional, layaknya Gubernur Jakarta saat ini yang mampu
meyakinkan rakyat akan kemampuan mobil Kiat Esemka.
Kesimpulan yang dapat kita ambil ialah,
N-250 dalam perkembangan kemajuan serta pembangunan ekonomi Indonesia
memiliki arti strategis yang luar biasa besarnya. N-250 mampu menjawab
tantangan meningkatnya kebutuhan transportasi udara dan tantangan untuk
semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal yang terpenting, bangsa
yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa pahlawannya, dan
N-250 merupakan jasa besar dari para pahlawan Indonesia di bidang
kedirgantaraan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar