Chavez
is the most democratic politician on the earth. George Galloway
Wakil
Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan di televisi nasional, Selasa
(5/3), bahwa Presiden Hugo Chavez Frias meninggal pada pukul 16.25 dalam
usia 58 tahun.
Dalam
pidato emosional yang disertai titik air mata, Maduro mengatakan bahwa
Comandante Chavez telah tiada setelah berjuang melawan penyakit kanker
selama hampir dua tahun. Maduro yang diapit para pemimpin politik dan
militer meminta seluruh rakyat Venezuela untuk merapatkan barisan.
Menurut
konstitusi Venezuela, Ketua Majelis Nasional Diosdado Cabello akan menjabat
presiden untuk sementara waktu sebelum presiden baru terpilih pada
pemilihan umum. Dunia pun berduka atas wafatnya Presiden Venezuela yang
baru terpilih secara demokratis pada pemilu Oktober 2012.
Sang
Legenda
Chavez
meninggalkan legenda tersendiri. Di Venezuela, Amerika Latin, dan kawasan
Karibia, Presiden Chavez dipandang sebagai pemimpin yang merakyat dan
memanjakan rakyat dari hasil minyak untuk sandang, pangan, dan papan
mereka.
Selama
14 tahun memimpin Venezuela, Chavez berhasil mengentaskan orang miskin di
atas 75 persen dan membebaskan mereka dari buta huruf. Program perumahan
rakyat yang terkenal dengan Gran Vivienda merupakan salah satu proyek
andalan yang berhasil menyingkirkan penantangnya, Henrique Capriles, pada
pemilu lalu. Namun, ia juga mengubah konstitusi agar presiden, gubernur,
dan wali kota dapat dipilih kembali tanpa pembatasan dua kali.
Presiden
Hugo Chavez juga menarik perhatian dunia karena kebijakan luar negeri
Venezuela telah membawa masalah keamanan di belahan Bumi bagian barat (western hemisphere) berhadapan
dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Diplomasi Chavez yang
menggunakan minyak sebagai senjata (soft
power) memungkinkan negara lain turut tidak tunduk kepada ideologi atau
kekuatan militer AS. Sebagai alat kebijakan luar negeri, soft power efektif untuk mendapatkan
sekutu sekaligus menyeimbangkan kekuatan yang mengerem nafsu Amerika untuk
menguasai dunia.
Sejak
awal pemerintahan, Chavez telah bekerja sama dengan negara lain untuk
menjauhkan diri dari AS dan membangun aliansi dengan negara-negara sepaham
seperti China, Belarusia, Kuba, dan Iran.
Chavez
juga membuat kegiatan paralel anti-AS pada Pertemuan Puncak Amerika OAS,
menciptakan Aliansi Bolivarian untuk Amerika (ALBA), CELAC, dan perjanjian
perdagangan yang tidak mendukung liberalisasi dan privatisasi, serta
berdiskusi dengan Rusia untuk penggelaran rudal baik di Kuba maupun
Venezuela.
Untuk
kepentingan masyarakat miskin di dunia, Chavez mengeluarkan belanja
internasional yang besar dengan menawarkan banyak bantuan, investasi, dan
subsidi kepada negara lain sebanyak mungkin. Menurut PBB, investasi
langsung Venezuela di luar negeri melampaui 8 persen dari APBN dan lebih
besar 2 persen dibandingkan rata-rata negara penghasil minyak.
Membagi
Devisa
Dari
segi dollar AS per kapita, investasi luar negeri Venezuela merupakan
peringkat keempat di seluruh Amerika Latin dan Karibia, setelah Argentina,
Cile, dan Trinidad-Tobago, di atas Meksiko dan Brasil. Investasi Venezuela
di luar negeri sebagian besar dilakukan oleh negara dari hasil devisa
minyak melalui perusahaan negara PDVSA.
Selama
14 tahun memerintah, Chavez telah 235 kali melakukan perjalanan ke luar
negeri untuk menggalang solidaritas dengan negara lain, termasuk dua kali
kunjungan ke Indonesia. Chavez juga menyumbang 2 juta dollar AS untuk
korban tsunami di Aceh di bidang pendidikan, kesehatan, dan perumahan.
Chavez
punya program Petro Caribe yang menyediakan bantuan minyak dan produk minyak
bumi bagi negara-negara kecil di Karibia rata-rata 200.000 barrel per hari
dengan syarat pembayaran yang ringan.
Petro
Caribe mendapat subsidi tahunan 1,7 miliar dollar AS dan menempatkan
peringkat bantuan Venezuela di atas bantuan dari Organisasi untuk Kerja
Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Australia, Belgia, Denmark, Norwegia,
Portugal, Spanyol, dan Swiss di kawasan itu. Jumlah itu melebihi bantuan
Marshall Plan setelah Perang Dunia II.
Iklan
di Amerika
Di AS,
Venezuela memasang iklan Citgo, perusahaan minyak milik Venezuela. Iklan
tersebut menyatakan bahwa rumah tangga di AS telah menerima subsidi minyak
pemanas sebagai ”hadiah” dari rakyat Venezuela.
Ketika
Haiti kekurangan bahan pangan akibat kerusuhan tahun 2008, Chavez
mengirimkan armada pesawat terbang yang membawa 364 ton makanan.
Di
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Venezuela menegur Saudi karena
tak melakukan ”cukup upaya” untuk membantu kaum miskin dan melawan
imperialisme. Chavez menyatakan bahwa ALBA dan CELAC akan menjadi blok yang
berorientasi sosial, yaitu blok untuk pengentasan orang miskin.
Wafatnya
Chavez merupakan tantangan bagi pembangunan manusia, keadilan sosial,
penghormatan terhadap HAM, dan kebebasan individu di Amerika Latin. Bagi
Gerakan Nonblok, wafatnya Chavez akan mengurangi suara vokal untuk
mendukung Palestina karena Chavez-lah yang berani mengusir Duta Besar
Israel dari Venezuela karena Israel melanggar Resolusi PBB mengenai
Palestina.
Namun,
bagi Pemerintah AS dan sekutunya di Amerika Latin, wafatnya Chavez menjadi
momentum untuk mengurangi perasaan anti-Amerika dan merumuskan agenda baru.
Inilah saatnya memikirkan kembali kebijakan luar negeri AS di Amerika Latin
karena saat Chavez berkuasa, para pemimpin di Amerika Latin umumnya tidak
tertarik pada demokrasi dan penghormatan kebebasan individu.
AS
menganggap Amerika Latin sebagai halaman belakang dengan menggunakan Monroe Doctrine sebagai containment policy AS terhadap
bangsa Eropa di Amerika Latin. Namun, kebijakan ini gagal karena semasa
Chavez, negara sekutu AS di Eropa tidak hirau. Spanyol, Inggris, Italia,
dan Portugal justru hadir sebagai partner Venezuela.
Organisasi
Regional
Meninggalnya
Chavez diramalkan akan memengaruhi organisasi regional di Amerika Latin,
ALBA, Unasur, Andean, Petro Caribe, dan CELAC dalam upaya Amerika Latin
untuk memisahkan diri dari perekonomian global. Padahal, inilah yang
dikhawatirkan Dana Moneter Internasional (IMF) karena sistem yang dibangun
seperti imbal beli dan tidak menggunakan dollar AS, penciptaan mata uang
bersama sucre, serta kedekatannya
dengan China, Rusia, Belarus, dan Iran.
Dalam
konteks ini, mampukah calon penggantinya, Nicolas Maduro, dan pesaingnya,
Henrique Capriles Radonski, mempertahankan warisan peta politik yang
multipolar dan jejaring sosial yang telah dibangun Chavez.
Anggota
Parlemen AS George Galloway dalam suatu diskusi di Oxford University telah memaki seorang mahasiswa picik yang
hanya memandang Chavez sebagai diktator. Galloway secara berapi-api
mengatakan bahwa ia sendiri memiliki pengalaman pahit ketika berada di
Venezuela saat pemilu presiden pada Oktober 2012. Ia mendukung kubu oposisi
serta ikut dalam pawai kampanye anti-Chavez, tetapi pada akhirnya mengakui
bahwa ”Chavez adalah politisi yang
paling demokratis di Bumi”.
Para
pengamat politik juga mengakui, Presiden Chavez telah mengontribusikan
suatu hubungan internasional dengan teori kekuatan sosial secara langsung
melalui praktik nyata yang mudah dipahami.
Selamat jalan Hugo Chavez! Sejarah akan
mengenangmu. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar