Pro-Kontra Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Faisal Ismail
; Guru
Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
|
KORAN
SINDO, 13 Februari 2015
Ide islamisasi ilmu pengetahuan digelindingkan oleh Ismail
Raji al-Faruqi (sarjana muslim asal Palestina) di era 1980-an. Lahir di Jaffa
pada 1 Januari 1921, al-Faruqi pernah menjabat sebagai gubernur Galilee saat
Palestina masih di bawah kekuasaan Inggris. Ketika Zionis-Israel mencaplok
tanah Palestina dan mendirikan negara Yahudi pada 1948, al- Faruqi
berimigrasi ke Libanon dan masuk di Universitas Amerika di Beirut. Dia
melanjutkan studinya ke Universitas Indiana (Amerika Serikat) dan kemudian
belajar di Universitas al-Azhar selama empat tahun (1954-1958).
Pernah mengajar di beberapa universitas di Amerika utara,
termasuk di Universitas McGill (Montreal, Kanada). Pada 1963 al-Faruqi
kembali ke AS dan mengajar di Universitas Temple dan dia diberikan kepercayaan
untuk merancang program studi Islam di universitas tersebut. Pada 1980
al-Faruqi bersama Sheikh Taha Jabir al-Alwani, Dr Abdul Hamid Sulaiman
(mantan rektor Universitas Islam Antarbangsa Malaysia), dan Anwar Ibrahim
mendirikan International Institute of
Islamic Thought di Kuala Lumpur, Malaysia.
Al-Faruqi dan keluarganya mengalami nasib tragis. Seorang
laki-laki pembegal membunuh al-Faruqi, Lois Lamya (istrinya), dan Anmar al-
Zein (putrinya) di rumahnya di Philadelphia pada 27 Mei 1986. Motif pembunuhan
ini diduga karena al-Faruqi banyak melancarkan kecaman dan kritik keras
terhadap politik Zionis-Israel. Sampai sekarang Badan Intelijen Amerika (FBI)
belum berhasil menangkap si pembunuh.
Dalam menyebarluaskan gagasannya, al-Faruqi menulis buku bertajuk
Islamization of Knowledge. Beberapa
kalangan sarjana muslim menyatakan pro dan setuju dengan gagasan islamisasi
ilmu pengetahuan yang dicetuskan oleh al-Faruqi. Di pihak lain, ada beberapa
kalangan sarjana muslim yang kontra dan tidak setuju dengan ide islamisasi
ilmu pengetahuan yang digagas al-Faruqi.
Masih menjadi pertanyaan saya, mengapa al-Faruqi tidak
menggagas tentang Islamization of
Sciences ? Saya berpendapat, kwowledge
(pengetahuan) dan science (ilmu
pengetahuan) itu berbeda. Misalnya, kita mengetahui ada hujan turun dari
langit. Itu namanya pengetahuan. Kajian kita tentang sebab-sebab turunnya
hujan bermula dari terjadi penguapan air laut, lalu menjadi awan menggumpal,
dan dari gumpalan awan ini akhirnya terjadi hujan. Itulah yang disebut ilmu
pengetahuan.
Al-Faruqi menggagas islamisasi pengetahuan atau islamisasi
ilmu pengetahuan? Buku al-Faruqi Islamization
of Knowledge diterjemahkan oleh Anas Mahyudin ke dalam bahasa Indonesia
dengan judul Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Gagasan islamisasi sains yang
digulirkan al-Faruqi tampaknya dimotivasi oleh kegelisahannya saat melihat
ilmu pengetahuan Barat yang semakin “sekuler”.
Di Barat, dikotomi dan separasi ilmu-ilmu agama (religious sciences) dan ilmu-ilmu
sekuler (secular sciences) sudah lama
terjadi yaitu sejak sekularisme dianut oleh masyarakat Barat sekitar abad
ke-17 M. Sejak itu ihwal duniawi (termasuk ilmu pengetahuan umum/sekuler)
dibedakan dan dipisahkan dari ihwal agamawi.
Di sekolah Barat murid-murid dilarang berdoa di ruang kelas
sebelum pelajaran dimulai. Jika pun ada program studi agama (termasuk Islam)
di universitas Barat, itu dimaksudkan sebagai kajian akademik murni dan tidak
ada kaitannya dengan peningkatan ketakwaan dan penguatan iman. Kemajuan di
bidang ilmu dan teknologi kedokteran misalnya banyak “disalahgunakan” untuk
praktik aborsi dan euthanasia dalam masyarakat Barat.
Berbagai fenomena
di Barat itulah tampaknya yang menggerakkan al-Faruqi mencetuskan ide
islamisasi ilmu pengetahuan. Kita memahami kegelisahan al-Faruqi. Dia ingin
mengembalikan sains dan teknologi serta penggunaannya ke jalan sesuai ajaran
agama (Islam). Perlu ditanyakan: sejauh manakah ide islamisasi sains yang
dicanangkan oleh al- Faruqi itu mencapai target dan sasaran?
Sudah terwujudkah ide islamisasi ilmu pengetahuan dambaan
al-Faruqi itu? Jika sudah terwujud, elemen-elemen sekuler manakah dari ilmu
pengetahuan Barat itu yang sudah diislamisasi? Sebagaimana disinggung di
atas, gagasan islamisasi ilmu pengetahuan yang dilontarkan oleh al-Faruqi
menuai kontroversi di kalangan sarjana muslim. Ada yang pro dan ada yang
kontra.
Seorang sarjana muslim Indonesia yang kontra terhadap
gagasan islamisasi sains versi al-Faruqi adalah Munawir Sjadzali (menteri
agama era 1990-an). Menurut Munawir, ilmu pengetahuan itu bersifat universal,
tidak ada ilmu pengetahuan Islam, ilmu pengetahuan Barat, dan ilmu
pengetahuan bukan Islam. Saya tidak melihat ada substansi materi ilmu
pengetahuan sekuler Barat yang telah diislamisasi.
Para sarjana Barat tidak merasa ada elemen-elemen ilmu
pengetahuan mereka yang telah diislamisasi. Ilmu pengetahuan sekuler Barat
tetap dan terus berkembang dan dikembangkan secara modern dan canggih oleh
para ilmuwan Barat seiring perkembangan zaman. Menurut saya, para pakar
muslim memakai teori-teori tertentu ilmu pengetahuan Barat kemudian
mengembangkan teori-teori tadi dengan menggunakan rujukan ajaran Islam.
Atau, para sarjana muslim tadi sudah menguasai teori-teori
ilmu keislaman dan mengayakannya dengan ilmuilmu Barat modern yang mereka
nilai sesuai dengan Islam. Dengan cara demikian, lahirlah ilmu pengetahuan
yang bercorak islami. Misalnya ahli-ahli ekonomi muslim menggunakan
teoriteori tertentu ilmu ekonomi sekuler Barat yang menurut penilaiannya tidak
bertentangan dengan Islam. Lalu dia mengembangkan dan menciptakan sendiri
ilmunya itu dengan memakai rujukan ajaran Islam.
Atau, dia sendiri sudah menguasai beberapa teori ekonomi
Islam dan mengayakannya dengan teori dan kajian ilmu ekonomi sekuler Barat
yang dia nilai sesuai dengan ajaran Islam. Dari studinya itu, lahirlah ilmu
ekonomi Islam (syariah). Dalam konteks ini, sarjana muslim tadi hanya
mengambil teori, materi, dan substansi ilmu ekonomi sekuler Barat yang ia
nilai tidak bertentangan dengan Islam.
Sedangkan teori, materi, dan substansi ilmu ekonomi
sekuler Barat (bercorak kapitalistik) yang dia nilai berlawanan dengan Islam
tidak diadopsi. Jadi tidak ada materi-materi ilmu pengetahuan sekuler Barat
yang diislamisasi. Hasil-hasil teknologi Barat (AS) juga sesuai dan tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Kerajaan Arab Saudi dan negara-negara
Arab-muslim sudah terbiasa menggunakan teknologi perminyakan ciptaan AS untuk
mengeksplorasi hasil minyak mereka.
Apa yang salah dengan teknologi perminyakan AS? Apanya
yang perlu diislamkan? Ilmu matematika di Barat mengatakan bahwa 2+2=4. Ilmu
matematika di dunia Islam juga mengatakan bahwa 2+2= 4. Apa yang salah dengan
ilmu matematika di dunia Barat? Apanya yang perlu diislamkan? Yang berbeda antara
Barat dan Islam terletak pada filsafat dan pandangan hidup antara keduanya.
Barat bertumpu pada sekularisme-antroposentrisme,
sedangkan Islam (muslim) berpangkal pada teosentrisme. Akibat itu, ilmu
pengetahuan di Barat terlepas dari agama (dengan segala implikasi dan
konsekuensinya), sedangkan dalam Islam tidak. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar