Mengapa
Hubungan Orangtua-Remaja Penting?
Agustine Dwiputri ; Penulis
kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas Minggu
|
KOMPAS,
01 Februari 2015
Banyaknya berita dan fakta mengenai berbagai perilaku
menyimpang pada remaja awal ataupun remaja akhir menunjukkan bahwa semua
pihak perlu terus melakukan introspeksi dan bersikap serius mengupayakan
cara-cara mengatasinya. Penyebabnya bisa berasal dari berbagai aspek, mulai
dari sisi individu remajanya sendiri, latar belakang dan interaksi dengan
orangtua dan keluarga, pengaruh teman sebaya atau pihak lain yang menjadikan
remaja sebagai sasaran korban, sistem pendidikan di sekolah, hingga berbagai
situasi sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat luas.
Kehidupan remaja dan orang muda acap kali memang dipandang
sebagai hal yang sulit. Namun, hal yang lebih sulit sebenarnya adalah
bagaimana orangtua melakukan pengasuhan dan saling berinteraksi dengan anak
remajanya. Hal ini perlu terus dipelihara secara berkelanjutan, dapat
diibaratkan seperti melakukan suatu perjalanan, tetapi ini dijalani sepanjang
kehidupan kita.
Meskipun remaja pada gilirannya akan membuat pilihan
mereka sendiri, berbagai penelitian menunjukkan bahwa kehidupan keluarga yang
baik dapat menghindarkan kemungkinan remaja melakukan kesalahan. Secara
khusus, suatu interaksi yang baik, hangat, dan kompak dengan orangtua yang
menunjukkan penghargaan terhadap anak remaja mereka, berminat pada kegiatan
remaja mereka, dan menetapkan batas-batas yang jelas untuk berbagai kegiatan
tersebut, secara langsung atau tidak langsung dapat mencegah kegiatan
kriminal, penyalahgunaan narkoba dan alkohol secara ilegal, tekanan teman
sebaya yang negatif, ataupun kenakalan remaja lain, termasuk hubungan seksual
yang bebas dan harga diri yang rendah.
Meskipun benar bahwa salah satu tugas perkembangan remaja
adalah untuk melepaskan diri dari orangtua dan pengaruh teman sebaya
mengambil porsi lebih besar dan lebih penting selama tahun-tahun masa remaja
mereka, masih belum ada pengganti untuk kondisi hubungan orangtua dan remaja.
Tiga ranah
Saya tertarik untuk berbagi dengan pembaca mengenai
tulisan di http://www.focusas.org/parenting-teens yang menjelaskan tentang
tiga ranah utama yang sangat penting dalam interaksi orangtua-remaja, yaitu
keterhubungan, pemantauan (monitoring),
dan otonomi psikologis.
1. Keterhubungan
Pertama, rasa keterhubungan antara remaja dan orangtua
memberikan landasan bagi terjadinya semua interaksi lain. Jika hubungan
orangtua-anak konsisten, positif, dan ditandai dengan kehangatan, kebaikan,
cinta, dan stabilitas, remaja lebih mungkin untuk berkembang secara sosial.
Para remaja yang menggambarkan hubungan mereka dengan orangtua seperti itu
lebih mungkin untuk memulai interaksi sosial dengan remaja lain ataupun
dengan orang dewasa lainnya.
Mereka lebih cenderung menanggapi orang lain secara
positif dan dengan empati yang lebih besar. Mereka lebih cenderung percaya
diri dalam hubungan mereka dengan orang lain, dan menjadi lebih kooperatif
dengan orang lain. Juga tidak mudah mengalami depresi jika harus berjuang
keras dalam kehidupannya serta memiliki harga diri yang tinggi. Hubungan yang
ditandai dengan kebaikan tanpa kata-kata ataupun tindakan yang kasar
tampaknya penting untuk perkembangan remaja yang sehat.
2. Pemantauan
Pemantauan merupakan hal yang sangat penting bagi
kesuksesan pengasuhan. Remaja yang melaporkan bahwa orangtuanya punya minat
tulus dalam kegiatan anak remajanya lebih mungkin untuk menghindari masalah.
Remaja yang orangtuanya tahu siapa teman-teman mereka dan apa yang mereka
lakukan di waktu luang cenderung kurang mendapat masalah daripada rekan-rekan
mereka.
Dalam konteks hubungan yang hangat, pemantauan orangtua
terhadap kegiatan remaja terasa sebagai kepedulian ketimbang keikutcampuran.
Remaja yang orangtuanya melakukan pemantauan lebih mungkin menghindari
kegiatan seperti berbohong, menipu, mencuri, dan menggunakan obat-obatan
terlarang. Pemantauan orangtua terhadap perilaku remaja dapat mencegah tidak
saja kesempatan untuk melakukan kenakalan, tetapi juga mencegah tekanan
sebaya yang negatif agar terlibat dalam kegiatan tersebut.
3. Otonomi psikologis
Orangtua perlu mendorong pengembangan otonomi psikologis
pada anak remaja mereka. Otonomi psikologis terjaga ketika orangtua
benar-benar menghargai ide-ide anak remaja mereka, bahkan ketika ide-ide itu
bertentangan dengan mereka. Mendorong munculnya pemikiran mandiri dan
mengekspresikan ide-ide atau keyakinan mereka, memvalidasi (mengesahkan)
berbagai perasaan anak, dan menampilkan cinta tanpa syarat adalah cara-cara
untuk memelihara otonomi psikologis.
Kebalikan dari otonomi psikologis adalah kontrol psikologis,
yang ditandai dengan sikap dominan, melakukan serangan pribadi, tidak
menunjukkan cinta, atau mengembangkan rasa bersalah dengan membatasi ekspresi
intelektual, emosional, atau psikologis remaja yang tidak selaras dengan cara
pikir orangtua. Misalnya, dengan mengatakan bahwa melawan orangtua adalah
perbuatan durhaka. Remaja yang melaporkan bahwa orangtua mereka cenderung
menggunakan kontrol psikologis lebih cenderung berujung dengan depresi atau
menunjukkan perilaku antisosial.
Kombinasi dari keterhubungan, pemantauan, dan otonomi
psikologis mungkin terasa sederhana. Namun, kesederhanaan dari
petunjuk-petunjuk ini bisa membuat frustrasi bagi orangtua yang berperan
sebagai pengemudi ketika hal-hal tersebut hilang. Menerjemahkan ide-ide umum
ke dalam berbagai perilaku spesifik dan kemudian menjadi pola menetap dalam
berinteraksi bisa menjadi suatu tantangan, terutama jika salah satu atau
kedua belah pihak sudah telanjur terbenam dalam pola interaksi yang kurang
produktif.
Menyediakan waktu
Orangtua yang ingin meningkatkan interaksi mereka dengan
anak remajanya sering menemukan bahwa memilih kegiatan rekreasi secara
bijaksana banyak memberi manfaat. Selain kesempatan untuk menghabiskan waktu
bersama secara santai, melibatkan remaja dalam kegiatan serius tapi
menyenangkan, seperti yang berkaitan dengan olahraga, pelayanan sosial,
kreativitas, perkembangan intelektual, tata krama, kejujuran, dan saling
menghormati, akan menjadi ajang menyenangkan bagi remaja dan orangtua untuk
saling berlatih keterampilan.
Menghabiskan waktu luang bersama juga memberi kesempatan
kepada orangtua melakukan pemantauan. Pertama, menghemat jumlah waktu luang
remaja yang dihabiskan tanpa pengawasan. Kedua, diskusi tentang teman-teman
dan kegiatan rekreasi lain cenderung berlangsung dengan mudah dalam suasana
santai. Sering kali, orangtua mendapatkan kesempatan untuk mengenal
teman-teman remaja mereka melalui kegiatan rekreasi bersama. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar