Kerangka
Kurikulum Mendatang
Iwan Pranoto ; Atase
Pendidikan dan Kebudayaan
Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Delhi
|
KORAN
TEMPO, 12 Februari 2015
Kurikulum 2013 sudah dimasukkan ke "bengkel" di Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud untuk diperbaiki. Hasil
perbaikannya diharapkan bermanfaat sekaligus memudahkan guru dalam merancang
pengalaman belajar, sehingga tiap pelajar mampu mengembangkan diri dalam
kehidupannya secara optimum.
Sebuah rancang-bangun kurikulum perlu memuat tiga komponen
utama: daftar sasaran yang harus dikembangkan murid, cara mengevaluasi
pencapaian sasaran tersebut, dan cara membelajarkannya di kelas. Komponen
pertama menjawab pertanyaan, "Murid kita mau ke mana?" Sedangkan
yang kedua menjawab pertanyaan, "Bagaimana kita tahu bahwa murid kita
telah mencapai sasaran?" Dan yang ketiga menjawab pertanyaan,
"Bagaimana cara kita mengelola komunitas pelajar agar tiap murid
mengembangkan kecakapannya untuk mencapai sasaran secara optimum?"
Seperti mengarang lagu, mencipta kurikulum merupakan sebuah
seni. Pengetahuan teori kurikulum bertumpuk bukan jaminan untuk mampu
mencipta kurikulum baik. Seorang guru besar musik belum tentu sukses
mengarang musik indah.
Komponen sasaran (termasuk kompetensi) ditulis dalam bentuk
frasa. Sebagai contoh, berikut ini sasaran tersebut diambil dari pendidikan
jasmani (bulu tangkis) pada kurikulum Rochester
Academy Charter School, AS: "Menggunakan hasil belajar secara
mandiri untuk berpartisipasi dan membuat skor dalam pertandingan bulu tangkis
ganda." Kemudian, murid memerlukan pengetahuan seperti apa arti serve,
smash, drop shot, dan lain sebagainya. Ini unsur pengetahuan. Lalu, murid
perlu mengembangkan keterampilan dalam melakukan tindakan tertentu, seperti
praktek melakukan serve, smash, dan lain sebagainya.
Selain unsur pengetahuan dan keterampilan itu, ada pemahaman
yang perlu dikembangkan murid. Pemahaman ini mirip pesan moral. Unsur sikap
yang mungkin diangankan pencetus Kurikulum 2013 sebenarnya masuk di unsur pemahaman
ini. Sementara pengetahuan berasal dari luar dan masuk ke dalam diri,
pemahaman justru dari dalam diri diekspresikan ke luar. Kegagalan membedakan
pengetahuan dengan pemahaman ini sesungguhnya salah satu sumber penyebab
absurditas rumusan kompetensi inti/kompetensi dasar (KI/KD) di Kurikulum
2013.
Dalam ilustrasi pelajaran "bulu tangkis ganda" di
atas, unsur pemahaman atau moralnya antara lain "keterampilan dan
strategi kerja sama merupakan unsur esensial dalam olahraga berpemain
ganda/tim". Pesan moral atau kebijaksanaan ini bertumbuh dalam diri
pelajar melalui refleksi dan renungan bersama. Kebijaksanaan, seperti juga
moral, merupakan hasil pengolahan akal dan rasa. Harus diingat bahwa
kebijaksanaan tak akan efektif jika dipaksakan, dijejalkan, didongengkan
secara naif kepada murid. Ketidaktepatan inilah yang jadi sumber lain
penyebab absurditas KI/KD Kurikulum 2013.
Penulis kurikulum pelajaran bulu tangkis di atas memang harus
gemar bulu tangkis sekaligus piawai menulis, sehingga frasa yang ditulis
mengungkapkan apa yang diangankan dan sekaligus mudah dipahami guru (dan
orang tua murid.) Khususnya, kata kerja yang dipilih dalam frasa tersebut
harus masuk akal, spesifik, dan terukur.
Karena melalui kurikulum, negara mempercayakan kepada pendidik
guna mereka ciptakan masa depan, tentu pencipta kurikulum mendalami perkiraan
kehidupan, lapangan kerja, dan tantangan dunia esok. Dari situ, dia
memperkirakan serta mendata pengetahuan, keterampilan, dan sikap apa yang
akan dibutuhkan di kehidupan mendatang.
Penulisan sasaran yang masuk akal, terukur, dan spesifik akan
memudahkan guru mengevaluasi dan menilai kemajuan muridnya dengan akurat.
Jadi, jika akhir semester lalu banyak guru yang kesulitan menilai murid
dengan Kurikulum 2013, belum tentu karena guru tak cakap menilai. Besar
kemungkinan justru karena sasaran belajar di dokumen kurikulum--sampai
akibatnya di buku ajar--tidak terumuskan dengan baik.
Lebih dari itu, seharusnya kurikulum modern harus sudah memuat
cara mengevaluasi proses pembelajaran. Beberapa contoh soal atau tugas yang
memungkinkan murid menunjukkan pencapaian belajarnya biasanya disertakan.
Hasil pencapaian ini terutama berguna sebagai umpan balik ke murid dan guru,
sehingga proses belajar-mengajar dapat ditingkatkan. Artinya, sebelum kurikulum
diterapkan, cara mengevaluasi sudah harus tertulis dengan lengkap. Ilustrasi
tugas, PR, kuis, sampai ulangan sudah harus direncanakan sebelum awal tahun
ajaran. Bahkan cara penilaiannya sudah harus dibuat sebelum kurikulum
diterapkan.
Kurikulum juga perlu memuat pilihan strategi pembelajaran.
Kurikulum memuat daftar buku pustaka dan sumber ajar (klip video, rekaman
suara, gambar, permainan interaktif maya) yang dapat dipilih guru untuk
mengajar. Juga pilihan strategi pembelajaran, seperti individu, kolaboratif,
di luar kelas, penemuan terbimbing, atau yang lain.
Kurikulum modern perlu dilengkapi dengan pilihan strategi,
karena paradigma keunikan tiap murid telah diterima. Ke depan, regulasi dan
kebijakan pendidikan nasional harus mendorong inovasi penciptaan kurikulum di
tingkat satuan pendidikan atau daerah. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar