Pesan Kesan Presidensi
G20
Candra Fajri Ananda : Staf Khusus Menteri Keuangan RI
SINDONEWS, 21 September 2022
Keberhasilan
Indonesia dalam mengemban amanah sebagai Presidensi G20 patut diapresiasi.
Dipercaya menjadi pemimpin sekaligus tuan rumah sebuah perhelatan dunia
merupakan kehormatan bagi Indonesia. Secara resmi,
Indonesia memulai rangkaian Presidensi G20 selama satu tahun penuh terhitung
mulai 1 Desember 2021 hingga November 2022. Presidensi dimulai dengan asa
mampu menyatukan niat bersama dalam mewujudkan pemulihan dunia yang inklusif
dari pandemi. Karena itu,
dalam Presidensi G20, Indonesia mengusung tema“Recover Together, Recover
Stronger”.Pada Presidensi G20 tersebut Indonesia fokus mengerjakan tiga hal
di antaranya penanganan kesehatan yang inklusif, transformasi berbasis
digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan. Indonesia berupaya
mendorong seluruh anggota G20 dapat berperan secara konkret dan
berpartisipasi aktif dalam melakukan tiga hal tersebut secara optimal. Selain
kelancaran acara, Indonesia dinilai terampil mengelola tantangan pada masa
krisis. Sebagai Presidensi G20, Indonesia telah mengupayakan berbagai solusi
terbaik selama setahun kepemimpinan di tengah berbagai gejolak ekonomi dan
politik dunia. Netralitas dan kelenturan diplomasi Indonesia berperan penting
bagi keberhasilan Indonesia dalam memimpin G20. Presiden Joko
Widodo (Jokowi) bersyukur bahwa G20 Indonesia telah menghasilkan sebuah
dokumen berupa Deklarasi Para Pemimpin G20 Bali. Tak dimungkiri bahwa proses
menuju kesepakatan atas deklarasi tersebut sangat panjang, bahkan dilakukan
melalui beberapa putaran negosiasi. Tak sedikit
pihak yang pesimistis Indonesia bisa menghasilkan suatu deklarasi mengingat
situasi dunia yang sulit akibat pandemi Covid-19 yang belum usai dan kian
diperburuk dengan perang antara Rusia dan Ukraina, krisis pangan dan energi,
serta krisis keuangan. Deklarasi KTT G20 Bali Kesepakatan
Deklarasi Bali oleh para pemimpin G20 membuktikan kepercayaan dunia kepada
Indonesia. Para pemimpin negara-negara besar dunia mengakui keberhasilan
Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun ini, terutama pada momen Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri 17 kepala negara dan tiga yaitu Brasil,
Meksiko, dan Rusia yang diwakili menteri luar negeri. Pengakuan
pemimpin dunia itu bukan hanya pada penyelenggaraan acaranya, tetapi juga
keputusan-keputusan yang dihasilkan, khususnya “Bali Leaders Declaration
2022” atau Deklarasi Bali dan sejumlah kesepakatan lainnya, baik dalam
kelompok G20 maupun dalam pertemuan bilateral antarnegara yang hadir. Pengakuan
dunia yang paling monumental adalah keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah
memfasilitasi pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan
Presiden China Xi Jinping. Pertemuan dua simbol kekuatan ekonomi terbesar
dunia yang berlangsung hangat itu disambut positif di penjuru dunia karena
memberi sinyal akan ada perdamaian sehingga mengurangi tensi ketegangan
geopolitik global. Pengakuan dari
pemimpin dunia itu disampaikan langsung Presiden AS Joe Biden, Perdana
Menteri (PM) India Narendra Modi, PM Kanada Justin Trudeau, Presiden Uni
Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Al Nahyan, hingga PM Turki Recep Tayyip
Erdogan. Deklarasi Bali
yang berisi 52 paragraf itu memuat berbagai hal termasuk perihal perang
Rusia–Ukraina. Perang yang berlangsung sejak akhir Februari 2022 itu tak
pelak membayangi pertemuan pemimpin G20. Pasalnya,
perang langsung melibatkan Rusia yang selama ini menjadi salah satu poros
kekuatan di G20. Perang juga tidak hanya mengganggu stabilitas geopolitik,
tetapi juga melambungkan harga komoditas pangan dan energi ke level yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Akibatnya,
inflasi global melonjak sementara di sisi lain perlambatan pertumbuhan terus
mengancam. Anggota G20 melihat perang telah membawa dampak lebih buruk
terhadap ekonomi global karena menghambat laju pertumbuhan, melambungkan
inflasi, serta mengganggu rantai pasokan global. G20 juga melihat perang telah
meningkatkan kerawanan energi dan pangan hingga risiko stabilitas keuangan
global. Di luar
perang, deklarasi pemimpin G20 juga menyoroti sejumlah isu penting mulai dari
lingkungan, perubahan iklim, perpajakan, targetSustainable Development
Goals(SDGs), krisis energi dan pangan, serta peran penting bank sentral dalam
menjaga stabilitas nilai tukar serta menurunkan inflasi. G20 menilai penting
bagi bank sentral mereka untuk mengoptimalkan semua alat yang tersedia guna
menghindaridownside riskstermasuk menjalarnya dampak negatif di pasar
keuangan. Selain itu,
kesepakatan G20 juga menyebut mengenai pentingnya menjaga ketahanan energi
dan pangan serta aksi untuk mengatasi perubahan iklim.Anggota G20 menyepakati
upaya untuk membatasi pemanasan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius.
Anggota G20 sepakat meredam dampak kenaikan harga, meningkatkan investasi di
bidang ketahanan pangan, serta memperkuat dialog antara produsen dan
konsumen. Rantai Pasok Global G20 atau Group
of Twenty merupakan forum kerja sama multilateral yang beranggotakan 19
negara utama dan satu lembaga Uni Eropa (UE). G20 ini merupakan gabungan dari
negara-negara dengan kelas pendapatan menengah, tinggi, berkembang, dan maju. Negara-negara
yang tergabung dalam G20 adalah negara yang masuk 20 besar ekonomi dunia. Hal
ini terindikasi dari PDB setiap anggota G20. Sebab itu, bukan hal yang
mustahil bila G20 bisa mewakili lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan
global, dan 80% produk bruto dunia (PDB) dunia. Selain itu,
pembentukan G20 tidak hanya sebatas forum seremonial belaka. Lebih dari itu,
ada sejumlah peran nyata yang sudah dikerjakan oleh setiap negara sehingga
menjadi sebuah keniscayaan apabila forum G20 akan dapat membawa dampak dan
manfaat positif bagi para negara anggotanya. Keberhasilan
Indonesia dalam kepemimpinan G20 dapat mendorong kian terbukanya peluang
Indonesia untuk masuk dalam aktivitas perdagangan antarnegara. Presidensi G20
dapat menjadi berkah bagi ekonomi Indonesia. Selain
lapangan kerja dan investasi,eventtingkat tinggi tersebut juga berpeluang
membuka keran ekspor, terutama usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).Forum
G20 dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk dapat mendorong ekspor produk
Indonesia yang selama ini hanya dalam bentuk “hand carry” menjadi dalam
bentuk B2B. Hingga kini, jumlahUMKMnasional yang sudah memanfaatkan teknologi
digital dan masuk dalam rantai pasok global masih sangat sedikit. Kemitraan
inklusif melalui kolaborasi lintas sektoral menjadi keharusan untuk mendorong
pertumbuhan bisnis UMKM yang berkelanjutan. Adapun
kontribusi UMKM terhadap produk ekspor Indonesia 2020 hanya mampu mencapai
15,69%. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi UMKM dari
negara-negara ASEAN yang rata-rata sebesar 20%. Demikian juga berdasarkan dataAsian
Development Bank (ADB) Institute(2020), rasio partisipasi UMKM Indonesia
terhadap rantai pasok global masih berada di angka 4,1%. Berkaca dari
data tersebut, maka pemerintah perlu terus berupaya untuk mempermudah dan
memperluas akses pasar UMKM agar mampu menjadi bagian dalam rantai pasok
global. Pada momen G20
ini, melalui posisi strategis G20 dalam perekonomian, seyogianya mampu
membuka jalan bagi Indonesia untuk dapat mengembangkan skala UMKM serta
menyelesaikan hambatan dan kendala yang dihadapi agar UMKM dapat naik kelas
dan memiliki kontribusi terhadap rantai pasok global. Semoga. ● Sumber
: https://nasional.sindonews.com/read/946995/18/pesan-kesan-presidensi-g20-1668993107?showpage=all |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar