Perjuangan
Ghanim Al Muftah Ade
Alawi : Dewan Redaksi Media Group |
MEDIA INDONESIA, 22 November 2022
SEJAK dalam kandungan, banyak orang sekitar
menyarankan agar orangtua si jabang bayi menggugurkan kandungannya karena
sudah diketahui janin yang di kandungnya bermasalah. Sang janin mengidap
penyakit langka caudal regression syndrome (CDS). Kelainan itu mengganggu
perkembangan bagian bawah (kaudal) tubuh dari pengidapnya yang meliputi
punggung bagian bawah hingga saluran pencernaan. Benar saja saat lahir sang jabang bayi yang
diberi nama Ghanim Al Muftah pada 5 Mei 2002 mengalami kelainan. Melihat
kondisi anak yang dilahirkan memiliki tubuh yang tak sempurna, kedua orangtua
Ghanim bergeming. Mereka tetap bahagia dan bersyukur atas anugerah yang
diberikan Sang Khaliq. Anak ialah titipan Ilahi yang harus mereka didik
dan besarkan sehingga bisa menjadi anak salih, mandiri, dan bermanfaat bagi
orang banyak. “Aku akan menjadi kaki kirinya, kamu akan menjadi kaki
kanannya,” kata orangtua Ghanim. Sungguh mengharukan. Ghanim sejatinya harus menggunakan kursi roda.
Namun, dia merasa lebih nyaman bertumpu pada kedua tangannya. Sifat Ghanim
sejak kecil sudah terlihat. Dia anak yang memiliki tingkat pede (percaya
diri) yang tinggi. Ghanim kecil tidak minder bergaul di sekolah meskipun
rekan-rekannya acapkali merundungnya. Ketidaklengkapan fisiknya membuat Ghanim tumbuh
menjadi pribadi yang kuat dan pantang mundur dalam aktivitas apa pun. Bahkan,
dia mengikuti berbagai kegiatan yang seharusnya hanya bisa dilakukan manusia
bertubuh normal, seperti panjang tebing, skateboarding, scuba diving, dan
papan seluncur. Alhasil, Ghanim menjadi sosok yang inspiratif.
Berbagai penghargaan sebagai duta diraihnya, termasuk duta yang paling
bergengsi, Duta Piala Dunia 2022. Dia pun menyabet brand ambassador untuk
Qatar Financial Authority. Ghanim yang juga menjadi youtuber kondang di Qatar
ini kini sedang mengenyam pendidikan tinggi ilmu politik di Loughborough
University, Inggris. Ghanim Al Muftah ialah sosok multidimensi.
Berbagai prestasi diraihnya. Penyandang disabilitas ini ialah pebisnis dan
penulis. Ia mendirikan perusahaan Charissa Ice Cream yang memiliki enam
cabang. Selain itu, yang mengagumkan dia ialah hafiz, penghafal Al-Qur’an,
yang memiliki suara indah. Penampilannya dalam pembukaan Piala Dunia 2022 di
Stadion Al Bayt, Qatar, Minggu (20/11), menarik perhatian manusia sejagat.
Dia tampil bersama aktor senior asal Amerika Serikat, Morgan Freeman, dalam
pembukaan pesta sepak bola paling akbar sedunia tersebut. Aktor Hollywood yang berusia 85 tahun itu
mempertanyakan perihal kedatangan banyak negara, bahasa, hingga budaya ke
Qatar. Anak muda yang berusia 20 tahun itu menjawab bahwa persebaran manusia
yang berbeda-beda di muka bumi untuk saling belajar dan menemukan keindahan
atas perbedaan. “Dengan toleransi dan saling menghormati, kita
dapat hidup bersama dalam satu rumah,” ujar Ghanim sembari membacakan
Al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 13. Surat yang dibacakan pemuda tampan itu
berisi tentang penciptaan manusia yang beragam yang bertujuan saling mengenal
(lita’arafu). Kehadiran Ghanim Al Muftah dalam panggung sepak
bola yang ditonton jutaan umat manusia memiliki makna yang mendalam.
Kesetaraan, keberagamaan, dan penghormatan kepada martabat manusia ialah
puncak peradaban. Piala Dunia 2022 yang diikuti 32 negara itu tidak
sekadar berkompetisi untuk mencari menang dan kalah. Namun, jauh lebih dari
itu, sepak bola ialah ajang menguji sportivitas. Kemenangan dalam sebuah
pertandingan 2 x 45 menit harus bermartabat, menang tanpa cela. Begitu pun
jika kalah tidak perlu dendam kesumat yang membuat uring-uringan. Mental sportif, siap menang dan siap kalah,
sangat elok jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kontestasi Pemilu 2024. Piala Dunia 2022 yang “menyihir” manusia berbagai
belahan dunia, termasuk yang dilanda perang dan musibah bencana, merupakan
tontonan yang menakjubkan. Dalam kondisi apa pun banyak orang tak mau
ketinggalan menyaksikannya. Sepak bola ialah seni mengolah si kulit bundar.
Selain estetika menggocek bola, juga ada etika, yakni fairness, kepatuhan
terhadap rule of the game. Piala Dunia 2022 ialah kalimatun sawa alias titik
temu keragaman bangsa-bangsa, sebagaimana pesan surat Al Hujurat ayat 13 yang
dibacakan Ghanim Al Muftah. Let’s enjoy the match. Feel the sensation of 2022
Qatar World Cup. Tabik! ● Sumber :
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/2612-perjuangan-ghanim-al-muftah |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar