Bagaimana
IKN jadi Role Model Kota RI & Mitigasi Urbanisasinya? Andrian
Pratama Taher : Jurnalis Tirto.id |
TIRTO.ID, 23November 2022
Naskah ini
merupakan serial kedua dari wawancara khusus dengan Bambang Brodjonegoro. Ia
adalah Ketua Tim Penasihat IKN Nusantara sekaligus Lead Co-Chairs Think 20
(T20) Indonesia. Serial pertama terkait energi terbarukan, G20 dan
perekonomian Indonesia bisa dibaca di link ini. ******** “Jakarta juga enggak kurang masalahnya dari
masalah homeless, masalah daerah kumuh, masalah infrastruktur yang masih
belum cukup dan seterusnya. Nah, kami ingin di IKN ini nanti bukan hanya
sekadar tempat pemerintahan, yang kami inginkan ini benar-benar menjadi suatu
role model, menjadi model 'Oke kalau ini kota yang ideal seperti apa sih? Nggak
usah jauh-jauh. Lihat saja IKN gitu’.” Hal tersebut diungkapkan Ketua Tim Penasihat Ibu
Kota Negara (IKN) Nusantara, Bambang Brodjonegoro saat berbincang dengan
reporter Tirto, Andrian Pratama Taher dan Dwi Aditya Putra di di Hotel Nusa
Dua, Bali pada 12 November 2022. Dalam wawancara khusus tersebut, Bambang
bicara banyak soal ibu kota baru. Bambang tidak hanya menyinggung IKN sebagai
contoh kota masa depan, tetapi juga membahas soal mitigasi gelombang
urbanisasi, upaya menjaga slogan “Kota Modern” di tengah masalah perkotaan,
hingga terkait investasi serta aksi pembangunan di era Presiden Joko Widodo. Bambang juga mengaitkan optimisme pemindahan ibu
kota Indonesia seperti Korea Selatan. Ia yakin perpindahan ibu kota dari
Jakarta ke Kalimatan Timur tersebut bisa sama seperti Korea Selatan dari
Seoul ke Seijong meski ada pergantian kekuasaan di masa depan. “Planning itu juga bisa berubah ya, selama
berubahnya masih dalam jalur yang benar gitu dan Korea bisa kok membuktikan
itu. Mereka di sana presiden hanya 5 tahun, kan, sekali saja. Enggak boleh
dua kali. Tapi proses pemindahan ibu kota tetap jalan kok dari Seoul ke
Seijong, bahkan targetnya 2027 sudah selesai pindahnya,” kata pria yang juga
mantan Kepala Bappenas itu. Berikut wawancara khusus Tirto dengan Bambang
Brodjonegoro yang juga Lead Co-Chairs Think 20 (T20) Indonesia. Sebagai
Ketua Tim Penasihat IKN, bagaimana memastikan bahwa IKN itu pembangunannya
akan sesuai tagline 'Kota Maju Teknologi'? Keuntungan dari membangun suatu kota dari nol, mulai
dari tanah kosong itu adalah kita bisa langsung menentukan standar yang kita
inginkan dari awal. Dan kemudian mencegah segala sesuatu yang bisa mengganggu
perkembangan kota itu ke depannya. Jadi misalnya, kota itu akan dibangun dari
100 persen area, 65 persen tetap wilayah hutan. Jadi dari awal planning-nya itu. Rencana itu
harus dipegang terus dan misalnya tadi bagaimana dengan penduduk? Sebenarnya
itulah pelajaran kenapa kita perlu membangun suatu kota yang nantinya menjadi
role model bagi pembangunan kota di Indonesia pada umumnya. Sebab, sekarang
ini terus terang agak susah ketika kota itu mau dikembangkan. Sebab, kalau misalnya semuanya seperti Jakarta.
Pertama, cuma Jakarta itu size-nya (ukurannya) enggak sama dengan IKN, kota
terlalu besar. Kedua, Jakarta juga enggak kurang masalahnya dari masalah
homeless, masalah daerah kumuh, masalah infrastruktur yang masih belum cukup
dan seterusnya. Nah, kita ingin di IKN ini nanti bukan hanya
sekadar tempat pemerintahan. Yang kita inginkan ini benar-benar menjadi suatu
role model tadi ya, menjadi model 'Oke kalau ini kota yang ideal. Seperti apa
sih? Enggak usah jauh-jauh. Lihat saja IKN gitu.’ Jadi, kalau tadi ada penduduk, ya itu harus
diakomodir, artinya harus ada misalnya perumahan untuk masyarakat yang
berpenghasilan rendah. Contohnya, ketika nanti 2023 bakal besar-besaran nih
pembangunan konstruksi. Berarti butuh banyak pekerja ke sana, kan? Mungkin
bisa sampai 100.000 yang akan ke sana. 100.000 itu, kan, perlu tempat
tinggal. Nah, kalau dulu, kalau Anda lihat misalnya di sebelah rumah ada
orang lagi bikin gedung atau bikin rumah, sebelah rumah, tukangnya tinggal di
mana? Bikin
bedeng? Bikin bedeng. Nah, ini kita coba pakai pendekatan
baru. Jadi dari awal sedang dibikin, sekarang justru yang di awal apa?
Intinya kayak dormitory, asrama untuk pekerja ini nantinya. Artinya apa? Ini
mencoba mengubah mindset sekaligus menciptakan model, sehingga ke depan kita
enggak usah khawatir lagi belajar mengenai bagaimana mencegah daerah kumuh,
bagaimana mencegah rumah liar, bagaimana mencegah homeless, segala macam
karena semuanya sudah dipersiapkan dari awal. Dan satu lagi, penegasan hukum harus tegas karena
kalau ada, misalnya, yang membangun tidak sesuai dengan planning, ya harus
disetop dari awal. Intinya begitu saja. Jangan didiamkan seperti yang terjadi
sekarang di berbagai kota di Indonesia. Bagaimana
upaya tim penasihat memitigasi agar tidak terjadi urbanisasi secara
besar-besaran ke IKN, apalagi Kalimantan notabene jauh-jauh kotanya. Ini
bagaimana cara menjaminnya? Jadi perencanaan sudah dibuat, itu harus
konsisten baik untuk perencanaannya maupun nanti implementasinya. Jadi
implementasinya ya jangan terlalu menyimpang dari perencanaan. Kemudian yang mengenai penduduk, kan, sekarang
wilayahnya kosong, tapi sekitarnya sudah ada penduduk meskipun enggak banyak
ya. Nah, salah satu itu adalah langsung pendekatan sosial dulu. Jadi, misalnya, memberdayakan masyarakat sekitar
untuk memahami mengenai teknologi digital. Kebetulan saya sendiri selaku
Komisaris Utama Telkom waktu itu dengan Pak Bambang Susantono (Kepala Badan
Otorita), dengan Dirut Telkom, kita meresmikan desa digital. Itu persis di
perbatasannya IKN, daerah Sepaku. Kemudian kita juga meresmikan data center. Pusat
data ini untuk menunjang nanti proses pembangunan. Nah, dengan desa digital
ini, idenya adalah membiasakan masyarakat sekitar dengan kegiatan digital,
sehingga mereka nanti enggak terlalu jauh gap-nya dengan nanti yang masuk
atau tinggal di kota tersebut yang pastinya sudah pasti terbiasa dengan
teknologi digital gitu. Caranya, kita harus memastikan masyarakat
sekeliling ini tidak terisolasi, justru kita harus membiasakan masyarakat
sekeliling itu merasa IKN itu bagian dari kehidupan mereka. Mereka juga
dilatih untuk skill dan segala macam, yang kita harapkan, kan, pasti ada
kebutuhan ya, kan? Enggak semuanya kerja jadi pegawai pemerintah. Harus ada
kegiatan ekonomi yang menunjang, jasa yang diberikan. Nah, itu kan sebaiknya diisi oleh yang dari
sekitar supaya enggak usah terlalu banyak nanti orang dari luar yang harus
mengisi untuk berbagai keperluan-keperluan yang basic. Apakah tim
penasihat sedang menggodok aturan-aturan turunan itu, ada berapa macam? Oh, kalau kami enggak terlibat di aturan-aturan.
Kami lebih ke perencanaan dalam skala yang menengah besar lah gitu. Kalau
berbicara mengenai penerapan perencanaan, tadi Anda menyinggung soal energi
baru terbarukan ada tantangan [Detail baca di wansus seri 1]. Sementara IKN
itu mendorong green technology? Harus. Bagaimana
mengimplementasikannya dalam waktu singkat, sementara pemerintahan Jokowi
hanya dua tahun? Bagaimana caranya setidaknya terpenuhi sehingga nanti ketika
pergantian kepemimpinan itu tetap berjalan? Ya, intinya infrastruktur dasar harus
dipersiapkan sekarang supaya nanti siapapun yang akan melanjutkan itu tidak
harus memulai dari nol. Jadi artinya lanjutkan saja perencanaan yang sudah
disiapkan dan lanjutkan implementasi sesuai perencanaan. Jadi tahun 2023 ini, kan, infrastruktur dasar
dibangun. Paling tidak 2024, 17 Agustus itu ada kawasan di dalam kawasan inti
pusat pemerintahan itu, nanti ada satu klaster ya. Satu klaster isinya
istana, beberapa kantor kementerian, kemudian sarana penunjang termasuk
apartemen, rumah dinas kemudian juga mungkin kegiatan ekonomi dasar untuk
mendukung yang klaster kecil ini. Jadi istilahnya kota ini dibangun dari kecil dulu
karena memang targetnya 2045 baru lengkap ya. Enggak ada kota yang dibangun
dalam waktu dua tahun. Everybody knows that. Jadi kita siapkan ini berjenjang
sampai 2045 ketika dia menjadi kota yang utuh ya. Sekarang ini, ya dibangun
yang penting, dia mulai functional di 2024, tidak harus semuanya sudah
pindah. Ada
ketakutan enggak dari tim penasihat misalkan project ini ada perubahan karena
pergantian rezim atau gimana? Iya kami bukan ketakutan, kami kan cuma
penasihat. Artinya kami cuma melihat, ya sebaiknya negeri ini mempraktikkan
praktik demokrasi yang sehat, menurut saya. Praktik demokrasi yang sehat
adalah tidak sekadar cuma menjelekkan yang sudah lewat, tapi bagaimana
memperbaiki di masa depan, gitu lho. Jadi lebih baik semangatnya ‘Oh, mungkin kotanya
masih kurang ini, ya perbaiki saja nanti ke depan. Enggak masalah.’ Planning
itu juga bisa berubah ya selama berubahnya masih dalam jalur yang benar gitu,
dan Korea bisa kok membuktikan itu. Mereka di sana presiden hanya lima tahun.
Kan, sekali saja. Enggak boleh dua kali. Tapi proses pemindahan ibu kota
tetap jalan kok dari Seoul ke Seijong, bahkan targetnya 2027 sudah selesai
pindahnya. Memang makan waktu lama 15-20 tahun, tapi tetap
jalan gitu, enggak ada yang menyetop terus mengubah ide ibu kotanya tetap di
Seoul gitu. Untuk
pembiayaan investasi sendiri sampai nanti 2024, duitnya dari mana? Mungkin mayoritas masih dari APBN. Karena
infrastruktur dasar sama beberapa kantor-kantor, kan, atau Istana pasti APBN.
Namun, nanti ke depannya ketika kotanya makin lebar, makin besar, ya kita
mulai melibatkan swasta lebih banyak. Sebab, di rencana awalnya pembiayaan
terbesar kita harapkan justru dari investor swasta dalam dan luar negeri. Yang sudah
masuk investor ke IKN siapa saja? Kalau dalam negeri lumayan banyak sih, terutama
untuk properti, bangun perumahan untuk pegawai, saya kira sudah cukup bagus
ya. Tapi sekarang kita melihat ke depan. Nanti kan ada jalan tol, misalnya,
itu juga bisa dikerjakan swasta, kan? Bagaimana
penasihat IKN memastikan pembangunan kota tidak akan memakan lahan-lahan
tertentu yang mungkin misalnya dipakai tiba-tiba jadi tol atau misalnya ada
pembangunan tertentu? Itu tadi saya katakan dari awal. Di wilayah ini,
kan, besar sekali. Wilayahnya itu lebih luas dari Jakarta. Tiga kali
Singapura lah kira-kira. Gede sekali, tapi nanti 65 persen nanti hutan. Kalau
enggak salah 65 persen hutan, 15 persen open space ya, termasuk taman.
Sisanya yang 20 persen yang namanya bangunan, untuk bangunan. Ini hanya 20
persen. Jadi otomatis bangunan-bangunan harus ke atas. Apakah
yang di luar IKN juga dipikir, Pak? Karena biasanya pembangunan kota itu
kayak Jakarta, awalnya cuma Jakarta, lama-lama ada orang yang tinggal di
Bekasi, ada yang di Tangerang yang lebih besar? Menurut saya enggak apa-apa. Namanya kota pasti
berkembang. Justru kita ingin mencari urbanisasi yang lebih besar, tapi yang
efektif, yaitu yang menciptakan pertumbuhan ekonomi. Nah, kuncinya adalah
dari awal kita sudah desain bahwa IKN ini akan menjadi bagian namanya wilayah
Metropolitan Balikpapan - Samarinda - IKN. Jadi dia jadi satu sistem
nantinya, sistem perkotaan. Jadi nanti ya tetap Balikpapan berkembang,
Samarinda berkembang, tapi ya saling melengkapi antara IKN dengan dua kota
lain, hal yang biasa kok. Itu yang dilakukan negara lain justru. Terakhir,
mungkin ada harapan dari sisi ekonomi Indonesia atau terkait IKN? Intinya begini, kalau untuk ekonomi Indonesia
menurut saya tahun depan yang tadi saya katakan kuncinya adalah prioritas
yang dilakukan pemerintah adalah memastikan inflasi harga pangan bergejolak
itu bisa dikendalikan ya dan kedua tetap agresif mendorong FDI (Foreign
Direct Investment). Jadi kata kuncinya untuk menghadapi tantangan
tahun depan pengendali inflasi dan mendorong investasi. Jadi dua kata kunci
ini, inflasi dan investasi. Kalau untuk IKN, intinya IKN adalah upaya kita
untuk mempunyai suatu contoh pembangunan perkotaan yang ideal yang nantinya
berorientasi pada kesejahteraan masyarakatnya, menjadi one of the most
liveable city di dunia atau di Asia Pasifik dan yang paling penting kota ini
nantinya akan menjadi kota yang mandiri secara ekonomi. ● Sumber :
https://tirto.id/bagaimana-ikn-jadi-role-model-kota-ri-mitigasi-urbanisasinya-gyW8 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar