Dewa
Cemburu ke Arah Ideologisasi Masyarakat René
L Pattiradjawane : Ketua,
Centre for Chinese Studies dan Associate Fellow The Habibie Center |
KOMPAS, 20 November 2022
Usai Kongres Ke-20 Partai Komunis China (PKC)
yang memilih Xi Jinping (69) sebagai sekretaris jendral untuk ketiga kalinya,
nomenklatur politik China kembali dalam jargon lama yang disebut sebagai
gerontokrasi. Kepemimpinan China lima tahun mendatang, diisi oleh orang-orang
tua yang akan berusia rata-rata di atas 73 tahun pada 2030. Sekjen PKC Xi
Jinping akan berusia 77 tahun menjelang dekade ketiga abad ke-21. Kongres ke-20 PKC ini menjadi semakin penting
dibanding kongres-kongres sebelumnya, karena untuk pertama kalinya kekuasaan
Sekjen PKC Xi Jinping diperluas untuk masa waktu yang tidak terbatas.
Setidaknya ini terlihat pada dua hal ketika mengamati komposisi kepemimpinan
enam orang berikutnya dalam Sentral Komite (Senkom) PKC yang baru. Pertama,
karena usia mereka tidak ada satu pun yang dianggap memadai untuk
menggantikan Xi Jinping. Dan kedua, profil enam orang Senkom PKC semua adalah
pengikut Xi Jinping, baik karena pernah bekerja sama di tingkat provinsi
(Zhejiang dan Fujian) maupun kesamaan ideologi. Fenomena Senkom PKC ini belum pernah muncul sejak
berakhirnya kekuasaan Mao Zedong pada 1976. Bersamaan dengan pemilihan
pemimpin China yang baru dengan Xi Jinping sebagai inti kekuasaan partai,
kongres juga melakukan amandemen yang menekankan “mewujudkan modernisasi
sosialis” sampai dengan tahun 2035 di bawah apa yang disebut sebagai
“Pemikiran Xi Jinping tentang Sosialisme Berkarakteristik China di Era Baru.” Dengan tegas Xi Jinping menguatkan peranan partai
dalam visi yang sempit tentang “modernisasi yang ditentukan partai” ketimbang
menetapkan tujuan baru China menghadapi perubahan drastis globalisasi dan
ancaman eksistensial dunia atas persoalan ekonomi, keuangan, perdagangan,
perubahan iklim, pandemi, konflik Rusia-Ukraina, dan lainnya. Pidato Xi
Jinping pada penutupan kongres menegaskan perlunya memperkuat kepempinan
partai di segala bidang. “Kita harus menjadikan keamanan politik sebagai
fondasi, keamanan ekonomi sebagai fondasi, dan keaman militer, teknologi,
budaya, dan sosial sebagai jaminan,” kata Xi. Ia menggunakan istilah
“keamanan” atau “keselamatan” sebanyak 89 kali pada pidato penutupan kongres.
Ini merupakan peningkatan signifikan dibanding Kongres ke-19 PKC pada 2017
sebanyak 55 kali untuk istilah yang sama. Sedangkan istilah “reformasi”
penyebutannya menurun menjadi 48 kali dibanding 68 kali yang digunakan lima
tahun lalu. Dewa yang cemburu Di bawah kekuasaan Xi Jinping yang menduduki
posisi nomor satu, PKC ibarat dewa yang cemburu, tidak menyukai dan melarang
organisasi atau individu maupun entitas lain lebih populer dari dirinya. Dan
ini bukan hanya terkait pada eksistensi organisasi sosial-politik seperti
Liga Pemuda Komunis yang beranggotakan 73,7 juta orang yang berusia 14-28
tahun, atau Pionir Muda Komunis yang berusia 5-14 tahun dengan keanggotaan
mencapai 130 juta. Partai juga menjadi dewa pencemburu pada entitas
perusahaan-perusahaan swasta seperti Alibaba, Tencent, atau perusahaan
multimedia lainnya yang memiliki sistem database yang bisa mencapai sekitar
1,2 miliar pengguna unik. Alipay yang dikembangkan Alibaba di bawah kendali
Ma Yun (Jack Ma), misalnya, digunakan sekitar 900 juta orang di dalam China
dan 300 juta orang di luar China. Ini yang menjelaskan, misalnya, kenapa Ant Group
milik Alibaba dibatalkan penawaran umum sahamnya oleh pemerintah China pada
November 2020 yang masuk bursa senilai 37 miliar dollar AS. Hal yang sama
juga dialami Didi Chuxing, layanan transportasi online yang terdaftar di New
York, karena penguasa China menganggap ada masalah keamanan data. Perusahaan
swasta terdiri dari 84,1 persen dari semua perusahaan di China, meningkat dari
hanya 443.000 pada tahun 1996 menjadi 15,6 juta pada tahun 2018. Sejak Xi Jinping berkuasa sebagai Sekjen PKC dan
Presiden RRC, dalam dua tahun terakhir ini mulai berkampanye melalui
propaganda yang disebut ziben wuxu kuozhang (kekacauan ekspansi modal)
sebagai serangan regulasi yang melanda ekonomi dan pasar saham di dalam dan
luar China. Partai berusaha mengurangi kekuatan dan inovasi perusahaan
internet dan video game terbesar di negara itu dengan aturan baru yang
didukung oleh denda yang berat dan meluncurkan kampanye untuk memperlambat
pertumbuhan utang dan mencekik industri real estate yang didominasi sektor
swasta. Propaganda anti kekacauan modal ini dimaksudkan untuk
menyingkirkan kapitalisme dari tanah China. Awalnya banyak yang menduga, sebagai
gerakan pengendalian kekuataan perusahaan besar seperti antimonopoli yang ada
di Amerika Serikat dan Eropa. Ternyata, partai komunis berusaha mematikan
semangat binatang ekonomi yang berhasil membawa China sebagai kekuatan
ekonomi terbesar kedua di dunia. Campur tangan partai ke perusahaan-perusahaan
swasta, menurut Survei Perusahaan Swasta China yang dilakukan Federasi
Industri dan Perdagangan Seluruh China (ACFIC) mencatat, sebayak 48,3 persen
perusahaan swasta memiliki organisasi cabang PKC pada 2018, atau naik 35,6
persen dibanding 2012. Kembalinya Xi Jinping mengendalikan PKC adalah
peringatan pada pengusaha swasta agar tidak menentang kebijakan partai, dan
“kekacauan ekspansi modal” ini melewati garis bawah sistem sosialis. Ideologisasi masyarakat Di dalam sistem partai komunis, terlepas dari
ideologi kelas dan historis materialisme, memang sangat didominasi oleh
kepribadian para pemimpinnya. Dari berbagai kasus kepemimpinan komunisme,
seperti Vladimir Lenin, Joseph Stalin, Mao Zedong, Josip Broz Tito
(Yugoslavia), Kim Il Sung (Korea Utara), Fidel Castro (Kuba), Ho Chi Minh
(Vietnam), dan lainnya, mereka semua tampaknya hampir membela partai. Hal
yang sama juga dilakukan oleh Xi Jinping selama satu dekade terakhir ini.
Struktur Senkom Politbiro PKC yang baru hasil kongres, juga didominasi oleh
pribadi Xi Jinping sebagai pemimpin yang kuat, kembali ke era kekuasaan Mao
Zedong. Ini juga mengacu siapa sebenarnya yang akan
menggantikan pada 2027, yang tidak tercermin dalam pemilihan Senkom Politbiro
yang baru terdiri dari tujuh orang. Mengacu pada strategi Deng Xiaoping yang
menjadi pemimpin yang paling berpengaruh pasca Mao Zedong, khususnya dalam
pencapaian ekonomi spektakuler, setidaknya ada dua komponen penting yang
membawa pertumbuhan China sebesar dua digit selama 30 tahun ini. Pertama, pengaturan kepemimpinan kolektif di
dalam PKC. Deng menolak demokrasi gaya Barat, tetapi dekade penuh gejolak
China di bawah Mao Zedong mengajari, pemerintahan satu orang itu berbahaya.
Dia dan partainya memperkenalkan checks and balances secara parsial ke dalam
politik di tingkat tertinggi, termasuk batasan masa jabatan. Dan kedua, pengejaran pertumbuhan ekonomi dengan
satu pikiran yang, kata Deng dengan terkenal, akan menjadi “prinsip keras”
China. Pejabat di seluruh China terjun langsung mempromosikan pertumbuhan
dengan segala cara, membawa kemakmuran tetapi juga korupsi, ketidaksetaraan,
dan polusi industri berat. Pada masa Sekjen PKC Jiang Zemin, untuk pertama
kali diperkenalkan apa yang disebut sebagai “kapitalis merah.” Melihat proses Kongres ke-20 PKC, tercermin ada
niatan Xi Jinping untuk membuat kontrak sosial baru antara partai dan
rakyatnya. Kontrak sebelumnya tentang kemakmuran sudah tidak meyakinkan,
terutama selama dua tahun terakhir ini ketika kebijakan bebas Covid-19
menghancurkan bangunan bisnis dan ekonomi rakyat pada umumnya. Xi Jinping mendorong gambaran besar tentang
“Mimpi China,” tentang strategi baru di bidang pertahanan negara, angkatan
bersenjata, front persatuan, dan urusan luar negeri. Xi bicara tentang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang sama tentang perdamaian atau
pembangunan dunia. Tetapi, ia tidak bicara tentang kualitas
pemerintahan untuk menghindari gerontokrasi para pemimpin PKC tanpa proses
legitimasi konstitusional yang asing dalam sistem komunis yang memang tidak
mewakili masyarakat. Xi memang berbicara tentang ideologisasi masyarakat yang
memang menjadi basis kekuatan PKC. ● Sumber :
https://www.kompas.id/baca/opini/2022/11/16/dewa-cemburu-ke-arah-ideologisasi-masyarakat |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar