Sejauh Mana Ancaman
PHK Massal Startup Digital Aisha Shaidra : Jurnalis Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 27
November 2022
TIGA hari setelah
mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK, Gilang Mahendra mulai
mencari peluang baru. Dengan status eks karyawan PT Ruang Raya Indonesia atau
yang lebih dikenal sebagai Ruangguru, Gilang memanfaatkan fitur Open to Work
di aplikasi LinkedIn. Melalui platform penghubung para profesional itu, dia berharap
bisa mendapatkan pekerjaan baru. “Saya mendadak kena PHK tanpa persiapan
apa-apa,” katanya kepada Tempo pada Jumat, 25 November lalu. Selama dua tahun bekerja
di Ruangguru, Gilang menjabat account manager cabang Serang, Banten. Pria 28
tahun ini kaget saat mendapat informasi tentang PHK, tapi tak bisa berbuat
apa-apa selain bersiap mencari pekerjaan baru. Dia pun menyiapkan segala
sesuatu yang harus dipenuhi pencari kerja, dari memperbarui curriculum vitae
(CV) hingga memperbanyak berkas seperti fotokopi ijazah, foto diri, dan tetek
bengek lain. Gilang mengaku mendapat
informasi tentang pemberhentian dirinya pada Jumat pagi, 18 November lalu,
setiba di kantor. Pada pukul 08.00 WIB, sebuah pesan elektronik masuk. Isinya
adalah undangan mengikuti pertemuan one-on-one dengan Head of Commercial
Ruangguru pada pukul 10.00 WIB. “Saya heran ada e-mail langsung dari Head of
Commercial, enggak biasanya,” tutur sarjana administrasi publik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten, itu. Dalam pertemuan lewat
aplikasi rapat online selama 15 menit, Gilang pun sadar kariernya di
Ruangguru usai sudah. Dia kemudian mengetahui beberapa anggota timnya
bernasib sama. Namun, Gilang melanjutkan, tidak ada alasan detail tentang
sebab-musabab dirinya terkena PHK. “Saya cuma dapat informasi, PHK karena
harus ada efisiensi.” Belakangan di media sosial pun ramai kabar tentang PHK
di Ruangguru. Tempo meminta tanggapan dari manajemen Ruangguru tentang hal
ini, tapi tak kunjung ada jawaban. PHK mendadak juga menimpa
Jeje—bukan nama sebenarnya. Wanita 28 tahun itu salah satu karyawan Shopee
Indonesia yang satu setengah tahun terakhir menangani urusan promosi. Pada
Senin pagi, 19 September lalu, Jeje menerima pesan untuk mengikuti rapat
besar atau town hall meeting yang akan digelar pada pukul 10.00 WIB secara
online. Namun Jeje dan beberapa temannya memilih mengikuti rapat itu di
kantor Shopee Indonesia di Pacific Century Place Tower, Sudirman Central
Business District, Jakarta Selatan. “Kebetulan hari itu sudah janjian dengan
tim untuk ke kantor, jadi ikut town hall ramai-ramai,” tuturnya. Saat menerima
pemberitahuan untuk mengikuti town hall meeting dengan Direktur Shopee
Indonesia, Jeje tak mengira akan ada keputusan tentang PHK. Dia hanya merasa
ada sesuatu yang berbeda dibanding biasanya. Menurut Jeje, dalam rapat itu
Direktur Shopee Indonesia Christin Djuarto bersikap lain. “Biasanya ngomong
bahasa Indonesia campur bahasa Inggris, tapi saat itu dia berbahasa Indonesia
baku dan seperti membaca naskah yang sudah disiapkan,” katanya. Jeje juga
melihat pandangan mata Christin mengarah ke satu titik, “Seperti membaca
sesuatu.” Pertemuan via aplikasi
online itu tak sampai satu jam. Di akhir paparan pun tidak ada tanya-jawab
dan Christin hanya mengucapkan terima kasih. Menurut Jeje, karyawan kemudian
menerima pesan lanjutan dari tim sumber daya manusia Shopee Indonesia. Dalam
pesan tersebut, Jeje dan rekan-rekannya diminta datang ke kantor bagian
personalia yang letaknya terpisah dari gedung tempat dia biasanya bekerja. Hingga pesan itu diterima,
Jeje dan kawan satu timnya masih mencoba berpikir positif. Belum terlintas
pikiran bahwa surat tersebut adalah penanda akhir karier mereka di Shopee
Indonesia. Bahkan Jeje masih sempat menggarap sejumlah daftar pekerjaan yang
kudu diselesaikan hari itu. “Kami nanti ketemu HRD masih bisa negosiasi untuk
pindah ke anak perusahaan karena Shopee kan grup besar,” ujarnya. Harapan itu kandas. Begitu
sampai di kantor Shopee yang berada di Pakuwon Tower, Tebet, Jakarta Selatan,
Jeje diminta menandatangani sejumlah dokumen. Bahkan beberapa aset
perusahaan, seperti laptop, pun diminta diserahkan pada hari itu juga.
“Banyak banget dokumen yang harus ditandatangani, dijelaskan juga kompensasi
apa saja yang diberikan. Sudah tidak boleh bekerja sejak hari itu,” ucapnya. Dua bulan setelah
kehilangan pekerjaan, Jeje masih menganggur. Untungnya, menurut dia, pesangon
yang ia terima masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sembari
mencari pekerjaan baru. “Shopee juga masih membantu membagikan CV kami ke
pihak lain dan memfasilitasi pelatihan bagi karyawan yang terkena PHK.” •• GELOMBANG PHK perusahaan
rintisan atau startup digital terus berlanjut. Pada Maret lalu, perusahaan
teknologi pertanian TaniHub menutup gudang di Bandung dan Bali serta
memangkas jumlah karyawan. Dua bulan kemudian, PT Fintek Karya Nusantara atau
LinkAja mengumumkan reorganisasi yang juga berujung PHK massal. Tak cuma melakukan PHK,
startup digital mulai bertumbangan. Misalnya Fabelio. Perusahaan yang
berkecimpung dalam bisnis furnitur dan desain interior ini dinyatakan pailit
oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 6 Oktober lalu. Padahal dua tahun
sebelumnya Fabelio berhasil mengumpulkan pendanaan hingga US$ 20 juta atau Rp
300 miliar. Pada pertengahan November lalu
setidaknya ada tiga perusahaan yang memangkas jumlah karyawan, yaitu PT GoTo
Gojek Tokopedia Tbk atau GoTo, Ruangguru, dan Sirclo. GoTo mengumumkan PHK
1.300 karyawan sebagai bagian dari “upaya untuk menjaga pertumbuhan yang
makin sehat agar dapat meraih kemandirian finansial”. Strategi ini, menurut
Chief of Corporate Affairs GoTo Nila Marita, dijalankan agar perusahaan bisa
mengurangi ketergantungan pada pendanaan para investor. “Strategi kami adalah
mengendalikan hal-hal yang dapat kami kendalikan, termasuk efisiensi biaya
dan operasional perusahaan, walau ini keputusan yang sangat berat,” katanya. Menurut Nila, sebelum
memangkas jumlah karyawan, manajemen GoTo mengevaluasi beban biaya secara
menyeluruh. Juga menyelaraskan kegiatan operasional, mengintegrasikan proses
kerja, dan merenegosiasi berbagai kontrak kerja sama. Dengan cara itu, GoTo
bisa menghemat biaya Rp 800 miliar pada akhir kuartal kedua tahun ini.
Perampingan jumlah karyawan, Nila menambahkan, adalah langkah akhir yang
diambil GoTo. “Kami mengumumkan keputusan setelah memastikan berbagai aspek
telah dikaji secara menyeluruh dan dipersiapkan matang.” Berdasarkan laporan
keuangan (belum diaudit) yang dilaporkan ke Bursa Efek Indonesia pada Senin,
21 November lalu, GoTo mencatatkan rugi bersih Rp 20,91 triliun akibat total
beban sebesar Rp 30,72 triliun pada kuartal III. Gaji karyawan adalah salah
satu komponen biaya terbesar dengan nilai Rp11,28 triliun. Beban gaji dan
imbalan karyawan naik lebih dari 100 persen dibanding pada periode yang sama
tahun lalu, yang mencapai Rp 5,53 triliun. Demi mengatasi beban yang
membengkak, manajemen GoTo melakukan penghematan dan merenegosiasi sederet
kontrak dengan pihak ketiga. Dalam salinan surat yang
disampaikan setelah town hall meeting pada Jumat, 18 November lalu, Chief
Executive Officer GoTo Andre Soelistyo menyatakan kinerja keuangan beberapa
kuartal terakhir sudah mencatatkan banyak kemajuan. Menurut dia, biaya
variabel dan biaya operasional diperketat, antara lain dengan memangkas
sebagian gaji CEO dan tim manajemen. “Namun, sayangnya, semua ini belum
cukup,” tutur Andre. Besarnya beban operasional
startup teknologi tak cuma ada pada GoTo. Bukan rahasia lagi banyak
perusahaan teknologi yang menguras kas demi memberikan gaji fantastis kepada
karyawan sekaligus menggelar aksi “bakar duit” untuk menggenjot jumlah
pengguna. Menurut Venture Partner
Init-6 Rexi Christopher, secara alami startup digital dituntut memiliki
pertumbuhan yang eksponensial. Pertumbuhan ini yang bakal menarik minat
investor untuk berlomba-lomba menanamkan dananya. Namun, kata Rexi, para
pendiri dan manajemen startup seharusnya memperhatikan fondasi bisnis dan
tidak bisa selamanya mengutamakan pertumbuhan. “Kesalahan beberapa pendiri
startup adalah terlalu fokus pada growth tanpa memikirkan fondasi bisnis yang
kuat sehingga mereka tidak siap menghadapi pasar yang tidak kondusif seperti
saat ini,” ucapnya. Pada posisi ini, startup
mulai dituntut berhemat. Walhasil, banyak perusahaan yang mencabut berbagai
kenyamanan dan fasilitas buat karyawan. Ini yang dialami para karyawan Shopee
Indonesia. Salah satu karyawan Shopee Indonesia, Nina—bukan nama
sebenarnya—mengungkapkan bahwa kondisi mulai berubah setelah muncul kabar
penutupan operasi di India, Prancis, dan Spanyol pada pertengahan 2022. Saat
itu SEA Group, induk usaha Shopee, bakal memutus hubungan kerja 7.000 orang
atau 10 persen dari total karyawannya. Nina mengatakan saat itu
manajemen Shopee Indonesia masih berupaya meyakinkan bahwa kondisi di
Indonesia berbeda. Tapi belakangan berbagai benefit mulai dipangkas, seperti
jatah makan siang di kantor. Stok cemilan dan minuman yang biasanya selalu
ada pun sering kosong. Bahkan perlengkapan dapur seperti microwave dan kulkas
di beberapa lokasi turut lenyap. Berkebalikan dengan pengurangan
fasilitas, Nina melanjutkan, manajemen Shopee malah menggenjot target kerja
hingga dua kali lipat. Pada saat bersamaan, terjadi pemangkasan anggaran
sampai 50 persen ketika memasuki kuartal III. “Manajemen saat itu masih
mengatakan layoff bukan opsi,” ujarnya. Tempo berupaya meminta
konfirmasi atas informasi tersebut kepada manajemen Shopee Indonesia, tapi
belum mendapat respons. Namun, setelah mengumumkan PHK pada pertengahan
September lalu, Head of Public Affairs Shopee Indonesia Radynal Nataprawira
menjelaskan bahwa pengurangan karyawan adalah langkah terakhir yang harus
ditempuh setelah melakukan penyesuaian dan mengubah sejumlah keputusan
bisnis. “Kondisi ekonomi global menuntut kami untuk lebih cepat beradaptasi
serta mengevaluasi prioritas bisnis agar bisa menjadi lebih efisien. Ini
sebuah keputusan yang sangat sulit,” kata Radynal. Menurut Radynal, efisiensi
sejalan dengan fokus perusahaan secara global untuk mencapai kemandirian dan
keberlanjutan. Dua hal ini, dia menambahkan, menjadi komponen penting dalam
upaya menjalankan bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi global. “Perusahaan
akan berfokus pada pertumbuhan bisnis yang mandiri serta berkelanjutan, dan
kami ingin memperkuat dan memastikan operasi perusahaan kami stabil di
situasi ekonomi saat ini,” tuturnya. Manajemen Shopee menjamin
proses PHK akan mematuhi peraturan pemerintah. Karyawan yang terkena PHK juga
mendapat pesangon sesuai dengan aturan dan tambahan gaji satu bulan. Radynal
mengatakan fasilitas asuransi kesehatan perusahaan masih bisa dimanfaatkan
karyawan sampai akhir tahun. •• BUKAN cuma di Indonesia,
gelombang PHK startup digital juga terjadi di beberapa
negara lain. Perusahaan teknologi raksasa kelas dunia di Amerika Serikat
seperti Amazon bakal memangkas ribuan karyawan sampai tahun depan. Twitter setali tiga uang.
Sejak dibeli bos Tesla Inc, Elon Musk, Twitter memangkas 50 persen
karyawannya. Tak kalah getir, Meta Platform Inc, induk perusahaan Facebook,
mengumumkan pemecatan 11 ribu atau sekitar 13 persen karyawannya pada 9
November lalu. Sedangkan di Cina, Tencent Holdings tengah menyiapkan PHK
gelombang kedua setelah memangkas jumlah pekerja dari 116.213 menjadi 110.715
orang pada Agustus lalu. Di Asia Tenggara, SEA
Group, yang menjadi induk Shopee dan perusahaan game Garena, bakal memangkas
7.000 pekerja atau 10 persen dari total karyawan. Berdasarkan laporan
keuangan kuartal II 2022, SEA Group membukukan kerugian US$ 931,2 juta atau
dua kali lebih besar dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Kerugian
melonjak lantaran pengeluaran yang meningkat tajam. Selain pertumbuhan bisnis
yang melambat dan biaya tenaga kerja yang meningkat, ada beberapa masalah
yang dialami startup digital sehingga terpaksa memangkas jumlah karyawan
besar-besaran. Venture Partner Init-6 Rexi Christopher mengatakan gejolak
ekonomi global bakal berdampak pada kelanjutan pendanaan dari investor.
“Fundraising akan lebih susah karena investor cenderung wait and see dalam
kondisi perekonomian yang tidak stabil,” ujarnya. Rexi mengatakan investor
juga bakal lebih berhati-hati. Lesunya pendanaan investor
terekam dalam laporan State of Venture Q3’22 yang dirilis lembaga riset CB
Insights. Laporan itu menyebutkan pendanaan startup global cenderung menurun
pada kuartal I-kuartal III 2022. Secara berturut-turut nilainya adalah US$
142,1 miliar pada kuartal I, US$ 112,6 miliar pada kuartal II, dan US$ 74,5
miliar pada kuartal III. Jumlah transaksi investasi pun merosot dari 9.587
pada kuartal I menjadi 8.771 transaksi pada kuartal II dan akhirnya hanya
7.936 transaksi pada kuartal III. Hal yang sama terjadi di
Indonesia. Hasil riset e-Conomy SEA 2022 yang dirilis Google, Temasek, serta
Bain & Company menyebutkan pendanaan startup digital melorot dari US$ 5
miliar pada semester I 2021 menjadi US$ 4 miliar pada semester II 2021. Pada
semester I 2022, nilai pendanaan kembali turun menjadi US$ 3 miliar. Karena itu, Ketua Umum
Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan
langkah efisiensi bakal berlanjut sampai tahun depan. Perusahaan menghadapi
banyak tekanan selain merosotnya pendanaan, seperti penurunan traksi atau
jumlah pengguna hingga tekanan dari investor untuk segera mencetak
keuntungan. “Kami para investor prihatin dengan dampak PHK, tapi dapat
memahami agar perusahaan tetap survive,” ucapnya. Di tengah gelombang PHK
startup yang mungkin makin besar, Kementerian Ketenagakerjaan menyatakan
tengah mendorong pengusaha dan pekerja melakukan dialog bipartit. Tujuannya
adalah menjaga hubungan industrial di perusahaan startup tetap kondusif,
meski pada akhirnya PHK tak terhindarkan. "PHK merupakan jalan
paling akhir bila suatu hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja tidak
lagi dapat dipertahankan. Karena sebagai jalan paling akhir, semua pihak
harus berupaya agar tidak terjadi PHK," kata Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kementerian
Ketenagakerjaan Indah Anggoro Putri pada Kamis, 24 November lalu. Jika PHK tak terhindarkan,
Indah menambahkan, perusahaan harus menjalani semua prosedur dan membayarkan
hak-hak para pekerja. Saat ini, ucap dia, pemerintah sedang menggodok opsi
kebijakan yang mendukung resiliensi industri dalam negeri dalam menghadapi
gejolak ekonomi global. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar