Minggu, 06 Juni 2021

 

Kehidupan di Perusahaan Teknologi yang Menggiurkan

Andreas Maryoto ; Wartawan (Penulis Kolom “Industri Digital”) Kompas

KOMPAS, 03 Juni 2021

 

 

                                                           

Siapa tidak ingin bekerja di Google? Siapa yang tidak ingin bekerja di Amazon? Perusahaan teknologi menjadi impian banyak orang. Sementara di Indonesia, pencari kerja tentu mengincar perusahaan seperti Tokopedia, Gojek, dan Traveloka. Berbagai gosip dan impian bekerja di perusahaan teknologi menjadi sesuatu yang kerap diobrolkan. Realitasnya?

 

Orientasi para pencari kerja memiliki masa. Pada masa lalu bekerja menjadi pegawai negeri sipil dan aparat militer menjadi impian. Ketika pasar kerja berubah, bekerja di perbankan sempat menjadi tren. Semua telah berubah sejak beberapa tahun lalu. Orang lalu lebih melirik perusahaan teknologi. Perusahaan ini diburu seiring dengan perkembangan penggunaan teknologi digital.

 

Bekerja di perusahaan teknologi makin menjadi impian ketika kita mendengar orang-orang yang bekerja di dalamnya. Kemudian kita juga mendengar dari iklan-iklan yang disampaikan. Perusahaan teknologi membius banyak kalangan. Tidak aneh apabila lamaran pekerjaan ke perusahaan-perusahaan itu berjumlah ribuan tiap bulan. Pekerja senior pun banyak yang pindah ke perusahaan teknologi.

 

Untuk melihat seputar kehidupan di perusahaan teknologi, ada baiknya kita membaca penjelasan Richard Russel, seorang konsultan ternama yang pernah bekerja di Google dan Amazon, di laman Inc beberapa waktu lalu. Dari penjelasan dia mungkin kita bisa mengira-ngira pola pekerjaan di perusahaan teknologi Tanah Air dan juga membayangkan kehidupan yang bakal dijalani ketika kita diterima di salah satu perusahaan teknologi.

 

Perusahaan teknologi memiliki nilai-nilai yang kuat dan sangat menonjol sehingga mereka akan memilih karyawan yang sangat cocok. Oleh karena itu, pertanyaan pertama saat kita diwawancarai akan langsung menunjukkan kesiapan kita bekerja di perusahaan itu. Jawaban kita akan langsung memberikan gambaran tentang kita dan sangat mungkin merupakan ”pintu gerbang” untuk langkah selanjutnya.

 

Russel menyebutkan pertanyaan pertama di Google adalah seberapa cerdas Anda? Pertanyaan ini muncul karena Google akan mempekerjakan orang dengan beban penuh dan juga masalah yang tidak ringan. Mereka melengkapi kehidupan kerja dengan berbagai fasilitas yang membuat karyawan nyaman dan senang sekaligus membuat mereka bisa membuat karya yang hebat.

 

Google tentu ingin mendapat karyawan yang mampu bekerja keras, tetapi ini bukan yang utama. Google ingin mendapatkan karyawan yang bekerja cerdas sehingga mereka ingin mendapat gambaran sejak awal ketika wawancara terhadap calon karyawan dilakukan. Kesalahan yang sering dilakukan adalah para calon karyawan lebih menonjolkan kesanggupan bekerja keras dibandingkan bekerja cerdas.

 

Sementara Russel mengatakan, ketika orang ingin bekerja di Amazon, mereka akan ditanya, apa yang telah Anda kerjakan selama ini? Amazon ingin mendapatkan karyawan yang telah mampu mengerjakan banyak hal dengan harapan mereka juga akan mengerjakan sejumlah beban ketika bekerja di Amazon. Mereka akan mendapat banyak masalah sulit, tetapi juga banyak menerima kebebasan.

 

Kisah Russel ini makin menarik ketika ia menceritakan detail kehidupan di dua perusahaan teknologi itu. Google berusaha menarik calon karyawan dengan memperlihatkan diri sebagai tempat yang nyaman untuk bekerja. Sementara Amazon ingin memperlihatkan diri sebagai tempat dan lingkungan yang pas untuk mereka yang mau bekerja dengan beban banyak. Ketika ditanya tentang pilihannya, Russel mengatakan, apabila urusan berkaitan dengan kenyamanan tempat kerja, ia memilih Google. Namun, apabila sejak awal berniat untuk menaikkan karier dan kemampuan, ia lebih memilih lingkungan Amazon.

 

Russel juga bercerita tentang fasilitas makanan, kepemimpinan, respons terhadap perubahan, gaya manajemen, dan lain-lain. Masing-masing perusahaan teknologi itu memiliki ciri tersendiri. Mereka juga memiliki sejumlah alasan terkait dengan pilihan kebijakan masing-masing. Russel cukup adil menilai kedua perusahaan itu dengan berbagai macam penjelasan. Pengalaman bekerja di kedua perusahaan itu membuat ia mempunyai wawasan yang lengkap tentang kedua perusahaan teknologi tersebut.

 

Melihat dua contoh perusahaan teknologi itu, maka lebih menarik apabila kita melihat kehidupan di perusahaan teknologi dalam negeri. Indonesia termasuk memiliki perusahaan teknologi dalam jumlah banyak. Kita hanya kalah dengan Amerika Serikat, China, dan India. Sayang sekali, belum ada konsultan yang memiliki informasi mencukupi tentang kehidupan di perusahaan-perusahaan teknologi di Indonesia. Kita masih mengandalkan informasi dari media dan juga mungkin segelintir karyawan yang berada di dalam perusahaan itu.

 

Kehidupan bekerja di perusahaan teknologi di Indonesia juga belum banyak menjadi bahan pemasaran di kalangan mereka. Mereka masih cenderung mempromosikan produk saja. Padahal, kehidupan di perusahaan teknologi semacam Life at Google atau Life at Amazon bisa menjadi bagian pemasaran yang membuat nama-nama perusahaan itu makin melambung. Perusahaan juga bisa memberi gambaran secara tidak langsung mengenai karyawan yang dibutuhkan melalui materi-materi pemasaran berbasis kehidupan di perusahaan teknologi.

 

Kita bisa menilai mulai dari para pendiri perusahaan teknologi itu. Siapakah mereka? Banyak wawancara sudah dilakukan oleh media dan kita bisa mengorek latar belakang mereka, visi, pengalaman hidup, pengalaman saat menghadapi masalah, dan bagaimana mereka mengendalikan perusahaan. Informasi kecil di dalam wawancara itu mungkin bisa menjadi informasi besar tentang gaya kepemimpinannya. Semisal, tentang pandangan dia tentang kompetitor dan sikap menghadapinya.

 

Lebih detail lagi kita bisa mendapat informasi tentang kebebasan di dalam perusahaan teknologi. Pilihan mereka untuk menetapkan waktu fleksibel atau jadwal yang ketat di dalam bekerja. Komposisi karyawan di dalam perusahaan dari mulai jenis kelamin, asal usul karyawan, pendidikan mereka, dan lain-lain. Data itu bisa memberikan gambaran umum suasana kehidupan di perusahaan teknologi.

 

Untuk lengkapnya kita memang perlu bertemu dengan karyawan perusahaan teknologi yang kita incar. Kita mendengarkan langsung dari orang dalam meski perlu hati-hati karena mungkin saja ada bias. Semakin banyak kita mendapat informasi tentang perusahaan itu, kita akan makin utuh mendapatkan gambarannya. Sekali-kali kita tetap kritis dengan informasi yang diberikan. Ujungnya kita perlu meyakinkan diri kita bahwa kita cocok di perusahaan A, bukan yang B atau yang C.

 

Mimpi bekerja di perusahaan teknologi tentulah sesuatu yang baik, tetapi kesiapan bekerja keras dan cerdas diperlukan. Bersiap menghadapi tantangan dan juga mau terus belajar lebih diperlukan lagi. Perubahan di teknologi digital akan terus terjadi sehingga potensi perubahan setiap saat harus disadari. Organisasi perusahaan tidak akan kaku. Mereka bisa berubah setiap saat ketika menyesuaikan perubahan kondisi internal dan eksternal. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar