Senyum Pelanggan untuk Kelestarian Bumi
Irwan Gunawan ; Deputy Director Market Transformation WWF
Indonesia
|
KORAN
TEMPO, 05 September 2015
Hari Pelanggan Nasional, 4 September, seyogianya menjadi
momentum bagi perusahaan untuk memahami bahwa senyum pelanggan adalah
keniscayaan dalam mempertahankan kesetiaan mereka terhadap produk atau jasa
yang ditawarkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah pelanggan kelas menengah
yang mulai tergerak kesadaran lingkungannya dan memiliki tingkat kepuasan
tidak hanya pada kualitas produk. Mereka mulai bertanya mengenai dampak
produk terhadap kelestarian lingkungan dan generasi masa depan.
Survei WWF Indonesia terhadap konsumen menunjukkan, 45 persen
responden kelas menengah memiliki kesadaran terhadap produk ramah lingkungan
yang ditunjukkan melalui aktivitas mereka di media sosial.
Salah satu produk yang belakangan sering menjadi sorotan terkait
erat dengan isu kelestarian lingkungan adalah sawit. Negeri kita boleh bangga
sebagai penghasil minyak sawit nomor wahid di dunia. Tidak hanya dalam
hitungan ekspor, tapi juga konsumsi domestik. Sekitar 30 persen produksi CPO
(minyak sawit mentah) Indonesia terserap oleh pasar domestik dengan 20 persen
di antaranya digunakan untuk industri makanan dan minuman, termasuk minyak
goreng.
Dalam konteks produk berbasis minyak sawit, produk ramah
lingkungan dapat diartikan antara lain melalui cara pengelolaan kebun kelapa
sawit dan industri hilir yang mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial.
Jutaan masyarakat yang hidupnya masih bergantung pada hutan tetap dapat
menerapkan kearifan lokal mereka, bahkan memperoleh manfaat dari kehadiran
kebun sawit, seperti kesempatan kerja dan fasilitas pendidikan serta
kesehatan yang lebih baik. Perkebunan kelapa sawit yang dikelola dengan baik
juga tidak mengancam kelangsungan hidup satwa langka yang dilindungi, seperti
gajah, harimau, serta orang utan, karena rumah asli mereka terjaga.
Mungkin belum banyak disadari bahwa relasi konsumsi pelanggan
yang bertanggung jawab dengan kelestarian alam dapat dihitung dengan mudah.
Dengan ilustrasi konsumsi 1 liter minyak goreng, pelanggan dapat mendorong
pertumbuhan 2-3 meter persegi kebun sawit yang lestari. Mengapa dukungan
pelanggan itu penting? Karena dalam
kategori produk konsumsi, hampir 50 persen produk kita sehari-hari mengandung
minyak sawit dan turunannya. Tidak hanya minyak goreng dan margarin, tapi
juga sampo, lipstik, detergen, sabun mandi, dan campuran beberapa jenis bahan
bakar. Sadar atau tidak, kita
adalah pelanggan utama minyak sawit.
Adakah alternatif pengganti minyak sawit? Ada. Lebih baikkah?
Tidak. Faktanya, minyak sawit adalah
sumber minyak nabati paling produktif dan efisien dibanding minyak nabati
lain, seperti kedelai, kanola, atau bunga matahari. Sebagai contoh, apabila
dibandingkan dengan kedelai, hasil ekstraksi tandan sawit per hektare bisa
lebih besar 10 kali lipat. Sawit juga memberikan penghidupan bagi masyarakat
dan petani kecil-lebih dari 40 persen kebun sawit di Indonesia dikelola
petani kecil.
Masalah utamanya tidak terletak pada komoditas minyak sawit,
tapi cara budi daya yang tidak mengindahkan kaidah konservasi serta perluasan
lahan ke hutan alam dan habitat penting satwa dilindungi yang terancam punah.
Sebagai pelanggan, seharusnya kita memanfaatkan kekuatan untuk mendorong
perusahaan menggunakan minyak sawit lestari dalam produknya, yakni minyak
sawit yang dihasilkan melalui pengelolaan yang lestari.
Produk sawit ramah lingkungan dapat teridentifikasi dengan
penerapan label tertentu. Label itu antara lain berasal dari RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).
Pemerintah Indonesia mengusung skema komplementer melalui ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), tapi
produk yang berlabel ISPO saat ini belum tersedia di pasaran. Produsen sawit
Indonesia pun mendominasi pasokan produk sawit ramah lingkungan di Tanah Air
dengan porsi hampir setengah total CSPO (Minyak Sawit Bersertifikat Lestari)
yang diperdagangkan.
Sejak 2012, Indonesia menjadi produsen CSPO terbesar di dunia
dari aspek volume dan kawasan produksi-48 persen pasokan CSPO dunia berasal
dari Indonesia. Sayang, permintaan terhadap CSPO hanya berkisar setengah dari
suplai yang ada di pasar global. Karena itu, pelanggan berperan penting untuk
mendorong perusahaan agar meningkatkan penggunaan minyak sawit lestari dalam
produk mereka.
Kebutuhan minyak kelapa sawit demikian besar. Bila
pengelolaannya tidak dilakukan secara bertanggung jawab, ancaman kepunahan
hutan, hilangnya sumber penghidupan masyarakat yang hidup di sekitar hutan
dan habitat bagi satwa liar, serta cepatnya perubahan iklim tidak akan bisa
dihindari.
Marilah kita, sebagai pelanggan, menjadikan Hari Pelanggan
Nasional ini sebagai momentum untuk mulai mempedulikan perbaikan pola
produksi dan komitmen perusahaan pengelola kelapa sawit terhadap
lingkungan. Kampanye WWF "Beli
yang Baik" mengajak pelanggan mulai membeli dan mengkonsumsi
produk-produk yang tidak merusak lingkungan tempat kita hidup. Dengan
demikian, bukan hanya kita konsumen yang tersenyum puas, tapi bumi pun
terjaga kelestariannya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar