Senin, 07 September 2015

Senyum Pelanggan untuk Kelestarian Bumi

Senyum Pelanggan untuk Kelestarian Bumi

Irwan Gunawan  ;  Deputy Director Market Transformation WWF Indonesia
                                               KORAN TEMPO, 05 September 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Hari Pelanggan Nasional, 4 September, seyogianya menjadi momentum bagi perusahaan untuk memahami bahwa senyum pelanggan adalah keniscayaan dalam mempertahankan kesetiaan mereka terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah pelanggan kelas menengah yang mulai tergerak kesadaran lingkungannya dan memiliki tingkat kepuasan tidak hanya pada kualitas produk. Mereka mulai bertanya mengenai dampak produk terhadap kelestarian lingkungan dan generasi masa depan.

Survei WWF Indonesia terhadap konsumen menunjukkan, 45 persen responden kelas menengah memiliki kesadaran terhadap produk ramah lingkungan yang ditunjukkan melalui aktivitas mereka di media sosial.

Salah satu produk yang belakangan sering menjadi sorotan terkait erat dengan isu kelestarian lingkungan adalah sawit. Negeri kita boleh bangga sebagai penghasil minyak sawit nomor wahid di dunia. Tidak hanya dalam hitungan ekspor, tapi juga konsumsi domestik. Sekitar 30 persen produksi CPO (minyak sawit mentah) Indonesia terserap oleh pasar domestik dengan 20 persen di antaranya digunakan untuk industri makanan dan minuman, termasuk minyak goreng.

Dalam konteks produk berbasis minyak sawit, produk ramah lingkungan dapat diartikan antara lain melalui cara pengelolaan kebun kelapa sawit dan industri hilir yang mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial. Jutaan masyarakat yang hidupnya masih bergantung pada hutan tetap dapat menerapkan kearifan lokal mereka, bahkan memperoleh manfaat dari kehadiran kebun sawit, seperti kesempatan kerja dan fasilitas pendidikan serta kesehatan yang lebih baik. Perkebunan kelapa sawit yang dikelola dengan baik juga tidak mengancam kelangsungan hidup satwa langka yang dilindungi, seperti gajah, harimau, serta orang utan, karena rumah asli mereka terjaga.

Mungkin belum banyak disadari bahwa relasi konsumsi pelanggan yang bertanggung jawab dengan kelestarian alam dapat dihitung dengan mudah. Dengan ilustrasi konsumsi 1 liter minyak goreng, pelanggan dapat mendorong pertumbuhan 2-3 meter persegi kebun sawit yang lestari. Mengapa dukungan pelanggan itu penting?  Karena dalam kategori produk konsumsi, hampir 50 persen produk kita sehari-hari mengandung minyak sawit dan turunannya. Tidak hanya minyak goreng dan margarin, tapi juga sampo, lipstik, detergen, sabun mandi, dan campuran beberapa jenis bahan bakar. Sadar atau tidak,  kita adalah  pelanggan utama minyak sawit.

Adakah alternatif pengganti minyak sawit? Ada. Lebih baikkah? Tidak.  Faktanya, minyak sawit adalah sumber minyak nabati paling produktif dan efisien dibanding minyak nabati lain, seperti kedelai, kanola, atau bunga matahari. Sebagai contoh, apabila dibandingkan dengan kedelai, hasil ekstraksi tandan sawit per hektare bisa lebih besar 10 kali lipat. Sawit juga memberikan penghidupan bagi masyarakat dan petani kecil-lebih dari 40 persen kebun sawit di Indonesia dikelola petani kecil.

Masalah utamanya tidak terletak pada komoditas minyak sawit, tapi cara budi daya yang tidak mengindahkan kaidah konservasi serta perluasan lahan ke hutan alam dan habitat penting satwa dilindungi yang terancam punah. Sebagai pelanggan, seharusnya kita memanfaatkan kekuatan untuk mendorong perusahaan menggunakan minyak sawit lestari dalam produknya, yakni minyak sawit yang dihasilkan melalui pengelolaan yang lestari.

Produk sawit ramah lingkungan dapat teridentifikasi dengan penerapan label tertentu. Label itu antara lain berasal dari RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). Pemerintah Indonesia mengusung skema komplementer melalui ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), tapi produk yang berlabel ISPO saat ini belum tersedia di pasaran. Produsen sawit Indonesia pun mendominasi pasokan produk sawit ramah lingkungan di Tanah Air dengan porsi hampir setengah total CSPO (Minyak Sawit Bersertifikat Lestari) yang diperdagangkan.

Sejak 2012, Indonesia menjadi produsen CSPO terbesar di dunia dari aspek volume dan kawasan produksi-48 persen pasokan CSPO dunia berasal dari Indonesia. Sayang, permintaan terhadap CSPO hanya berkisar setengah dari suplai yang ada di pasar global. Karena itu, pelanggan berperan penting untuk mendorong perusahaan agar meningkatkan penggunaan minyak sawit lestari dalam produk mereka.

Kebutuhan minyak kelapa sawit demikian besar. Bila pengelolaannya tidak dilakukan secara bertanggung jawab, ancaman kepunahan hutan, hilangnya sumber penghidupan masyarakat yang hidup di sekitar hutan dan habitat bagi satwa liar, serta cepatnya perubahan iklim tidak akan bisa dihindari.

Marilah kita, sebagai pelanggan, menjadikan Hari Pelanggan Nasional ini sebagai momentum untuk mulai mempedulikan perbaikan pola produksi dan komitmen perusahaan pengelola kelapa sawit terhadap lingkungan.  Kampanye WWF "Beli yang Baik" mengajak pelanggan mulai membeli dan mengkonsumsi produk-produk yang tidak merusak lingkungan tempat kita hidup. Dengan demikian, bukan hanya kita konsumen yang tersenyum puas, tapi bumi pun terjaga kelestariannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar