Pendidikan
Tanpa Penaklukan Y Argo Twikromo ; Anggota Dewan
Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2020-2022 (Maret 2020 sampai
sekarang), Ketua Dewan Pengawas dan Peneliti MINDSET Institute -Research and
Policy Studies |
KOMPAS, 4 Mei 2021
Pendidikan dapat merajut berbagai komponen
(elemen) kehidupan yang lain dalam mewujudkan suatu ekosistem keharmonisan
kehidupan bersama. Pendidikan merupakan suatu proses
pengembangan kepribadian manusia secara holistik dalam konteks perkembangan
kehidupan masa kini. Proses ini perlu diberi koridor nilai-nilai kehidupan
masa lalu agar pijakan karakter bangsa dapat terkoneksi secara sinergis.
Ancangan pengembangan kehidupan masa depan pun akan terkoneksi landasannya
dengan kepribadian khas bangsa ini secara berkelanjutan. Pembelajaran ataupun proses internalisasi
pengetahuan, nilai, sikap, perilaku, kecakapan intelektual, dan keterampilan
menjadi sangat penting agar dapat menghasilkan manusia-manusia maju sekaligus
berkarakter. Kemajuan bangsa ini membutuhkan landasan pendidikan yang kokoh
agar dapat menyiapkan sumber daya manusia yang cerdik dan selaras dalam
dinamika pembangunan bangsa. Gelombang modernitas ataupun global telah
membuka ruang adaptasi sekaligus ketergantungan proses pendidikan bangsa ini
terhadap perkembangan nonlokal tersebut sejak beberapa dasawarsa terakhir. Pendidikan lebih mengedepankan pembelajaran
tentang berbagai ilmu pengetahuan yang relatif asing dan baru dalam konteks
kehidupan lokal bangsa. Sekaligus mereduksi ruang interkoneksi antarnilai dan
antarkarakter yang saling menopang dalam menghasilkan kepribadian harmonis
sebagai karakter khas bangsa. Berbagai kemajuan dan keuntungan memang
dapat diraih dan dirasakan secara nyata hasilnya dalam perkembangan global.
Walaupun demikian, harus diakui bahwa berbagai kemajuan tersebut menyisakan
ketimpangan antarlini kehidupan. Karakter harmonis dan kebersamaan relatif
menjadi kurang terawat dan relatif terabaikan sehingga ikut tergerogoti dan
menjadi terpinggirkan. Nilai-nilai dan karakter perkembangan global tampil
menjadi lebih dominan sekaligus membuka ruang lebih terbuka terjadinya
ketergantungan pada dunia global. Wahana
pendidikan leluhur bangsa Keselarasan hubungan antara manusia dengan
sesama, dengan alam, dengan Sang Pencipta (terminologinya beragam di
tiap-tiap wilayah), dan bahkan di antara ketiganya merupakan landasan tata
kelola kehidupan yang telah diwariskan oleh leluhur bangsa ini. Berbagai nilai, asas, dan kebijaksanaan
yang terkandung di dalamnya relatif tertoreh dalam kandungan cerita rakyat,
mitos, simbol, ungkapan, gerak dan dendang tari, kepercayaan, personifikasi
leluhur, tradisi, serta ritual yang sering kali mengisyaratkan nuansa
keselarasan sebagai suatu proses pendidikan. Kehadiran masing-masing komponen
sosial-budaya ataupun beberapa rajutan ekosistemnya cenderung menjadi wahana
pendidikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Penghayatan atas hadirnya
komponen tersebut ataupun rajutannya akan menyediakan ruang internalisasi
yang akan merasuk dalam hati sanubari masyarakat pendukungnya secara
berkelanjutan. Dalam konteks ini, kepribadian harmonis
sebagai identitas kultural leluhur bangsa ini terus tumbuh subur dalam
mewarnai kehidupan bersama mereka secara selaras. Perwujudan kehidupan selaras relatif
terjaga keberlangsungannya walaupun perjumpaan dengan berbagai elemen
sosial-budaya berbeda sering kali mewarnai dinamika kehidupan. Selain saling
ditopang oleh keberadaan dan kehadiran berbagai komponen sosial-budaya
bernuansa selaras, keselarasan kehidupan juga menjadi koridor yang relatif
lebih diutamakan. Dalam konteks ini, interkoneksi
antarberbagai lini ataupun tingkatan kehidupan dalam proses pendidikan
karakter harmonis terjadi dengan relatif alamiah. Keberadaan norma dan hukum
saat itu juga cenderung sinergis dengan pengembangan nilai-nilai dan karakter
bersama. Karakter harmonis sebagai capaian
pendidikan para leluhur bangsa ini telah menjadi landasan kuat bagi
persemaian koridor keselarasan dalam hati sanubari masyarakat pendukungnya
dalam menghadapi dikotomi ataupun perbedaan sebagai warna kehidupan bersama. Perbedaan sosial budaya selalu hadir dalam
setiap perjumpaan, tetapi tetap memperoleh ruang keselarasan secara fleksibel
dan cair. Pengutamaan keselarasan kehidupan bersama secara berkelanjutan
telah terhayati, terinternalisasi, dan saling terjaga dalam setiap lini dan
tingkatan kehidupan. Reproduksi
karakter bangsa Beberapa dasawarsa terakhir, karakter
harmonis lokal bangsa relatif terabaikan dalam proses pendidikan dan
sekaligus dalam memperoleh ruang seimbang dengan komponen pendidikan global. Ketika gelombang perkembangan dan kemajuan
global tidak bisa ditolak, maka perlu upaya pengembangan strategi agar
pembelajaran karakter harmonis mendapatkan ruang seimbang dalam pendidikan.
Karakter harmonis secara kultural merupakan landasan bagi pengelolaan
kehidupan bangsa agar perjumpaan dan perbedaan yang ada mendapatkan ruang
secara fleksibel. Salah satu tujuan pendidikan adalah ingin
mengembangkan manusia menjadi lebih bermartabat dan bermanfaat bagi kehidupan
ini. Dalam konteks ini, ketergantungan bangsa dan berbagai ketimpangan yang
terjadi perlu dipahami tidak hanya dari sisi pencapaian kemajuan dan
kesuksesan semata, tetapi juga keterkaitannya dengan lini dan tingkat
kehidupan bersama secara holistik. Pengembangan martabat manusia tidak hanya
ditopang oleh urusan pencapaian kemajuan dan kesuksesan saja. Namun, ditopang
juga oleh asas-asas dan nilai-nilai lain, seperti rasa aman dan tenteram,
kebersamaan, suasana harmonis, penghargaan terhadap sesama, keseimbangan
alam, prakarsa-inisiatif bersama, serta swadaya-kegotongroyongan dalam
kehidupan bersama. Dengan demikian, proses pendidikan yang
berupaya menyandingkan komponen pendidikan global dan lokal secara padu
serasi perlu dikedepankan agar memperoleh ruang yang seimbang. Terminologi lokal dan global bukan
merupakan perbedaan ataupun dikotomi yang perlu dipertajam sehingga saling
dipertentangkan antara satu dan yang lainnya. Pengembangan karakter harmonis
dalam pendidikan justru membuka ruang pergumulan dan ruang pembelajaran
terhadap keberadaan dikotomi tersebut. Upaya untuk mencari alternatif dalam
menyandingkan perbedaan lokal dan global secara selaras juga lebih terbuka.
Berbagai komponen pembelajaran tentang pengetahuan lokal bangsa dan global,
termasuk logika pikir serta metodenya, cenderung dapat dipahami secara
saksama. Ketika pengetahuan lokal bangsa beserta
logika pikir dan metodologinya tidak dipahami sesuai konteksnya atau hanya
menggunakan logika pikir nonlokal saja, maka cenderung akan terjadi
penilaian, penghakiman, penolakan, dan bahkan penaklukan sepihak serta sulit
dicari titik temunya. Hal ini akan terjadi sebaliknya atau bahkan dalam
konteks berbagai macam perbedaan yang ada. Reproduksi dan pengembangan karakter
harmonis bangsa sesuai dengan perkembangan kehidupan saat ini akan dapat
mewarnai pencapaian kemajuan yang bermartabat. Karakter
harmonis Pendidikan dalam keluarga ataupun beberapa
kelompok masyarakat sering kali masih menyisakan nuansa keselarasan dalam
tata kelola kehidupannya walau hanya serpihan-serpihan dan kurang relatif
holistik. Nuansa pembelajaran kehidupan selaras ini cenderung kurang
mendapatkan rajutan yang dapat saling menopang dalam kehidupan bersama bangsa
ini. Berbagai komponen sosial-budaya yang
keberadaannya saling menopang dalam pembentukan karakter harmonis justru
terabaikan dan kurang terawat. Terpinggirkan oleh komponen sosial-budaya yang
justru mendukung nilai-nilai kompetisi dan individu dalam perkembangan
global. Pendidikan formal juga lebih mengutamakan
pembelajaran berbagai komponen ilmu pengetahuan nonlokal sekaligus
metodologinya. Dengan demikian, peserta didik justru menjadi asing terhadap
pengetahuan dan karakter lokal bangsa. Tidak bisa dimungkiri bahwa sumbangan dunia
pendidikan dalam pencapaian kemajuan bangsa sangat luar biasa. Walaupun ruang
pengembangan kemandirian ataupun pengembangan kepribadian harmonis sebagai
karakter bangsa memang belum mendapatkan porsi secara seimbang dalam
pembelajaran. Pembelajaran tentang berbagai pengetahuan
dan nilai yang terkait perkembangan global memang sangat diperlukan dalam
kehidupan saat ini. Pendidikan formal diharapkan dapat menjadi motor
penggerak dalam pembangunan bangsa. Namun, proses internalisasi nilai, asas,
dan kebijaksanaan lokal bangsa juga perlu diberi ruang pembelajaran secara
seimbang. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, nilai,
sikap, perilaku, kecakapan intelektual, dan keterampilan yang dapat menopang
terwujudnya kepribadian harmonis sebagai karakter bangsa. Internalisasi karakter harmonis dalam
pendidikan akan memberikan ruang persemaian bagi manusia-manusia maju, tetapi
berkarakter. Manusia-manusia cerdik yang dapat menyandingkan atau bahkan
mengawinkan berbagai macam perbedaan secara padu serasi. Berbagai macam
perbedaan ataupun dikotomi dapat direngkuh tanpa nuansa penaklukan bagi
pencapaian keharmonisan kehidupan bersama. ● |
Matur nuwun sanget.
BalasHapus