Cara
Singapura Menghadapi Varian Baru Covid-19 Suryopratomo ; Duta Besar RI untuk Singapura |
KOMPAS, 29 Juni 2021
Singapura dihadapkan
kepada optimisme yang tinggi ketika perekonomian mereka pada kuartal I-2021
tumbuh sebesar 1,3 persen. Ini pertumbuhan tertinggi sejak kuartal IV-2019.
Padahal perkiraannya, perekonomian Singapura masih akan mengalami kontraksi. Sejak 28 Desember 2020,
Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengumumkan pelonggaran kegiatan di tengah
masyarakat. Warga Singapura diperkenankan untuk makan di luar rumah sampai
dengan delapan orang. Perkantoran pun diperbolehkan untuk kembali mengizinkan
karyawannya bekerja di kantor hingga 75 persen. Analisis para ahli ekonomi
memperkirakan perekonomian Singapura akan bisa tumbuh hingga 6,5 persen pada
2021 ini. Bank sentral Singapura, Monetary Authority of Singapore,
memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkisar antara 4 hingga 6 persen. Namun semua optimisme itu
goyah ketika pada 8 Mei lalu ditemukan virus korona varian B1617. Yang
mengejutkan mereka, orang yang pertama kali terpapar adalah seorang perawat
di Rumah Sakit Tan Tock Seng dan seorang petugas di Bandar Udara Changi. Virus korona varian baru
yang pertama kali ditemukan di India, diketahui memiliki karakter penularan
yang sangat tinggi. Petugas di Bandara Changi dan perawat di rumah sakit
sebenarnya merupakan petugas garda terdepan yang mendapatkan prioritas
pertama vaksinasi. Ternyata mereka masih bisa terpapar oleh Covid-19 varian
B1617 itu. Terpaksa rem pun ditekan
sangat dalam. Pasalnya, petugas di Bandara Changi diketahui sudah menulari
seluruh anggota keluarganya. Perawat di rumah sakit pun menulari dokter,
perawat, dan pasien yang berada di satu lantai tempat ia bertugas. Jumlah warga yang
tertulari pun ternyata diketahui semakin banyak. Bahkan kemudian anak sekolah
pun mulai ada yang terkena. Digital tracing yang sudah dipakai di Singapura
memang bisa dengan cepat mendeteksi warga yang melakukan kontak erat dengan
mereka yang positif Covid-19 varian B1617 itu. Singapura menggunakan
ukuran, mereka yang dianggap melakukan kontak erat adalah orang yang berada
dengan mereka yang positif Covid-19 pada jarak kurang dari dua meter dan
dalam jangka waktu minimal 15 menit. Dari data digital itu,
Kementerian Kesehatan Singapura mengirimkan pesan singkat kepada semua orang
yang dianggap melakukan kontak erat untuk segera melakukan tes PCR
(polymerase chain reaction) ke klinik terdekat. Mereka yang tak memenuhi
panggilan untuk melakukan tes PCR akan dikenakan hukuman denda, bahkan
penjara. Sejak
12 Mei Pada 12 Mei 2021 atau
sehari sebelum Idul Fitri, keputusan besar diambil Multi-Ministry Covid-19
Taskforce. Singapura menetapkan untuk kembali ke fase pengetatan. Warga hanya
boleh keluar rumah maksimal dua orang. Warga dilarang makan di restoran.
Semua kegiatan di ruang tertutup seperti gym atau bioskop juga dilarang
beroperasi. Bahkan seluruh sekolah
diminta untuk kembali dilakukan dari rumah (home base learning). Padahal
sudah 10 bulan, sekolah di Singapura kembali dilakukan dengan cara tatap muka
atau diperbolehkan belajar langsung di sekolah. Menteri Kesehatan Gan Kim
Young selaku ketua Satgas Covid-19 mengatakan, langkah pengetatan dilakukan
untuk mengendalikan penularan Covid-19 varian B1617. Selama satu bulan hingga
14 Juni akan dilihat perkembangan penularan di tengah masyarakat. Bahkan
larangan untuk sekolah diberlakukan hingga 28 Juni 2021. Memang
konsekuensinya pemerintah harus memberikan subsidi gaji kepada karyawan.
Sejak Februari 2020 telah dikeluarkan anggaran 26,7 miliar dollar Singapura
untuk membantu menambah pendapatan bagi dua juta tenaga kerja lokal. Evaluasi Tim Pakar
Kesehatan menyampaikan, hasil positif yang didapatkan dari program vaksinasi
adalah tingkat kesakitan ataupun angka kematian dari mereka yang sudah
divaksinasi sangat rendah. Dua warga yang meninggal dunia akibat Covid-19
setelah merebaknya varian baru hanya dua orang dan itu adalah warga lanjut
usia. Atas dasar masukan itu,
pemerintah mengubah kebijakan program vaksinasinya. Hingga akhir Juli
diharapkan sekitar 4,6 juta warga di Singapura sudah mendapatkan vaksinasi
pertama. Untuk menjawab keterbatasan jumlah vaksin, vaksinasi kedua yang
sebelumnya dijadwalkan antara tiga minggu sampai empat minggu diundur menjadi
enam minggu hingga delapan minggu. Sekarang ini vaksinasi
sudah dilakukan mulai usia 12 tahun. Bahkan kepada kelompok lansia, mereka
bisa langsung datang ke community center untuk mendapatkan vaksinasi, tanpa
harus membuat perjanjian terlebih dulu. Dengan langkah terobosan
itu, hingga 14 Juni lalu sebanyak 47,3 persen atau 2,7 juta warga Singapura
sudah mendapatkan suntikan pertama. Sementara yang sudah lengkap menjalani
dua kali vaksinasi mencapai 34,9 persen atau hampir 2 juta warga. Mulai
terkendali Langkah Pemerintah
Singapura untuk menginjak rem selama sebulan terakhir membawa hasil yang
baik. Meski masih terjadi kasus penularan, penyebaran sudah bisa
dikendalikan. Oleh karena itu mulai 14
Juni lalu, jumlah warga yang diperkenankan untuk berkumpul dinaikkan dari dua
orang menjadi lima orang. Hanya saja syaratnya, semua orang tetap diwajibkan
menggunakan masker ketika berada di luar rumah. Pelanggar akan dikenakan
denda uang 300 dollar Singapura. Bagi warga asing bahkan diancam dideportasi
dan dilarang bekerja di Singapura. Larangan makan di restoran
pun dicabut sejak 21 Mei lalu. Hanya jumlah orangnya masih dibatasi dua saja.
Kalau makan dilakukan di kediaman, diperbolehkan sampai lima orang. Pelajaran terpenting yang
bisa dipetik dari Singapura, Covid-19 itu tidak berpindah. Yang membuat virus
itu berpindah dan kemudian menulari orang lain adalah apabila ada pembawanya.
Dan pembawa Covid-19 itu adalah manusia. Kalau orang mau diam atau tinggal di
rumah pada periode waktu tertentu secara bersama-sama, Covid-19 pasti akan
menurun dan potensi untuk menulari orang lain juga menurun. Perekonomian Singapura
terselamatkan oleh pengorbanan warga untuk tak banyak keluar rumah dalam
sebulan terakhir ini. Pemerintah Singapura pun jadi lebih percaya diri
melakukan pelonggaran kembali karena masyarakat ikut disiplin menjaga diri,
khususnya untuk tak menjadi carrier dari Covid-19. Presiden Singapura Halimah
Yacob dalam pidato kepada masyarakat menyampaikan rasa terima kasih atas
kesadaran warga untuk bersama-sama menjaga kesehatan dan keselamatan bangsa.
Singapura bisa tangguh dan bertahan di tengah pandemi Covid-19 karena peran
aktif masyarakat. Pemerintah Singapura pun
sangat kompak untuk bersama-sama menangani Covid-19. Dalam situasi krisis,
tim Satgas Covid-19 tidak berubah. Meski Gan Kim Young sejak 15 Mei berpindah
menjadi Menteri Perdagangan dan Industri, tetapi sebagai orang yang satu
tahun lebih menangani Covid-19, ia tetap menjadi “Co-chair” Tim Satgas. Para pelaku usaha pun
menjadi merasa optimistis melihat perekonomian Singapura di 2021 ini. Ketika
kesehatan bisa dijaga dan penularan Covid-19 bisa dikendalikan, maka akan
didapat modal sosial yang kuat untuk menggerakkan perekonomian nasional. Sebaliknya pengalaman dari
India, ketika faktor kesehatan tak menjadi perhatian utama, maka sistem
kesehatan akan runtuh. Ketika sistem kesehatan kolaps, maka yang lebih
menonjol adalah kekhawatiran dan ketakutan. Kondisi itu akan membuat ekonomi
semakin terpuruk. Sekarang kita akan memilih
yang mana? Melihat penularan yang semakin menjadi-jadi dan korban yang
semakin meningkat, sepantasnya kita menerapkan pembatasan sosial berskala
besar seperti di awal Covid-19 tahun lalu. Kita butuhkan seorang komandan
yang memiliki kewenangan penuh untuk fokus menangani Covid-19, demi
menyelamatkan enam bulan tersisa 2021 ini. Strategi perang mengajarkan: lebih
baik mundur selangkah untuk maju seribu langkah. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar