Pilar
Utama adalah Rakyat
( Wawancara Khusus
)
Gatot Nurmantyo ; Panglima
TNI
|
KOMPAS,
05 Oktober 2015
Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal (TNI) Gatot
Nurmantyo adalah sosok yang dekat dengan masyarakat selama bertugas di Divisi
II Kostrad, Jawa Timur. Kedekatan itu mencerminkan komitmennya membawa TNI
agar tidak lupa jati diri dengan menghormati rakyat yang membesarkannya.
Ditemui di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta, Minggu (4/10)
pagi, sepulang berziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Gatot menjelaskan
berbagai hal berkait perjalanan TNI yang berusia 70 tahun pada Senin (5/10).
Berikut petikan wawancaranya.
Apa makna strategis HUT Ke-70 ini?
Saat ini, momentum paling penting adalah reformasi TNI secara
struktural dan kultural sudah sepenuhnya tuntas, dengan kekurangan yang masih
ada. Semua matra (AD, AL, dan AU) dan kesenjataan telah/sedang menuju
Kekuatan Minimum Terpenting (Minimum Essential Forces/MEF). Sesuai amanat
undang-undang (UU No 34/2004 tentang TNI), TNI merupakan tentara rakyat,
tentara pejuang, dan tentara profesional yang tidak terlibat politik praktis,
tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya serta mengikuti politik negara
sebagai acuan bertindak sesuai hukum, hak asasi manusia, dan hukum internasional.
Itu dilakukan agar masyarakat tahu bahwa TNI adalah milik rakyat. TNI itu
tentara rakyat. Pilar utama kekuatan TNI adalah rakyat.
Makna strategis HUT Ke-70 TNI adalah ini saat penyelesaian
secara utuh pembangunan TNI ke depan. Kita perlu mewaspadai Negara Islam di
Irak dan Suriah. Mereka tidak bicara agama, tetapi orang dari mana-mana ikut
bergabung. Ancaman ke depan adalah kelompok ekstrem keagamaan yang mengganggu
penganut Islam. Indonesia negara berpenduduk Muslim terbesar tentu rentan
terhadap gangguan ini dan harus waspada.
Bagaimana menjabarkan itu di lapangan?
Momentum ini juga momentum menjaga kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Ancamannya tidak lagi hanya bom, tetapi lebih bagaimana
mengintegrasikan semua komponen bangsa dan rakyat. Pilar utama TNI adalah
rakyat. TNI kuat jika bersama-sama dengan rakyat.
Kemerdekaan ini rakyat yang merebut. Rakyat bersatu berjuang
dengan bergotong royong. Dalam antropologi budaya, gotong royong itu memang
nilai kearifan lokal orang Indonesia yang merupakan masyarakat patriot dan
ksatria. Mereka rela berkorban.
Dari Sabang sampai Merauke, semua suku memiliki sifat-sifat
ksatria. Ada senjata pusaka dan tari perang sebagai bukti masyarakat yang
ksatria. VOC bisa menjajah Nusantara karena mempelajari kekhasan antropologi
budaya tersebut.
Dalam fungsi dan tugas TNI, TNI yakin rakyatlah kunci sukses
tugas-tugasnya. Seluruh prajurit harus dengan sadar memperlakukan rakyat
sebagai ibu kandung.
content
Dalam kesempatan ini, saya minta maaf kepada seluruh rakyat
Indonesia. Dalam perjalanan TNI, ada oknum-oknum yang membuat kesalahan.
Terhadap mereka, kami akan tindak sesuai hukum dan tidak ada pembelaan (dari
komandan).
Apakah ini juga berkait isu HAM?
Harus dipahami kalau ada penyelidikan dan penyidikan, itu
berarti bukan lagi pelanggaran HAM karena oknum prajurit sudah ditindak
sesuai hukum. Aparat yang melanggar hukum ditindak lebih keras dari orang
biasa. Pengadilan Militer terbuka untuk umum dan media dipersilakan meliput.
Bagaimana TNI berperan aktif dalam pembangunan? Apa betul
Babinsa TNI memaksa petani menanam padi dan sebagainya?
Begini, pada 7 Desember 2014 dalam apel dandim, danrem, dan
pangdam se-Indonesia, Presiden Joko Widodo memerintahkan Menteri Pertanian
untuk swasembada pangan dalam tiga tahun yang kalau tidak bisa, maka menteri
akan dicopot. Saat itu, Presiden memerintahkan TNI AD untuk melaksanakan
pendampingan. Sebagai KSAD, tentu saya langsung menjawab, siap Presiden.
Sepanjang sejarah NKRI, baru kali ini ada insentif besar-besaran
untuk petani lewat pembagian traktor, pengawasan penyaluran pupuk, pembagian
bibit, dan perbaikan irigasi.
Seharusnya panen padi naik 30 persen karena diawasi ketat
seperti sekarang ini. Jangan sampai momen swasembada pangan diganggu dengan
impor beras yang membuat harga gabah jatuh sehingga petani meninggalkan sawah
merantau ke kota dan menjadi buruh. Setelah terjadi urbanisasi dan ada
gejolak politik, bisa terjadi kekacauan dan negara bangkrut.
Dalam kondisi seperti ini, saya berinisiatif menggerakkan Bintara
Pembina Desa (Babinsa) belajar ilmu bertani ke Makassar, Sulawesi Selatan,
lalu kembali ke wilayahnya mendampingi para petani bekerja. Kami tidak
memaksa dan petani pun bahagia. Panen dan harga sudah bagus. Kita harus sadar
banyak orang Indonesia tidak waspada. Ada pihak yang tidak suka melihat
Indonesia sejahtera.
Untuk mencapai sasaran strategis itu seperti kemandirian pangan
dan lain-lain, TNI memainkan peran Operasi Militer Selain Perang (OMSP)
termasuk dalam hal pendampingan petani. Penjabarannya perlu dilakukan dalam
UU Perbantuan TNI. Kerja sama, gotong royong, saling percaya, serta memuji
dan musyawarah adalah nilai-nilai asli Indonesia yang dapat mendukung sasaran
strategis yang dilakukan TNI bersama rakyat termasuk dengan petani. Perang ke
depan adalah soal kekuasaan atas sumber daya energi, yakni ekonomi, pangan,
dan sumber daya air.
Bagaimana minat generasi muda masuk TNI?
Kita kewalahan. Banyak sekali yang berminat menjadi prajurit
TNI. Banyak sekali yang mendaftar dan tentu kita ingin mendapat yang
berkualitas. Ini bukti masyarakat sadar bela negara, bukan sekadar berkarier
untuk cari makan belaka.
Seharusnya UU Komponen Cadangan sudah dijalankan. Saya ingin
masyarakat juga terlibat bersama TNI menjaga pertahanan negara dan berbagi peran.
Bisa saja untuk 1/3 kekuatan TNI itu, masyarakat yang dikontrak. Ini bukan
militerisasi. Kalau itu tercapai, bangsa Indonesia menjadi masyarakat yang
disiplin, hebat dan kuat, tentu ditakuti bukan?
Masuk tentara itu tidak bayar. Kalau ada pungutan ini dan itu
tolong laporkan agar kami tindak. Ada pelaku yang kami tangkap orang biasa
dan ada juga oknum prajurit. Selanjutnya pendidikan di militer itu tidak
dikenai biaya apa pun.
Bagaimana hubungan kerja sama seperti dengan Amerika Serikat?
Kita bekerja sama dengan semua negara termasuk Amerika Serikat.
Dalam kasus Amerika Serikat, sistem pertahanan mereka berbeda, tetapi tentu
kita bisa pelajari. Demikian juga negara lain yang kita sesuaikan dengan
kondisi Indonesia.
Bagaimana pengadaan alutsista baru dan kebijakan zero growth
personel TNI?
Kalau anggaran dikurangi, kita mau bagaimana lagi. Kalau cinta
TNI, tolong dibantu agar anggaran TNI diperkuat. Kita pernah mengadakan
latihan anti teror di fasilitas swasta dan BUMN. Itu karena TNI belum punya fasilitasnya.
Seperti atraksi militer yang menggambarkan kekuatan laut dan udara TNI dalam
HUT he-70 ini, sebelumnya ada dua pilihan yakni di Teluk Tomini, Sulawesi
Tengah, dan dermaga Indah Kiat di Cilegon, Banten. Setelah ditinjau langsung
yang layak, efektif, dan efisien adalah dermaga Indah Kiat. Kita juga
mengundang 12.000 orang dari masyarakat biasa untuk menonton pesta rakyat
ini.
Dirgahayu TNI. Tentara rakyat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar