Mencegah Kepikunan
Agustine Dwiputri ; Penulis kolom “Konsultasi Psikologi”
Kompas Minggu
|
KOMPAS,
04 Oktober 2015
Acapkali kita berpikir bahwa kita
memiliki ingatan yang buruk. Misalnya, kita tidak dapat menemukan cincin yang
kemarin baru dilepas, atau lupa meninggalkan uang belanja di rumah, bahkan
mungkin lebih buruk lagi, lupa bahwa hari ini adalah ulang tahun perkawinan.
Gejala-gejala penurunan daya ingat
atau pikun atau mulai demensia memang menimbulkan perasaan khawatir dan tidak
tenang pada yang mengalaminya. Apalagi kita membaca di sejumlah media bahwa
salah satu bentuk demensia, yaitu gangguan alzheimer, ternyata makin banyak
jumlahnya beberapa tahun terakhir ini. Patut diapresiasi berbagai pihak yang
melakukan sosialisasi dan kegiatan lainnya sebagai gerakan peduli pada
penyandang gangguan ini.
Dalam kesempatan kali ini, penulis
juga ingin sedikit berbagi pengetahuan mengenai cara mencegah penurunan
fungsi memori sebagai salah satu gejala yang tampil pada penyandang
alzheimer, selain penurunan cara berpikir, berkomunikasi, dan berhubungan
sosial yang tentunya akan berdampak buruk pada cara penyandang dalam
menjalani kehidupannya sehari-hari.
Scott Hagwood (2006) menemukan
bahwa memori seseorang sangat mirip dengan tubuhnya, makin dilatih akan
menjadi makin kuat. Caranya terletak pada mengetahui bagaimana melakukan
latihan untuk memorinya. Adanya daya ingat yang kuat membantu menjelaskan
siapakah diri kita. Hanya pertanyaannya, berapa banyak waktu yang benar-benar
kita gunakan untuk melatih memori kita? Kita tidak akan berpikir dua kali
untuk pergi ke pusat kebugaran dan menghabiskan 30 menit berjalan di atas
treadmill. Hal ini disebabkan karena kita yakin bahwa aktivitas tersebut
memang benar bermanfaat untuk kebugaran fisik. Tetapi, untuk melatih ingatan
kita, rasanya kita perlu berpikir beberapa kali, benarkah kegiatan ini akan
efektif dan berhasil?
Apabila membicarakan kesehatan
fisik, penting untuk mencamkan bahwa hal ini merupakan suatu perjalanan,
bukan tujuan. Begitu pula halnya dengan kesehatan daya ingat, perlu ada
latihan yang terus-menerus diulang. Di dalam bukunya yang berjudul Memory Power, Scott Hagwood (2006)
menuliskan, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa dengan melakukan
beberapa kegiatan di bawah ini setidaknya empat kali seminggu, seseorang
dapat mengurangi risiko mengalami kepikunan apabila dibandingkan dengan orang
yang tidak melakukannya sama sekali.
1. Membaca secara kritis dan
analitis
Berhentilah sesering mungkin
setelah membaca beberapa kalimat dan coba ajukan pertanyaan. Apa yang
dimaksud penulis mengatakan kalimat tersebut? Apa latar belakang dia
mengatakannya? Bagaimana hubungan yang terjadi di antara mereka? Penelaahan
secara berkala selama membaca akan memperkuat memori dengan menjaga agar berbagai
fakta, peristiwa, dan detail karakter tetap segar dalam pikiran.
2. Gunakan tangan yang
tidakdominan secara lebih sering
Ingatlah, otak sebelah kiri Anda
mengontrol sisi kanan tubuh Anda, dan sebaliknya. Jika Anda dominan dengan
anggota tubuh sebelah kanan, cobalah memutar atau menekan tombol nomor
telepon atau menyikat gigi dengan tangan kiri Anda. Anda akan menemukan bahwa
Anda pasti harus memikirkan kembali bagaimana melakukannya. Kegiatan-kegiatan
semacam ini membantu untuk memperkuat berbagai koneksi kognitif.
3. Tulis dan simpanlah bukuharian
Setiap malam, tuliskanlah berbagai
kegiatan, perasaan, ataupun penilaian Anda mengenai hal-hal yang telah
terjadi pada hari tersebut. Hal ini akan membantu memperbaiki pemikiran,
seperti mengatur pikiran kita dan meletakkannya dalam suatu pola logis yang
masuk akal bagi kita, atau kepada seseorang dengan siapa kita peduli untuk
berbagi mengenai isi buku harian itu.
4. Mengisi teka-teki silang
Aktivitas ini tidak harus
melibatkan soal-soal yang sangat sulit. Yang Anda lakukan adalah menggunakan
sisi kiri otak Anda untuk secara logis memproses suatu petunjuk, kemudian
sisi kanan otak Anda menggabungkan berbagai petunjuk lain untuk menemukan apa
yang oleh para ilmuwan disebut ”aha! moment”. Dalam gambaran resonansi
magnetik, ada secercah pikiran yang muncul secara tiba-tiba di sisi kanan
otak, yang terjadi ketika jawaban untuk teka-teki tertentu telah ditemukan.
5. Memperluas kosakata
Dimilikinya kosakata yang luas
akan meningkatkan proses kreatif seseorang dan membantunya untuk memecahkan
berbagai hambatan sosial dan bisnis, yang acapkali dibentuk dengan suatu
leksikon (kamus) khusus. Lebih penting lagi, adanya kosakata yang luas
membantu Anda menafsirkan dunia di sekitar Anda, membantu Anda menyaring berbagai
pikiran dan ide-ide yang kompleks ke dalam kata-kata ataupun kalimat yang
tunggal. Tujuan dari dimilikinya kosakata yang luas tidak untuk menimbulkan
kesan hebat, tetapi untuk menafsirkan.
6. Lakukan permainan
Ambil kotak catur, papan main dam,
atau permainan strategis lainnya. Permainan semacam ini meningkatkan
kesadaran spasial, logika, imajinasi, dan kreativitas kita.
7. Berolahraga
Latihan fisik jelas membantu
proses mental kita (menurut penulis termasuk di sini melakukan yoga, menari
poco- poco dan olah tubuh lainnya). Orang-orang yang terlibat dalam latihan
aerobik secara teratur melaporkan bahwa daya perencanaan mereka menjadi lebih
lancar, perhatian mereka lebih terfokus, dan kurang mengalami stres.
8. Mainkan sebuah alat musik
Anda tidak harus berharap dapat
terlibat dalam kegiatan manggung bersama suatu grup band, cukup hanya
menghadapi adanya tantangan dengan belajar memainkan suatu alat musik. Studi
mengenai sel-sel otak yang dimiliki para musikus menunjukkan bahwa mereka
memiliki hingga sepuluh ribu dendrit pada setiap sel otaknya, suatu
penghargaan untuk kompleksitas yang diperoleh dari belajar membaca,
menafsirkan, dan bermain musik selama ini.
9. Belajarlah sebuah bahasa lain
Sekali lagi, Anda tidak perlu
bercita- cita untuk menjadi lancar. Belajar bahasa lain melibatkan penggunaan
berbagai area otak dan keterampilan sekaligus, termasuk kosakata,
keterampilan mendengar, berimajinasi, membaca, dan banyak hal lainnya.
Mari terus melatih memori kita. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar