Haji dan Kesehatan
Tjandra Yoga Aditama ; Anggota Emergency Committee on MERS CoV;
Kepala Badan Litbang Kesehatan
Kementerian Kesehatan
|
KOMPAS,
02 September 2015
Sejak 20 Agustus lalu,
jemaah haji Indonesia sudah berangkat ke Tanah Suci. Selain aspek ibadah
menjadi tujuan utama, ada aspek pendukung, seperti pemondokan, transportasi,
makanan, dan tentu saja kesehatan, agar tujuan utama terlaksana.
Pada dasarnya ada tiga
masalah kesehatan umum yang memengaruhi daya tahan tubuh para jemaah haji
kita. Pertama, kegiatan fisik yang cukup berat, khususnya jalan kaki dan
berdesak di kerumunan orang. Kedua, situasi di pemondokan yang berbeda dengan
situasi di rumah sehari-hari, dan ketiga, semacam benturan budaya di Arab
Saudi dengan kebiasaan di Tanah Air.
Khusus untuk 2015,
setidaknya ada dua hal tambahan yang memerlukan perhatian khusus kita,
yaitukewaspadaan terhadap kemungkinan MERS CoV dancuaca yang cukup panas
selama musim haji ini.
MERS CoV
MERS CoV adalah
penyakit yang masih terus terjadi di Arab Saudi. Sampai akhir Agustus 2015 di
Arab Saudi ada 1.184 kasus MERS CoV. Sebanyak 509 kasus di antaranya
meninggal. Artinya, angka kematian penyakit ini, 43 persen, masih cukup
tinggi.
Pada hari-hari pertama
jemaah haji kita berangkat, ada berita puluhan dokter dan petugas RS King
Abdul Aziz di Arab Saudi tertular MERS. Perlu ditegaskan bahwaRS itu
berlokasi di Riyadh, bukan di daerah yang akan dilalui jemaah haji. Memang
terus ada peningkatan kasus di Arab Saudi, dan—seperti juga di Korea Selatan—maka
penularan yang meluas di Riyadh pada Agustus ini bermula dari satu pasien,
lalu menular ke puluhan orang lain.Selain itu, sepertijuga di RS di Korea
Selatan, penularan luas di RS di Riyadh ini juga bermula di instalasi gawat
darurat.
Gedung tempat
penularan pertama suatu penyakit memang selalu menjadi perhatian untuk
mencegah wabah meluas.Dari pengalaman wabah penyakit SARS 2013, kasus bermula
dari Hotel Metropole di Hongkong, lalu hotel itu di tutup. Maka, salahsatu
kecaman ke Kementerian Kesehatan Korea Selatan adalah terlambat memberi tahu
masyarakat tentang 24 RS yang merawat dan menularkan MERS, yang kemudian juga
ditutup sebagian. Pada 20 Agustus 2015 akhirnya Arab Saudi menutup instalasi
gawat daruratnya.
Walaupun kasus Agustus
2015 terjadi di RS di Riyadh, tidak ada salahnya kita waspada. Tentu juga
tidak perlu panik karena pemerintah setempat sedang bekerja keras menangani
letusan MERS CoV ini.
Kenyataannya, jemaah
haji kita yang sakit (terkena penyakit umum yang diderita jemaah haji) dapat
dirujuk dari Balai Pengobatan Haji Indonesia ke RS Arab Saudi, baik di
Jeddah, Mekkah, maupun Madinah. Bisa juga jemaah sakit langsung datang atau
dibawa ke RS Arab Saudi di kota-kota itu.
Ada tiga hal yang
harus dijaga bila jemaah haji kita terpaksa datang ke RS Arab Saudi. Pertama,
selalu dan lebih seringlah cuci tangan pakai sabun yang secara ilmiah
terbukti menurunkan kemungkinan infeksi, dan jangan terlalu sering memegang
hidung dan mulut dengan tangan kotor kita.
Kedua, selama di RS
sedapat mungkin hindari kerumunan orang, terutama di poliklinik dan bangsal
gawat darurat. Pengalaman di Koreamenunjukkan, seorang pasien yang sedang
menunggu masuk rawat inap di bangsal gawat darurat batuk-batuk dan menulari
banyak orang. Kejadian di RS King Abdul Azis juga bermula dari bangsal gawat
darurat, hanya belum jelas pola penularannya.
Ketiga, upayakan
seminimal mungkin menyentuh benda-benda yang dipegang orang/pengunjung RS.
Hal ini memang tidak terlalu mudah karena kita toh terpaksa harus pegang gagang
pintu, misalnya, atau sandaran kursi, meja pendaftaran, dan lain-lain.
Intinya, ekstra waspada dan selalu jaga kebersihan.
Selain itu,karena MERS
CoV ditularkan melalui percikan dahak, perlu dijaga kebersihan saluran napas,
antara lain dengan etika batuk, penggunaan masker dan lain-lain. Etika
batuk adalah selalu menutup mulut dan hidung ketika batuk dengan bagian atas
lengan baju, atau dengan tangan, tetapi segera cuci tangan setelah itu.
Jangan mengunjungi
peternakan unta dan jangan mengonsumsi susu unta mentah.
Data juga menunjukkan,
60-70 persen pasien MERS CoV adalah mereka yang sudah punya penyakit penyerta
sebelumnya, disebut ko-morbid. Penyakit penyerta ini bisa gangguan paru
kronik, jantung kronik, ginjal kronik, diabetes melitus, hipertensi, dan
seterusnya. Artinya, mereka yang sejak dari Tanah Air memiliki penyakit
kronik perlu ekstra hati-hati dan lebih saksama mempersiapkan pencegahan dan
penanganan penyakitnya itu, termasuk rutin mengonsumsi obat selama di Tanah
Suci.
Cuaca panas dan penyakit
Tahun ini cuaca pada
musim haji lebih dari 40oC walaupun sudah beberapa kali turun hujan.Cuaca
yang panas dapat berhubungan dengan setidaknya tiga hal, yaitu
kemungkinanheat stroke, dehidrasi, dan penurunan daya tahan tubuh. Ketiga hal
ini perlu dicegah agar tak terjadi.
Selama di luar
pondokan, gunakanlah payung, kalau perlu gunakankacamata hitam agar mata
tidak terlalu perih. Jangan lupa membawa semprotan air dan handuk kecil, dan
sering-sering digunakan. Sebaiknya tidak berjalan-jalan yang tidak perlu,
apalagi cuaca amat panas.
Untuk mencegah
dehidrasiharus banyak minum, setiap jam minum setidaknya satu gelas. Juga
perbanyakkonsumsi buah-buahan segar yang banyak dijumpai di Mekkah dan
Madinah. Namun, buah dan sayur perlu dicuci bersih sebelum dikonsumsi.
Selain MERS CoV, kita
perlu juga mewaspadai ebola meski jumlah kasusnya turun tajam di
Afrika.Anjuran cuci tangan pakai sabun juga berlaku untuk pencegahan ebola.
Pencegahan lain adalah jangankontak langsung dengan pasien ebola dan
membatasi kontak dengan kerabat pasien yang baru mengunjungi pasien. Selain
itu, sedapatmungkin hindari pemakaman pasien ebola, khususnya yang ada ritual
mencium jenazah dan kontak langsung dengan jenazah.
Harus pula diwaspadai
kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas, baik karena udara yang
amat kering, turunnya daya tahan tubuh, penuhnya kerumunan manusia, dan debu
yang beterbangan.
Pola bersih sehat
Untuk mereka yang
sudah tiba di Tanah Suci, yang penting adalah selalu menjalankan pola hidup
bersih dan sehat agar daya tahan tubuh terjaga baik. Perlu makan makanan
bergizi, cukup beristirahat, dan jangan terlalu memaksakan diri. Persiapkan
diri untuk menghadapi puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah dan mabit di
Mina.
Jemaah perlumengenal
fasilitas kesehatan yang ada di Arab Saudi pada musim haji, mulai dari
petugas kesehatan kloter, pelayanan kesehatan di sektor, Balai Pengobatan
Haji Indonesia, hingga lokasi RS Arab Saudi untuk rujukan.
Jikajemaah berangkat
bersama orang lanjut usia dan atau yang sudah sakit, perlu perhatian khusus,
termasuk bagaimana menemani di pondokan, menyewa kursi roda atau kemungkinan
ikut safari wukuf dan lainnya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar