Senin, 22 Desember 2014

Takut Tua

Takut Tua

Agustine Dwiputri  ;  Penulis kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas Minggu
KOMPAS,  21 Desember 2014

                                                                                                                       


Menjadi tua acap kali merupakan hal yang mengkhawatirkan banyak orang muda. Pandangan umum mengenai kondisi menjadi tua berkonotasi dengan tidak mampu lagi secara fisik, kesepian, tidak punya teman, ada penurunan daya pikir, finansial, kesehatan, ataupun aspek lainnya. Bagaimana sebaiknya kita bersikap?

Karl Pillemer PhD (2011), sosiolog yang juga mempelajari gerontologi (ilmu psikologi tentang lanjut usia), telah menghimpun berbagai pandangan para ahli yang berusia lanjut dan menyampaikan beberapa hal agar dapat mengurangi kekhawatiran tersebut.

Disebutkan bahwa kebanyakan budaya takut pada usia tua. Kita membedakan orang-orang yang tua dari yang muda secara fisik, sama seperti kita menekan kesadaran akan penuaan kita sendiri. Padahal untuk menjalani kehidupan yang ”penuh dan kaya” kita justru harus meningkatkan kesadaran akan penuaan kita sendiri. Penyangkalan justru merupakan musuh terburuk kita: kita gagal merencanakan kehidupan nanti dan secara sia-sia takut pada suatu masa depan negatif yang mungkin tidak pernah terjadi.

Ada lima hal yang dapat kita pelajari yang berfokus pada kesadaran dan adaptasi terhadap penuaan.

1. Menjadi tua jauh lebih baik daripada yang dipikirkan.

Penuaan adalah salah satu hal paling asing yang terjadi pada manusia. Penuaan merupakan suatu proses yang tak seorang pun dapat menghindarinya sehingga semua manusia memiliki setidaknya satu kesamaan, yaitu sama-sama beranjak tua. Namun, sangat sulit bagi kebanyakan orang untuk membayangkan diri mereka sebagai seorang yang tua.

Disarankan agar tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan tentang menjadi tua. Hal ini dapat menjadi masa dari adanya kesempatan, petualangan, dan pertumbuhan. Pandanglah masa tua sebagai sebuah pencarian, bukan suatu akhir.

2. Bertindaklah saat ini seperti kita akan membutuhkan tubuh kita selama seratus tahun.

Jika sebagian besar dari kita berpikir bahwa bagaimana perilaku kita saat ini akan berpengaruh pada kita nanti, para ahli mengatakan bahwa fokus kita ini sama sekali salah. Kita sedang berpikir tentang kematian, ketika kita harus berpikir tentang penyakit. Hal itu akan menuntun kita untuk membuat berbagai keputusan yang buruk sekarang ini dan dapat meninggalkan kesengsaraan di tahun-tahun berikutnya.

Para ahli mengatakan, hendaknya kita berhenti untuk berpikir: ”Saya tidak peduli berapa lama aku hidup” sebagai alasan untuk melakukan berbagai kebiasaan kesehatan yang buruk, seperti merokok, kebiasaan makan yang buruk, dan tidak aktif secara fisik.

Kita perlu mengubah gaya hidup sejak awal kehidupan, tidak untuk hidup lebih lama, tetapi untuk hidup lebih baik di usia kita yang enam puluhan, tujuh puluhan, dan seterusnya.

3. Jangan khawatir tentang kematian.

Jangan menghabiskan banyak waktu meresahkan soal kematian. Para ahli merekomendasikan perencanaan yang matang dan terorganisasi untuk suatu akhir kehidupan. Kekhawatiran yang paling sering disebutkan adalah perilaku tidak terorganisasi dan meninggalkan beban pekerjaan bagi keluarga mereka. Berencana ”melakukan perjalanan” dipandang sebagai perilaku yang bertanggung jawab serta menyediakan sumber kenyamanan yang nyata.

4. Terhubung secara sosial.

Kita perlu memandang secara serius ancaman isolasi sosial di usia pertengahan dan seterusnya serta melakukan berbagai upaya yang disadari sejak usia ini untuk tetap terhubung melalui kesempatan belajar dan hubungan yang baru. Membina hubungan dengan teman lama maupun menjalin hubungan baru dengan orang lain dapat menimbulkan kepuasan dan peran sebagai seorang yang bermakna bagi orang lain. Hal ini sangat erat hubungannya dengan kesehatan secara fisik maupun psikologis.

5. Rencana ke depan tentang di mana kita akan tinggal.

Di mana kita akan hidup ketika beranjak lansia perlu mempertimbangkan berbagai aspek dan sifatnya sangat individual. Apabila kenyataannya kita sudah tak punya pasangan hidup dan rumah yang kita tinggali sangat besar dan terpencil letaknya, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan keamanan atau rasa kesepian, dapat dipertimbangkan tawaran anak untuk tinggal bersama mereka saja atau pindah ke suatu komunitas lanjut usia.

Terkadang kita kurang memperhitungkan bahwa lansia tetap membutuhkan agar lebih leluasa dalam bertindak serta tak dapat terus menoleransi banyak hal di keluarga yang berisi lebih dari dua generasi. Upayakan agar kita tidak membiarkan ketakutan dan prasangka menghalangi kita atau anggota keluarga lainnya untuk mempertimbangkan agar kita dapat pindah ke sebuah komunitas lansia. Langkah tersebut sering membuka peluang untuk hidup yang lebih baik.

Melawan penuaan
                                    
Jangan terpengaruh pada serangkaian iklan untuk ”obat anti penuaan”. Seluruh subkultur telah menjamur, menjanjikan untuk membentuk kembali wajah dan tubuh Anda, dengan demikian mengalahkan proses penuaan. Perusahaan kosmetik telah bergabung, memompa gelombang udara penuh iklan untuk berbagai produk agar membuat Anda lebih awet muda.

Terhadap semua ini, para ahli mengatakan: ”Lupakan saja!” Pelajaran utama tentang penuaan adalah ”jangan melawannya”. Sebaliknya mereka mendorong kita semua untuk menerima proses penuaan dan menyesuaikan kegiatan kita pada perubahan kemampuan maupun lingkungan fisik kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar