Hidup
Adalah Terang Manusia
Simon Filantropha ; Pendeta GKI
|
JAWA
POS, 25 Desember 2014
HARUS
diakui, perkembangan dan kemajuan Kabupaten Banyuwangi teramat pesat.
Beberapa festival seni tradisional maupun modern, fashion, olahraga
bersepeda, dan makanan kerap digelar begitu megah dan mewah setiap tahun.
Tidak tertinggal, tempat-tempat wisata pun digarap secara serius sehingga
menjadi daya tarik kunjungan wisata. Misalnya, Pulau Merah, Pantai Plengkung,
dan Gunung Ijen. Fasilitas transportasi bandara udara juga tersedia dan
dilayani dua perusahaan penerbangan terkemuka setiap hari.
Biasanya,
para pelancong yang ingin menikmati keindahan Gunung Ijen akan berangkat
mendaki pada dini hari (kira-kira pukul 01.00 atau 02.00) tatkala gelap
gulita masih menyelimuti sekitarnya. Sesampai di puncak Ijen, mereka bisa
menyaksikan blue fire di sekitar penambangan belerang lereng kawah Ijen.
Setelah itu, mereka menunggu matahari muncul dari ufuk timur.
Ternyata,
terang matahari itu muncul dari dalamkegelapan, bukan di luar kegelapan.
Itulah keindahan terang. Bahwa terang yang paling benderang dan bermanfaat
adalah terang yang muncul dari dalam kegelapan. Terang itu tidak menjauhi
kegelapan. Terang itu mengenyahkan kegelapan karena ia muncul dari dalam
pekatnya kegelapan. Segara tampak kawah Ijen yang begitu luas menghampar
pandangan mata dan mulut pun mengucap syukur atas keindahan ciptaan Tuhan.
Natal
mewartakan bahwa Sang Terang Ilahi datang ke dalam dunia, lalu muncul dari
dalam dunia yang muram, suram, buram, serta gelap gulita. Kegelapan sirna
berganti terang benderang yang muncul dari dalam kegelapan. Kemudian,
kehidupan berjalan dan berlangsung dengan aman serta nyaman karena adanya terang.
Cipta, karsa, dan karya mengerjakan kehidupan turut serta bergerak karena
adanya sinar cahaya yang menerangi mereka. Bagaimana menjadi terang yang
muncul dari dalam kegelapan?
Injil
Yohanes 1: 4 memberitakan, ’’Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang
manusia’’. Niscaya, tema tersebut mendapat inspirasi dari ayat itu, kemudian
mengapresiasinya menjadi kabar baik Natal: ’’Hidup Adalah Terang Manusia’’.
Desember
adalah bulan yang penuh peristiwa pejuang kehidupan. Tanggal 7 Desember 2014
diperingati sebagai 10 tahun wafatnya Munir(lahir 8 Desember), seorang
pejuang HAM yang mengajarkan dan mengajak kita untuk menghormati hidup
manusia, namun dia dibunuh dalam perjalanan ke Belanda untuk studi lanjut.
Tanggal
9 Desember dirayakan sebagai Hari Antikorupsi Sedunia guna menyadarkan dan
mengajak kita bahwa perilaku korupsi adalah kejahatan dan kekejaman terhadap
hidup manusia serta penghuni bumi lainnya. Korupsi menghadirkan bencana
dahsyat dalam hidup kita.
Tanggal
10 Desember dirayakan sebagai Hari HAM Sedunia yang menganjurkan kita
menjunjung tinggi harkat dan martabat hidup manusia dalam kepelbagaiannya.
Pelanggaran HAM adalah tindakan membunuh hidup sehingga terang manusia pun
padamlah.
Tanggal
22 Desember dirayakan sebagai Hari Ibu Indonesia guna menginsafkan kita untuk
menghormati serta menjaga para ibu karena mereka melahirkan kehidupan (baca:
kita) ini lewat banyak kesakitan. Ibu menjadi simbol hidup dan menghidupi.
Tanggal
30 Desember 2014 diperingati sebagai 5 tahun wafatnya Abdurrahman Wahid (Gus
Dur), seorang tokoh hebat pejuang kemanusiaan di sepanjang hidupnya. Beliau
senantiasa menjelmakan sikap atau tindak cara hidup menghormati dan merawat
perbedaan berdasar kemanusiaan. Siapa pun wajib dijamin hak hidupnya di
persada Nusantara ini.
Wafatnya
Gus Dur dan Munirmembuat wajah negeri kita muram, suram, dan kelam bak malam
tiada berbintang. Kita betul-betul kehilangan orang-orang yang dengan sadar
dan sengaja mempertaruhkan seantero hidupnya untuk menghormati, menyukai,
merawat, serta memperindah hidup ini. Mereka menitipkan nilai-nilai hidup
mereka kepada kita kini dan di sini.
Nah,
Natal kembali kita peringati dan rayakan di tengah aneka peristiwa hidup di
bumi pertiwi Nusantara tercinta. Gema Natal mengumandangkan warta kesukaan
dan pengharapan bahwa ’’hidup adalah terang manusia yang muncul dari dalam
kegelapan’’.
Yesus
menitipkan dan mewariskan terang-Nya kepada kita supaya kita tidak menjauhi
apalagi memaki kegelapan yang sedang melingkupi kita. Menjalani hidup dengan
segala kebajikan dan keluhuran budi berarti menghormati, menyukai,
memelihara, serta memperelok hidup ini. Yakinilah, manakala pesona hidup ini
masih ada, sinar cahaya manusia juga masih memancar benderang.
Tetaplah berlaga memperindah hidup adalah terang manusia! Selamat Natal
2014. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar