Bung
Karno dan Kisah di Balik Lukisan Gatotkaca, Pergiwa, Pergiwati Guntur Soekarnoputra ; Pemerhati Sosial |
KOMPAS, 14 Agustus 2021
Melihat
ilustrasi sebuah lukisan koleksi Bung Karno di harian Kompas saya jadi ingat
bagaimana proses lukisan tersebut dibuat. Lukisan tersebut menggambarkan
pahlawan Pandawa, Gatotkaca, sedang terbang dan menjulurkan tangan menggapai
Pergiwa dan Pergiwati untuk dibawa terbang ke angkasa. Sebagaimana cerita
dalam wayang Purwa, Gatotkaca kemudian mempersunting Pergiwa dan Pergiwati
untuk menjadi istrinya. Dalam
Mahabharata, versi India (versi asli), tidak dikemukakan adanya istri-istri
Gatotkaca. Bung Karno mendapatkan ide untuk membuat lukisan tersebut karena
di era tahun 1950-an setiap perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, malam
harinya selalu diadakan malam kesenian yang menyuguhkan tarian-tarian dari
daerah-daerah. Untuk
daerah Jawa Tengah, khususnya Kota Solo, biasanya disuguhkan tarian Gatotkaca
dan Pergiwa yang penarinya adalah seorang maestro tari Gatotkaca dari
Sriwedari Solo bernama Rusman sebagai Gatotkaca dan istrinya, Darsi, sebagai
Pergiwa. Raksasa (buto) lawan Gatotkaca diperankan Surono. Mereka adalah
seniman-seniman tari dari Solo yang menjadi kesayangan Bung Karno. Saya juga
pernah berguru tarian Gatotkaca selama sekitar satu tahun kepada Rusman yang
didatangkan secara khusus dari Solo ke Istana Merdeka untuk melatih saya. Dari
hal tersebut di atas, Bung Karno mendapat inspirasi untuk membuat sebuah
lukisan berukuran besar, Gatotkaca sedang terbang menggapai Pergiwa dan
Pergiwati, yang dilukis oleh Dullah sekitar tahun 1956. Bung
Karno saat itu benar-benar mengikuti setiap tahap Dullah melukis lukisan
tersebut. Sebagaimana biasanya, pelukis Dullah selalu memerlukan model
apabila harus melukis figur manusia. Setelah berembuk dengan Dullah, Bung
Karno menentukan salah satu staf protokol Istana Merdeka yang juga anggota
Detasemen Kawal Pribadi dari kesatuan Brimob sekaligus Ketua Tim Paskibraka
ketika itu, bernama Prihatin, untuk menjadi model Gatotkaca. Sedangkan untuk
Pergiwa dan Pergiwati diambil model dari dua karyawati Sekretariat Negara.
Terus terang saya lupa namanya. Adapun lukisan dibuat di atas kanvas
berukuran sekitar 2 meter x 1,5 meter. Dullah
melukis lukisan tersebut di hall (aula) Istana Merdeka tempat sidang-sidang
kabinet dilakukan hampir setiap hari dari pukul 09.00 sampai dengan makan
siang dan dilanjutkan sampai sore hari, dengan model-model tadi, di bawah
pengawasan langsung Bung Karno. Apabila
sedang tidak ada tugas-tugas sekolah, saya kadang-kadang diminta membantu
mencampur cat-cat merek Rembrandt sesuai dengan warna yang dikehendaki Bung
Karno. Setelah bekerja selama dua bulan sejak tahap sketsa sampai dengan
sentuhan akhir, jadilah sebuah lukisan Gatotkaca, Pergiwa, dan Pergiwati. Setelah
lukisan selesai dan cat sudah benar-benar kering, lukisan yang sudah
dibingkai tadi kemudian oleh Bung Karno diinstruksikan agar digantung di
tengah dinding sebelah kiri di aula Istana Merdeka. Posisi lukisan di era reformasi Ketika
Indonesia diserang oleh ”agresi” setan siluman Covid- 19 tahun 2020 pada 8
Februari 2021 saya berkesempatan
bertemu Presiden Joko Widodo untuk membicarakan beberapa hal. Setelah
selesai pertemuan, saya sempatkan untuk ”melongok” beberapa ruangan di Istana
Merdeka, antara lain hall tempat Bung Karno memimpin sidang-sidang kabinet.
Ternyata dinding sebelah kiri, di mana dahulu tergantung lukisan Gatotkaca,
Pergiwa, dan Pergiwati karya Dullah, telah kosong tanpa lukisan. Sayang saya
tidak sempat bertanya kepada Presiden di mana saat ini lukisan tersebut kini
digantungkan. Penempatan
lukisan tadi tidak dapat di sembarang dinding mengingat besarnya lukisan
tersebut. Menurut hemat saya, lukisan tadi hanya dapat ditempatkan di Istana
Bogor atau Istana Cipanas yang mempunyai dinding yang luas ukurannya. Saya
berharap mudah-mudahan lukisan tersebut tetap digantungkan di dinding istana
dan jangan masuk gudang. Ada
juga kekhawatiran saya jangan-jangan lukisan tersebut di era Orde Baru
”dipinjamkan” kepada para petinggi Orde Baru, seperti beberapa lukisan
koleksi Bung Karno lainnya yang kini raib. Lukisan tersebut merupakan salah
satu lukisan karya Dullah yang sifatnya spektakuler dan monumental, dan
menjadi salah satu kesayangan Bung Karno dari 3.000 koleksi lukisan yang
lain. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar