KLB
Demokrat, Balas Dendam Politik Kubu Anas Urbaningrum ke SBY M Qodari ; Direktur Eksekutif Indo Barometer,
Jakarta |
DETIKNEWS,
06 Maret
2021
Acara politik yang dilabeli Kongres Luar
Biasa (KLB) Demokrat betul-betul terjadi di Deli Serdang, Sumatera Utara,
untuk menetapkan KSP Moeldoko sebagai Ketum Partai Demokrat. KLB tersebut
ditengarai bisa terjadi karena kerja dari dua musuh SBY. Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari
menilai ada motivasi dendam politik di balik pelaksanaan KLB. Menurut Qodari,
perpecahan di internal Partai Demokrat akibat Kongres 2010 masih terjadi. "Saya lihat gini, memang ada dendam
politik, tapi lebih kepada dendam politik orang-orang yang dulu berseteru
dengan katakanlah Cikeas. Jadi menurut saya ini residu dari pertarungan
politik 2010, dan akumulasi selanjutnya," kata Qodari saat dihubungi
detikcom, Jumat (5/3/2021). Di Kongres Partai Demokrat 2010, SBY yang
menjagokan Andi Malarangeng kalah dari Anas Urbaningrum yang terpilih sebagai
Ketum pada periode itu. Saat itu, kata Qodari, Anas Urbaningrum juga
menguasai DPC dan DPD. "Kalau kita lihat 2010 itu kan SBY kan
kaget ya karena calonnya jagoannya kalah, Andi Malarengeng kalah telak, cuma
dapat 82 suara dari 527 suara, cuma 15% aja, lalu Anas Urbaningrum terpilih,
memang ada akomodasi berupa Ibas jadi Sekjen kan begitu. Lalu setelah itu di
daerah terjadi Musda di DPD dan DPC, dan terjadi dinamika baru bahwa yang
menang itu orangnya Anas semua, sehingga akhirnya Anas menguasai Partai
Demokrat," ucapnya. Namun kekuasaaan Anas Urbaningrum di
Demokrat terhenti ketika tersandung kasus dan ditetapkan sebagai tersangka
korupsi pada tahun 2013. Saat itulah KLB 2013 terjadi dan menurutnya
terbentuk pula perjanjian antara Anas Urbaningrum dan SBY terkait persyaratan
SBY menjadi ketum. "Anas menjadi tersangka, begitu
tersangka, berhenti jadi ketum muncul lah namanya KLB 2013. Nah KLB 2013
Marzuki Alie mau maju jadi ketua umum, Anas juga mundur dan katakanlah membuka
pintu bagi (SBY) KLB gitu ya, kan di daerah orang dia semua, orang Anas semua
itu dia, nah membuka pintu bagi kongres itu dengan catatan orang-orang Anas
diakomodasi oleh SBY itu," ujarnya. Namun kenyataannya, kata Qodari, SBY tidak
pernah mengakomodasi orang-orang Anas Urbaningrum, dan Marzuki Alie juga
menjadi korban perjanjian Anas Urbaningrum dan SBY. Dari sinilah, menurutnya
dendam itu muncul dan terjadilah KLB Demorkat dengan pencetus orang-orang
Anas Urbaningrum dan Marzuki Alie. "Nah menurut yang saya dengar
orang-orang Anas itu tidak diakomodasi, jadi istilahnya kubu Anas tersingkir,
Marzuki Alie juga makin tersingkir juga. Nah itu yang menjelaskan kalau kita
lihat pemain utama pada hari ini itu kan misalnya Jhoni Allen Marbun, siapa
Jhoni Allen? itu motor dan operatornya Anas Urbaningrum tahun 2010, katanya
di situ ada Nazar (Nazaruddin), itu kan timnya Anas juga, dan Nazar
bendaharanya Demokrat waktu itu, lalu siapa? Marzuki Alie walau Marzuki
mengatakan 'sebetulnya saya tidak terlibat, tapi karena saya dipecat ya saya
tidak ada pilihan lagi, ya sudah saya melawan', jadi ini sebetulnya
bergabungnya 2 musuh SBY," jelasnya. Tak hanya masa lalu, Qodari juga
menganalisis ada 2 persoalan masa kini dan masa depan yang menyebabkan
akumulasi keinginan KLB semakin besar. "Masalah di masa lalu adalah soal
partai katanya Demokrat mau jadi partai terbuka tapi kok sekarang jadi partai
keluarga, ya sulit dibantah itu soal partai keluarga dari AD/ART itu saling
mengunci itu. Kemudian janji politik, akomodasi kubu Anas dan kubu Marzuki
yang tidak terjadi. Lalu masalah sekarang pro kontra misalnya soal iuran dari
daerah ditarik ke pusat, kemudian dari daerah dimintain dana tapi nggak
dibalikin lagi untuk pilkada nggak sesuai janji, lalu masa depan adalah soal
nasib Demokrat apakah suara naik apa turun, nah 3 masalah ini sebetulnya
berakumulasi," ungkapnya. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar