Minggu, 07 Maret 2021

 

Cermat Menggunakan Frasa ”Tidak Menutup Kemungkinan”

 Nur Adji ; Penyelaras Bahasa Kompas

                                                        KOMPAS, 06 Maret 2021

 

 

                                                           

Tidak hanya kalangan awam, kalangan yang setiap hari bergulat dengan bahasa, kini, sangat keranjingan menggunakan gabungan kata tidak menutup kemungkinan. Ada yang latah, ada pula yang dengan penuh keyakinan menggunakannya.

 

Adakah yang keliru dari penulisan gabungan kata itu?

 

Tidak ada yang keliru sebenarnya. Tidak menutup kemungkinan berarti ’kemungkinan yang akan terjadi atau kemungkinan yang dilakukan bisa saja terjadi’. Bisa juga berarti ’terbuka kemungkinan atau terbuka peluang untuk terjadinya sesuatu’.

 

Yang keliru adalah jika gabungan kata tersebut tidak digunakan atau ditempatkan pada posisi yang sebenarnya. Ujung-ujungnya, penggunaan atau pemosisian yang tidak tepat dapat menimbulkan taksa.

 

Berikut beberapa contoh yang diambil dari judul berita sejumlah media massa daring.

 

1.   Antonio Conte Tak Menutup Kemungkinan Ganti Taktik

2.   Arie Kriting Tak Menutup Kemungkinan Terjun ke Politik

3.   Menko Luhut: Pemerintah Tak Menutup Kemungkinan Melarang Mudik Tahun Ini

4.   Tito: Tidak Menutup Kemungkinan KNPB Ditetapkan Sebagai Organisasi Terlarang

5.   Tidak Menutup Kemungkinan PDIP Usung Anies di Pilkada DKI Jakarta

6.   Kemenhub: Tak Menutup Kemungkinan, Pemerintah Akan Larang Mudik 2019

7.   Pasien yang Sembuh dari Virus Korona Tidak Menutup Kemungkinan Tertular Kembali

 

Tujuh contoh itu menunjukkan empat hal yang berbeda. Contoh 1-3 memperlihatkan bahwa yang ”tidak menutup kemungkinan” adalah subyek kalimat (Antonio Conte, Arie Kriting, dan Pemerintah).

 

Contoh 4 dan 5 menunjukkan bahwa subyek atau pelaku yang ”tidak menutup kemungkinan” tidak jelas. Bisa seseorang, seperti Tito; bisa juga lembaga, seperti KNPB dan PDIP.

 

Adapun contoh 6 menunjukkan bahwa subyek kalimat sudah jelas  (pemerintah). Namun, subyek kalimat tidak diletakkan di awal, tetapi di tengah. Kelihatannya penulis ingin mementingkan predikat daripada subyeknya.

 

Demikian pula contoh 7. Subyek yang ”tidak menutup kemungkinan” sangat jelas (pasien yang sembuh dari virus korona). Namun, ketidaksesuaian antara subyek dan predikat menyebabkan maknanya berbeda. Secara gramatikal tidak salah, tetapi keliru secara leksikal.

 

Hindari taksa

 

Pada contoh 1-3, penempatan ”tak menutup kemungkinan” yang tepat menyebabkan makna kalimat menjadi jelas. Selain gramatikal, ketiga contoh tersebut juga tepat secara leksikal. Ketiga kalimat sesuai tata bahasa dan sesuai secara makna.

 

Karena lawan yang dihadapi berbeda-beda, Conte, Pelatih Inter Milan, mungkin atau ada kemungkinan atau bisa jadi akan mengubah taktik untuk meraih kemenangan.

 

Arie Kriting mungkin, ada kemungkinan, atau bisa jadi akan berkiprah di bidang politik kalau ingin memperbaiki daerah.

 

Pemerintah, menurut Menko Luhut, mungkin, ada kemungkinan, atau bisa jadi akan melarang mudik untuk mencegah penyebaran korona.

 

Namun, contoh 4 dan 5 tidak jelas menunjukkan siapa subyek yang ”tak menutup kemungkinan”. Jika melihat pola kalimatnya, pola kedua kalimat tersebut sama (predikat + subyek + pelengkap), tetapi pengertian yang muncul berbeda.

 

Dalam contoh Tito: Tidak Menutup Kemungkinan KNPB Ditetapkan sebagai Organisasi Terlarang, kita beranggapan bahwa KNPB merupakan subyek kalimat. Ada penginversian di situ, dari kalimat KNPB Tidak Menutup Kemungkinan Ditetapkan sebagai Organisasi Terlarang.

 

Jika demikian, KNPB, sebagai subyek, ”tidak menutup kemungkinan” ditetapkan sebagai organisasi terlarang. Padahal, fakta sesungguhnya dari pernyataan Tito adalah KNPB ”tidak tertutup kemungkinan” akan ditetapkan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah.

 

Dengan kata lain, pemerintah, yang diwakili Mendagri Tito, tidak menutup kemungkinan akan menetapkan KNPB sebagai organisasi terlarang. Mestinya judul berita tersebut adalah Tito: Pemerintah Tidak Menutup Kemungkinan Menetapkan KNPB sebagai Organisasi Terlarang.

 

Jika tetap ingin menggunakan kalimat inversi, bisa juga mengganti judul tersebut menjadi Tito: Tidak Tertutup Kemungkinan KNPB Ditetapkan sebagai Organisasi Terlarang. Bisa juga dibuat menjadi jelas seperti Tito: Tidak Menutup Kemungkinan Pemerintah Tetapkan KNPB sebagai Organisasi Terlarang.

 

Pengubahan juga dapat dilakukan terhadap kalimat pada contoh 5. Pengubahan pertama menjadi Tidak Tertutup Kemungkinan PDIP Usung Anies di Pilkada DKI Jakarta atau PDIP Tidak Menutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI Jakarta.

 

Kalimat inversi Tidak Menutup Kemungkinan PDIP Usung Anies di Pilkada DKI Jakarta ada baiknya tidak digunakan untuk menghindari taksa. Kalimat tersebut dapat bermakna ’ada orang atau lembaga yang tidak menutup kemungkinan menganggap PDIP mengusung Anies di Pilkada DKI Jakarta’, bisa juga bermakna ’PDIP mungkin, ada kemungkinan, atau bisa jadi mengusung Anies di Pilkada DKI Jakarta’.

 

Judul berita lebih baik menghindari taksa, kecuali jika memang ingin mencari sensasi, atau mau mengelirukan pembaca.

 

Contoh 6 memiliki pola yang sama dengan contoh 5. Hanya saja, peluang untuk taksa akan terjadi karena penempatan predikat di awal meski sudah diakali dengan pemakaian tanda koma.

 

Saran perbaikan untuk contoh 5 bisa seperti ini: Kemenhub: Pemerintah Akan Larang Mudik 2019. Selain jelas, kalimat tidak akan ditafsirkan lain.

 

Dari beberapa contoh di atas, contoh 7 memperlihatkan contoh kalimat yang tidak logis. Secara tata bahasa, kalimat ini tidak salah. Pola dasar kalimat sudah terpenuhi, yang terdiri dari subyek dan predikat (Pasien yang Sembuh dari Virus Korona Tidak Menutup Kemungkinan Tertular Kembali).

 

Namun, secara leksikal, maknanya tidak tepat. Apakah pasien yang sudah sembuh dari virus korona membuka kemungkinan bagi dirinya untuk tertular kembali? Frasa tidak menutup kemungkinan tergolong frasa aktif, yang menunjukkan bahwa subyek atau pelaku melakukan suatu perbuatan.

 

Barangkali si pembuat berita bermaksud mengingatkan kepada pembaca bahwa ”pasien yang sembuh dari virus korona bisa jadi akan tertular kembali”. Maka, kalimat yang dimaksud mestinya adalah Pasien yang Sembuh dari Virus Korona Tidak Tertutup Kemungkinan Tertular Kembali.

 

Kesalahan menggunakan gabungan kata tidak menutup kemungkinan yang sedang tren itu menyebabkan maksud yang diinginkan jadi tidak tersampaikan. Kalimat menjadi taksa, kabur, atau meragukan. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar