Saatnya
Mengubah Bentuk Subsidi
Deddy S Bratakusumah ; Analis dan Praktisi
Penyelenggaraan Negara
|
MEDIA
INDONESIA, 28 Agustus 2014
“Kebijakan menyubsidi harga adalah kebijakan yang tidak tepat.
Karena dengan cara subsidi seperti ini, hanya orang kaya yang memiliki
kendaraan pribadi yang dapat memanfaatkan BBM bersubsidi, padahal subsidi
mestinya hanya ditujukan bagi si miskin.”
KECENDERUNGAN
meningkatnya penggunaan BBM dan fluktuasi harga BBM di dunia selalu memicu
perdebatan terkait subsidi BBM yang harus ditanggung oleh rakyat melalui
APBN. Kenapa demikian? Karena saat ini Indonesia merupakan salah satu negara
penghasil dan sekaligus pengimpor minyak bumi, bahkan data yang ada menunjukkan
bahwa kita sekarang merupakan negara net importer minyak bumi. Akibatnya,
setiap saat kita akan senantiasa terlibat dalam wacana harga minyak bumi
dunia dan kuota subsidi BBM.
Adanya subsidi harga
BBM di Indonesia tidak terlepas dari sejarah dan anugerah kekayaan alam
bangsa Indonesia. Di masa lalu, negeri kita sangat berlimpah dengan sumber
daya alam gas dan minyak bumi, maka selayaknyalah kalau kekayaan alam
tersebut dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (sebagaimana
diamanatkan oleh konstitusi). Konsekuensinya, minyak bumi pun mestinya
dibagikan gratis kepada rakyat. Dalam praktiknya, untuk memenuhi amanat
konstitusi tersebut, selama puluhan tahun pemerintah menjual harga BBM di
dalam negeri dengan harga di bawah pasaran dunia.
Seiring dengan
bertambahnya penduduk dan menurunnya produksi, serta berkurangnya cadangan
minyak bumi, keadaan ini sudah harus berlalu dan tidak dapat dipertahankan
lagi.Namun, ternyata sampai saat ini pemerintah tetap menjual beberapa jenis
BBM dengan harga di bawah pasaran dunia, dengan cara memberikan subsidi pada
harga jual.
Kebijakan menjual BBM
dengan harga yang lebih rendah daripada harga minyak dunia untuk saat ini
sudah tidak tepat lagi. Kebijakan ini membuat pemerintah harus mengeluarkan
banyak biaya untuk melakukan subsidi atas selisih harga minyak bumi di dalam
negeri dan di pasaran dunia.
Selain itu, karena
subsidi menyangkut APBN, dapat dipastikan bahwa setiap perubahan harga
minyak, selalu menjadi ajang debat dan deliberasi politik yang berkepanjangan
di parlemen, karena hak budget dimiliki oleh DPR. Situasi seperti ini telah
membuat bangsa dan negara kita menjadi kehabisan energi dan daya cipta karena
terkuras oleh sesuatu yang sebenarnya mudah dipecahkan, kalau mau dibuat
mudah.
Sejak semula,
kebijakan menyubsidi harga adalah kebijakan yang tidak tepat.Karena dengan
cara subsidi seperti ini, hanya orang kaya yang memiliki kendaraan pribadi
yang dapat memanfaatkan BBM bersubsidi, padahal subsidi mestinya hanya
ditujukan bagi si miskin. Maka tidak salah kiranya kalau dikatakan bahwa
subsidi harga BBM selama ini merupakan subsidi salah sasaran. Hanya subsidi
terhadap harga elpiji kemasan tabung 3 kilogram yang benar-benar dinikmati
oleh rakyat miskin. Ini pun oleh beberapa oknum dioplos jadi kemasan tabung
12 kilogram yang dijual dengan harga tanpa subsidi.
Mengubah bentuk subsidi
Situasi kelangkaan
pasokan BBM bersubsidi yang terjadi belakangan ini telah menjadikan
masyarakat `terbiasa' mendapatkan premium dari para pengecer dengan harga
yang setara harga pertamax nonsubsidi (dengan sangat terpaksa). Akibat
turutan selanjutnya, harga-harga komoditas pun sudah cenderung meningkat
seiring naiknya ongkos transportasi.
Dengan demikian, saat
ini merupakan waktu yang tepat untuk menghapuskan subsidi terhadap harga BBM.
Biarkan harga BBM sesuai dengan harga minyak bumi dunia.Toh, sebagian besar
masyarakat pengguna BBM sudah terbiasa mendapatkan BBM bersubsidi dengan
harga se perti tak bersubsidi.
Selanjutnya untuk
membantu si miskin, (memang ini salah satu fungsi pemerintah), harus segera
dirancang subsidi secara langsung, bukan kepada harga BBM lagi dan bukan pula
BLT (bantuan langsung tunai).
Sebagai gambaran,
untuk transportasi, listrik, bahan bakar, dan sumber energi lainnya si miskin
dapat disubsidi (antara lain) dengan memakai semacam kupon atau voucer,
sehingga kelak akan terdapat kupon subsidi angkutan, kupon subsidi listrik,
kupon subsidi bahan bakar, dan sebagainya.
Kelihatannya akan
semakin rumit, tetapi sistem ini dapat menjadikan subsidi tepat sasaran.
Biarkan harga BBM berfluktuasi sesuai dengan harga pasar. Dengan begitu,
energi bangsa tidak habis untuk selalu memperdebatan masalah harga dan
subsidi BBM, dan dana APBN bisa dimanfaatkan untuk pembangunan bangsa. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar