Kabinet
Maritim 2014-2019
Lucky Adrianto ; Kepala Pusat Kajian Sumber Daya
Pesisir dan Lautan, IPB
|
MEDIA
INDONESIA, 30 Agustus 2014
DISKURSUS pentingnya
laut dan perannya bagi pembangunan ekonomi bangsa sesungguhnya sudah sangat
lama. Kerajaan Sriwijaya dan Samudra Pasai ialah contoh dari
kerajaan-kerajaan maritim yang mengerti betul kekuatan kelautan pada masanya.
Jadi, tidak mengherankan bahwa pada masa-masa itu, Indonesia menjadi salah
satu poros kekuatan maritim dunia melalui segitiga Semenanjung Arab,
Indochina, dan kawasan Laut Hindia. Kekuatan maritim dalam konteks ini
didefinisikan sebagai seluruh kegiatan bernegara yang berorientasi pada
kekuatan wilayah laut sebagai basis utama yang terkoneksi dengan kekuatan
wilayah daratan dengan empat penciri utama, yaitu kekuatan konektivitas dan
transportasi laut, kekuatan perikanan, kekuatan militer, dan kekuatan budaya.
Diskursus maritim kemudian
menjadi semakin riuh ketika pasangan calon presiden dan wakil presiden
Jokowi-JK mengusung branding `poros maritim baru' sebagai media kampanye
mereka selain jargon revolusi mental. Puncak diskursus itu secara simbolis
politik muncul ketika pasangan Jokowi-JK oleh KPU dinyatakan sebagai pemenang
Pilpres 2014 dan menyampaikan pidato kemenangan di kawasan Pelabuhan Sunda
Kelapa dan di atas sebuah kapal tradisional, pinisi. Pertanyaannya, apakah
diskursus maritim kemudian semakin kencang? Jawabannya sangat ambigu.
Hal itu terlihat dari
rilis media ketika kemudian Kantor Transisi diresmikan dan mengusung
mekanisme kelompok kerja (pokja) untuk merancang dan mendisain sistem
pemerintahan baru, termasuk di dalamnya membahas ide-ide struktur kabinet.
Paling tidak ada dua
catatan yang saya lihat. Pertama, dalam susunan pokja yang dirilis oleh
Kantor Transisi, konteks maritim tidak menjadi unsur utama dari pokja.Kedua,
ketika fokus Kantor Transisi mulai membahas arsitektur kabinet, terdapat 3-4
opsi yang akan menghiasi susunan kementerian dan unitunit kepresidenan di
bawah pemerintahan baru. Namun, sayang isu besar yang diusung Kantor Transisi
`hanya' pada isu `efisiensi dan efektivitas' yang berujung pada perampingan
struktur kabinet. Kenapa pemerintahan maritim itu perlu? Saya mencoba
mengulas dua agenda kelautan dan maritim nasional yang kemudian mengerucut ke
postur pemerintahan maritim yang diharapkan.
Agenda makro maritim
Pusaran maritim dunia
diperkirakan akan semakin dinamik dengan berpindahnya pertarungan kekuatan
global sea power dari Samudra
Pasifik ke Samudra Hindia. Dan secara geostrategis kita berada di tengah
keduanya. Walaupun bergeser, peran Samudra Pasifik sebagai samudra terbesar
di dunia akan tetap menjadi perhatian kekuatan maritim dunia (misalnya AS dan
China) untuk tetap dapat menjaga kepentingan mereka terhadap akses baik
secara militer, ekonomi, dan terutama melalui pendekatan politik dari kedua
samudra tersebut.
Dalam konteks ini,
agenda makro maritim harus disesuaikan dengan dinamika perubahan dari kedua
samudra tersebut. Paling tidak ada tiga agenda makro maritim. Pertama, agenda
perencanaan pembangunan maritim yang mengintegrasikan dinamika Samudra Hindia
dan Pasifik.
Kedua, agenda
penyelesaian tata ruang laut nasional. Ketiga, aransemen kelembagaan yang
mengintegrasikan seluruh proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembangunan maritim.
Agenda mikro maritim
Secara mikro, agenda
maritim nasional perlu fokus. Lima tahun bukan periode waktu pembangunan yang
lama. Artinya dalam lima tahun ke depan perlu ada fokus agenda pembangunan
maritim yang berisi program praktis yang dapat diimplementasikan dengan
target terukur dan berorientasi pada role model pembangunan yang bisa
indikator keberhasilan pembangunan maritim secara nyata.
Dalam perspektif itu,
agenda pembangunan maritim lebih baik fokus pada 2-3 sektor maritim dengan
tetap menjaga sektor-sektor lain sebagai sektor pendukung bagi pengembangan
2-3 sektor tersebut. Dalam perspektif itu, ada empat sektor yang dapat
dikembangkan dalam lima tahun ke depan, antara lain pengembangan ekonomi
transportasi laut dengan seluruh turunannya termasuk ekonomi pelabuhan dan
sistem logistik kelautan; serta pengembangan ekonomi perikanan yang
terintegrasi dari perikanan umum daratan hingga perikanan laut dengan
pendekatan ekosistem untuk menjamin terwujudnya sustainable fisheries dan
menjadikan Indonesia sebagai the
respectable fisheries state.
Arsitektur pemerintahan maritim
Agenda makro dan mikro
maritim tersebut tidak dapat dilaksanakan tanpa perubahan arsitektur
kelembagaan pemerintahan 2014-2019. Karena diskursus pemerintahan baru ialah
poros baru maritim, jalannya pemerintahan lima tahun ke depan tidak bisa lagi
dilakukan secara business as usual.
Harus ada penciri yang membedakan dengan rezim-rezim sebelumnya dan penciri
tersebut ialah arsitektur pemerintahan maritim. Sementara itu, Kantor
Transisi Jokowi-JK telah merilis beberapa opsi struktur kabinet bagi
pemerintahan baru.
Namun, opsi itu lebih
banyak menggunakan basis berpikir efisiensi dan efektivitas pemerintahan.
Menurut saya, basis berpikir soal efisiensi tidak cukup, perlu juga
ditambahkan basis berpikir orientasi dan passion
pemerintahan baru soal poros maritim.
Salah satu opsi
terbaik ialah mendesain struktur kabinet secara fungsional dan bukan secara
institusional. Artinya, struktur kabinet bisa seperti kabinet saat ini,
tetapi lebih dikuatkan pada fungsi-fungsi kementerian untuk menunjang
pemerintahan maritim.
Misalnya Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dapat diperkuat fungsinya dalam
konteks integrated ocean development planning yang memiliki fungsi integrasi
antara rencana pembangunan maritim dan rencana tata ruang maritim/laut serta
evaluasi input pembangunannya.
Rencana pembangunan
dan rencana ruang harus ada dalam satu atap di Bappenas. Konteks implementasi
dapat tetap dijalankan kementerian teknis dan evaluasi proses dan output
dapat dilakukan secara taktis oleh sebuah unit khusus kepresidenan, yaitu
kantor kepresidenan untuk pembangunan maritim, yang sifatnya fungsional dan
diawasi langsung oleh wakil presiden.Apabila presiden dan wakil presiden
memiliki orientasi dan passion yang
sama soal pembangunan maritim, kemudian pemerintahannya pun bercirikan
pemerintahan maritim, tidak perlu ragu untuk menamakan kabinet 2014-2019
sebagai Kabinet Maritim 2014-2019! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar