Harga
BBM dan MEA 2015
Prodjo Sunarjanto ; Direktur Utama PT Adi Sarana
Armada Tbk (ASSA)
|
KORAN
SINDO, 26 Agustus 2014
Beberapa
pekan terakhir, media massa ramai memberitakan wacana kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) bersubsidi. Namun hingga kini belum ada kejelasan kapan
dan berapa besaran kenaikan harga BBM. Padahal kepastian itu sangat
dibutuhkan pelaku usaha, terutama untuk menghitung rencana bisnis di masa
mendatang.
Sebagian
besar pelaku usaha sebenarnya tidak mempersoalkan jika pemerintah benar-benar
menaikkan harga atau membatasi konsumsi BBM asalkan berlaku di semua daerah.
Tapi kalau hanya berlaku pada satu daerah tertentu dikhawatirkan bisa
menimbulkan kelangkaan. Para pelaku usaha ketika hendak membuat keputusan
bisnis harus terlebih dahulu berhitung. Bagaimana ongkosnya, berapa tarif
listrikdanair, bagaimana tingkat inflasi, dan berapa suku bunganya? Untuk itu
pelaku usaha membutuhkan kepastian. Pelaku usaha membutuhkan setidaknya tiga
bulan untuk menyusun perencanaan.
Tidak
bisa mendadak. Jadi kalau rencana kenaikan harga BBM ini tidak juga
diumumkan, bagaimana pelaku usaha bisa berhitung? Ada baiknya pemerintah
tidak khawatir mengeluarkan kebijakan yang tidak populis. Daripada tidak
memberikan kejelasan, itu sama saja telah menyandera perekonomian. Pemerintah
bisa mengimbangi kenaikan harga BBM dengan kebijakan prorakyat. Misalkan saja
membebaskan pajak masuk onderdil kendaraan sehingga pelaku usaha bisa
menurunkan tarif yang dikenakan kepada masyarakat.
Untuk
bisnis penyewaan (rental) kendaraan, pada tiga hingga enam bulan pertama
pascakenaikan harga BBM akan terimbas negatif. Ini karena konsumen akan
mengurangi mobilitasnya. Apalagi BBM merupakan bagian terpenting bagi
operasional perusahaan rental kendaraan. Jadi kemungkinan akan banyak
perusahaan rental yang mengurangi kendaraan yang disewakan. Karena itu
rencana ekspansi kemungkinan akan direm dulu. Setelah pasar bisa menerima
kenaikan harga BBM, bisnis akan kembali bergerak. Selama ekonominya maju,
kebutuhan transportasi, baik orang ataupun barang, akan naik.
Saya
rasa semakin lama orang semakin peduli untuk tidak perlu berinvestasi di
kendaraan. Semisal suatu perusahaan, kalau mempunyai 20 mobil saja, dengan
asumsi harga mobil Rp150 juta per unit, maka harus mengeluarkan dana sekitar
Rp 3 miliar untuk membeli aset yang tidak produktif. Akan lebih menguntungkan
jika dana sebesar itu dipergunakan untuk membiayai kebutuhan di bisnis
intinya, seperti membeli mesin, sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih
efisien. Apalagi dengan menyewa kendaraan, pelaku usaha tidak lagi harus
berpikir mengurus administrasi seperti perpanjangan STNK atau ketika ada musibah
kecelakaan.
Dengan
demikian aktivitas bisnis pelaku usaha tidak terganggu. Jadi saya yakin,
bisnis rental kendaraan akan terus berkembang di masa mendatang. Saat ini,
pemain-pemain besar bisnis rental kendaraan ada 5-10 perusahaan. Kita
memiliki market share di kisaran
13-14%. Kalau bicara potensi pasar, kirakira bisa 1,5 juta unit. Padahal
sekarang suplainya baru di kisaran 150.000-an unit kendaraan. Jadi masih
banyak ruang bagi industri ini untuk terus berkembang. Di era Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015, ancaman perusahaan penyewaan kendaraan asing
tidak terlalu mengkhawatirkan.
Mereka
kan tidak memiliki local knowledge,
semisal bagaimana cara mengembangkan dan mengurus driver di sini. Mereka tidak memiliki kemampuan itu karena di
luar negeri lebih banyak yang self
driving. Berbeda dengan di sini di mana sebagian besar sudah menggunakan driver. Jadi menurut saya, pada era
MEA bisnis kita tidak akan banyak terganggu karena bisnis modelnya lain.
Bisnis ini butuh modal besar. Ibaratnya seperti menanam pohon, tumbuhnya bisa
empat tahun lagi. Kalau kita mau terus tumbuh, ya harus berinvestasi. Selain
itu, pembiayaannya juga berbeda. Kalau di luar negeri cost of money-nya murah karena tingkat suku bunga rendah.
Di
Indonesia umumnya bisa 14%. Itulah sebabnya masuk ke Indonesia tidaklah
gampang. Apalagi Indonesia adalah negara kepulauan. Di ASEAN yang seperti
kita hanya Filipina, lainnya daratan. Kalau seperti Thailand, Malaysia, dan
Vietnam itu bisa langsung melalui darat. Kalau mau ke Indonesia naik apa?
Naik pesawat atau kapal laut. Jadi tidak gampang bagi perusahaan rental
kendaraan asing masuk ke Indonesia. Malah kita berpikir berencana masuk ke
negara-negara lain. Tinggal melihat aturan-aturannya, memungkinkan tidak kita
main ke sana. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar