Seberapa Terkenal Para Panitia Sumpah
Pemuda di Google? Petrik Matanasi : Jurnalis Tirto.id |
TIRTO.ID, 26 Oktober 2022
Siapa pelaku
sejarah Sumpah Pemuda yang paling terkenal? Jawabannya tentu Muhammad Yamin.
Jika saat ini Anda mencari sosok Yamin di Google, ditemukan 491.000 hasil
untuk 'Mohammad Yamin'. Pamor Yamin
yang menjadi sekretaris dan penyusun ikrar Sumpah Pemuda memang tinggi. Tapi
jangan lupa, Yamin tak hanya dikenal dalam perannya di peristiwa 1928 itu. Ia
juga kemudian dikenal karena menjadi salah satu tokoh BPUPKI yang merumuskan
Pancasila, dan selanjutnya turut merumuskan sejarah nusantara dan
keindonesiaan. Selain Yamin,
ada panitia penting Kongres Pemuda II, misalnya Soegondo Djojopuspito yang
menjabat ketua panitia. Ada Amir dari Jong Batak Bond, juga Djoko Marsaid
sebagai Wakil Ketua. Ada pula Djohan Mohammad Tjai sebagai Pembantu 1 dan
Kotjosungkono dari Pemuda Indonesia Pembantu II. R.C.L. Senduk dari Jong Celebes
menjadi Pembantu III, Johannes Leimena dari Jong Ambon sebagai Pembantu IV,
dan Rohyani dari Pemuda Kaoem Betawi sebagai Pembantu V. Para panitia
juga undangan yang hadir adalah orang-orang terpelajar. Yamin sendiri kala
itu mahasiswa hukum di Recht Hogeschool di Batavia, yang gedungnya sekarang
menjadi Kantor Kementerian Pertahanan. Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), organisasi pemuda yang beranggota pelajar
dari seluruh Hindia Belanda, adalah penggagas Kongres Pemuda II. Setelah
kuliah hukumnya di Recht Hogeschool berantakan, Soegondo Djojopuspito
berkecimpung di sini. Dia juga mewakili PPPI dalam kepanitiaan Kongres Pemuda
II. Meski
posisinya dalam kepanitiaan lebih tinggi ketimbang Yamin, Soegondo kalah
populer. Di mesin pencari Google, hanya terdapat 17.400 hasil pencarian untuk
"Sugondo Joyopuspito" atau 14.800 hasil pencarian ketika diketik
dengan ejaan van Ophuysen: "Soegondo Djojopuspito". Jika mengetik
namanya lalu ditambahi kata "Sumpah Pemuda", akan terdapat 10.900
hasil pencarian. Menurut
Soenyata Kartadarmadja dalam Sugondo Djojopuspito: Hasil Karya dan
Pengabdiannya (1983), setelah Kongres Soegondo tetap dalam arus pergerakan
nasional. Bersama Soenario Sastrowardoyo, kakek dari aktris Dian
Sastrowardoyo, ia mendirikan Perguruan Rakyat pada 11 Desember 1928.
Tempatnya di Gang Kenari No. 15 Salemba. Soegondo menjadi kepala sekolahnya. Pada 1930, dia
ke Bandung dan menjadi guru di Taman Siswa. Dia termasuk simpatisan PNI
Soekarno yang dibekukan pemerintah Hindia Belanda. Di tahun 1933, dia
menikahi Suwarsih Djojopuspito. Setahun kemudian, Soegondo sempat ditahan
tapi dibebaskan. Meski bebas, ia dilarang mengajar sampai 1935. Setelah gagal
mendidikan Sekolah Loka Siswa, Soegondo ke Semarang dan mengajar lagi di
sekolah Taman Siswa, tapi hanya sebentar. Akhir 1936, dia ke Surabaya dan
menjadi wartawan De Indische Courant Soerabaia. Lalu datanglah masa
pendudukan Jepang. Di masa ini, dia sempat bekerja di penjara. Setelah
kemerdekaan, Soegondo tercatat sebagai anggota Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BP-KNIP). Tahun 1950, Soegondo diangkat dalam kabinet Halim
sebagai Menteri Pembangunan Masyarakat. Jabatannya di BP-KNIP diisi Djohan
Sjahroezah. Sementara itu,
sang bendahara Kongres, seorang marga Harahap dari Pemuda Batak yang biasa
dikenal sebagai Amir Sjarifudin, cukup sering disebut dalam sejarah
Indonesia. Seperti Yamin, Amir juga mahasiswa hukum di Recht Hogeschool. Hasil
pencarian tentang Amir mencapai 193.000 hasil jika memakai nama "Amir
Sjarifudin" dan hanya 119.000 hasil jika memakai "Amir
Syarifudin". Ia dikenal dan lebih banyak muncul terkait keterlibatannya
dalam Peristiwa Madiun 1948. Jika ditambahkan "sumpah pemuda",
hanya ada 20.300 hasil pencarian untuk Amir. Dari sekian
banyak panitia kongres, meski cukup populer, dia bernasib paling tragis. Ia
kena sikat tentara Republiken macam A.H. Nasution. Tempatnya buruk pula dalam
sejarah Indonesia. Ia dieksekusi mati karena dianggap terlibat Peristiwa
Madun 1948, meski pernah menjadi perdana menteri. Sementara itu,
meski terdapat 10.600 hasil pencarian soal Djoko Marsaid yang menjadi Wakil
Ketua Kongres, namun tidak ada catatan lengkap soal asal-usulnya, kecuali
bahwa dia anggota Jong Java. Selebihnya tidak jelas. Jika mengetik namanya
lalu ditambahi kata "Sumpah Pemuda", ditemukan 7.200 hasil
pencarian tentangnya. Begitu juga
dengan Djohan Mohammad Tjai dari Jong Islameiten Bond yang dalam kongres
menjadi Pembantu 1. Hanya 6.470 hasil pencarian tentangnya di Google. Setelah
namanya ditambahi kata "Sumpah Pemuda", akan ditemukan 9.990 hasil. Hasil
pencarian untuk Kotjosungkono dari Pemuda Indonesia yang menjadi Pembantu II
di Kongres malah lebih sedikit. Hanya ada 375 hasil. Tapi jika nama pria
kelahiran Madura ini ditambahi "Sumpah Pemuda", hasilnya malah
lebih banyak: 622 hasil pencarian. Adapun
Pembantu III R.C.L. Senduk dan Pembantu IV Johannes Leimena nampaknya masih
dikenang oleh orang-orang satu daerahnya. Keduanya adalah mahasiswa
kedokteran STOVIA di Kwitang. Gedungnya kini sudah menjadi Museum Kebangkitan
Nasional. Keduanya juga kemudian jadi dokter. Pemuda
Rumondor Cornelis Lefrand Senduk berasal dari Minahasa. Ketika Kongres Pemuda
II dilaksanakan, dia adalah anggota Jong Celebes. Kemudian ia sempat menjadi
dokter di Sukabumi. Di tahun 1938, bersama dokter Bahder Johan, Senduk dengan
berani mengusulkan berdirinya Palang Merah Indonesia, namun ditolak. Dua tahun
kemudian usul itu diulangi kembali namun ditolak lagi. Tokoh ini besar
jasanya dalam sejarah Palang Merah Indonesia. Di mesin pencari Google,
terdapat 1.140 hasil pencarian tentangnya. Jika nama RCL Senduk ditambahi
"Sumpah Pemuda", ditemukan 233 hasil pencarian saja. Pemuda
Johannes Leimena adalah anggota Jong Ambon. Di kepanitiaan Kongres, dia
menjadi Pembantu IV. Popularitasnya di mesin pencari Google cukup lumayan:
ada 41.900 hasil pencarian tentangnya. Jika ditambahi "Sumpah
Pemuda", ada 14.600 hasil pencarian yang muncul. Leimena
populer bukan semata karena Sumpah Pemuda. Ia pernah menjadi dokter zending.
Di awal kemerdekaan, Leimena yang sederhana ini berkali-kali diangkat menjadi
Menteri Kesehatan. Ia juga pernah juga menjadi Menteri Sosial. Di akhir
pemerintahan Sukarno, Leimena menjabat Wakil Perdana Menteri (Waperdam) III.
Dalam sejarah Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Leimena cukup
dikenal, meski di masa Orde Baru namanya agak dilupakan. Dari semuanya,
Rohyani dari Pemoeda Kaoem Betawi adalah yang paling tak dikenal. Saat
Kongres, ia menjadi Pembantu V. Hanya ada 777 hasil pencarian tentangnya.
Itupun harus disertai frasa "Sumpah Pemuda". Jika tidak, hanya
muncul foto-foto perempuan yang kemungkinan bernama Rohyani. Melihat
deretan ini, bisa dilihat bahwa mantan panitia yang paling banyak terekam
dalam jejak digital adalah mereka yang pernah menjadi pejabat tinggi setelah
Indonesia merdeka. Soegondo, Yamin, dan Leimena adalah tiga sosok paling
kesohor. Yamin menjadi
paling dikenal dan diingat karena terkait juga dalam banyak penulisan yang
bertema pembentukan Indonesia dan keindonesiaan. Orang mengenalnya juga sebagai
sejarawan. Selain menjadi tokoh utama yang menulis sejarah Majapahit dan
mengangkatnya sebagai simbol persatuan Indonesia masa lampau, Yamin juga
menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran & Kebudayaan. Yamin ikut
berperan dalam menentukan lambang negara Garuda Pancasila bersama Sultan
Hamid II. Sultan dari Pontianak inilah yang kemudian merancang lambang negara
tersebut. ● |
Sumber : https://tirto.id/seberapa-terkenal-para-panitia-sumpah-pemuda-di-google-bYAj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar